Ayo vote sebelum baca
Enjoy guys!*
*
*Kedua mata yang semula terpejam itu terbuka dengan cepat. Manik birunya mengedar, menatap tempatnya berada kini. Sambil memegang kepala yang terasa berdenyut, remaja dalam balutan seragam SMA itu mulai mendudukkan diri.
Tatapannya tampak linglung melihat interior ruangan yang terlihat begitu asing. Meski begitu, ia bisa menebak kalau ini merupakan ruang OSIS dari sebuah papan nama yang berdiri di atas meja. Remaja itu masih dilanda kebingungan, hingga tak menyadari kehadiran seseorang.
"Al, lo baru bangun? Mau makan sekarang apa nanti?"
Remaja itu hanya diam, mengamati seorang siswa yang sedang meletakkan beberapa buku di atas meja. Sepertinya ia sadar bila sedang diperhatikan. Siswa dengan almamater OSIS itu pun akhirnya menoleh pada sang teman yang masih saja terdiam.
"Alga, lo baik-baik aja 'kan? Apa lo nggak enak badan?" tanyanya sambil mendekati siswa yang dipanggil 'Alga'.
"Aku ... baik-baik saja. Bisakah kita pergi sekarang? Sepertinya aku sudah lapar," jawab 'Alga' mengalihkan pembicaraan.
Raut terkejut sempat tercipta di wajah siswa tadi. Namun, untuk beberapa saat dia akhirnya mengangguk. Masih dengan keheningan dan kecanggungan yang menyelimuti, kedua siswa beralmamater OSIS itu berjalan beriringan menuju kantin.
"Lo keliatan beda pas bangun tidur." Celetukan itu menarik 'Alga' untuk menoleh. Ia melirik sekilas name tag siswa di sebelahnya yang bertuliskan 'Geovan Narendra'.
"Hm, mungkin hanya perasaanmu," balas 'Alga' tak berminat.
"Lo emang beda sama gue. Gaya bicara lo terlalu kaku, pantes kalo Si Geo sampe kaget. Santai dikit, lah." 'Alga' diam, mendengarkan suara yang tiba-tiba terdengar di kepalanya.
"Jangan protes. Kalau kau benar-benar ingin ku bantu, maka kau lebih baik diam. Aku masih belum memaafkanmu yang telah membuatku berpisah dari kedua adikku," batin Arga membalas dengan sinis.
Tak ada sahutan, Alga yang asli memilih diam karena memang itu kenyataannya. Ia yang meminta Arga—Si sulung triplets—untuk menggantikan dirinya sementara, meskipun sempat mendapat penolakan keras.
Arga masih tak mengerti dengan kejadian yang menimpanya. Terakhir kali yang diingatnya adalah ketika ia dan kedua adik kembarnya ditangkap gerombolan penjahat yang menyerbu rumah. Alam bawah sadarnya membawa ia bertemu Alga, jiwa pemilik raga yang ia tempati kini.
Di saat Arga sedang panik memikirkan kondisi kedua adiknya, jiwa yang datang entah dari mana itu tiba-tiba meminta Arga menggantikannya sementara. Tentu saja hal itu ditolak dengan mentah oleh Arga, tetapi dia akhirnya setuju setelah Alga berjanji akan mempertemukannya dengan Erga dan juga Rega lagi.
"Al, lo nggak mau ambil makanan?" Teguran itu membuyarkan lamunan Arga. Dia mengangguk sambil berdehem, kemudian mengambil nampan yang sama dengan Geo.
Setelah mengisi nampan dengan makanan, keduanya berjalan menuju sebuah meja yang terletak di ujung. Selama beberapa saat, mereka larut dalam makanan masing-masing, hingga akhirnya Geo kembali bersuara.
"Tumben banget adek lo nggak bikin ulah. Udah tobat apa gimana?" Pertanyaan Geo itu hanya dibalas gelengan oleh Arga. Karena ia pun tak tahu siapa yang dimaksud oleh remaja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Triplets New Life: Make Change
General FictionKalau kemarin tiga orang beda usia jadi triplets bersaudara, lalu bagaimana kalau sekarang kebalikannya? Arga, Erga, dan Rega, triplets dari keluarga Bimantara. Meski sifat mereka berbeda, tapi ketiganya selalu bersama. Lalu bagaimana jadinya kalau...