Realisasi Pertama: Delapan Kesatria

6 5 0
                                    

"Hei, hei, hei. Apa kau sudah dengar beritanya?"

"Tentang apa?"

"Kau tahu, kan, kalau tim kesatria sedang mengadakan seleksi anggota baru?"

"Tentu saja aku tahu. Sebenarnya aku juga ingin mengikuti seleksinya karena banyak keuntungan yang bisa kudapatkan. Tapi aku tidak memenuhi kualifikasinya."

"Wah, sayang sekali. Tapi sebenarnya bukan itu yang ingin kubicarakan."

"Lalu?"

"Sekarang mereka sudah menutup seleksinya karena telah mendapatkan anggota terakhir beberapa hari lalu."

"Benarkah? Siapa murid yang beruntung itu?"

"Murid perempuan dari kelas XI-A, Aurintya."

"Ah, anak itu? Serius? Padahal dia terlihat sama sekali tidak tertarik dengan hal seperti itu. Dia sangat penyendiri dan suram. Ia juga jarang berinteraksi. Aku hanya pernah melihatnya berbicara dengan teman-teman sekamarnya. Itupun hanya satu atau dua kata."

"Benar. Tapi Aurintya juga bisa masuk karena salah satu anggota kesatria merekomendasikannya. Apa kau kenal Afira?"

"Ah, anggota kesatria yang juga ketua klub sastra? Dia yang merekomendasikannya?"

"Iya. Kau sendiri tahu rumornya, 'kan? Tentang Afira yang memiliki kemampuan seperti seorang peramal. Intuisinya juga kuat. Karena itu rekomendasi darinya juga diperhitungkan."

"Tetap saja. Apa yang sebenarnya Afira lihat sampai merekomendasikan anak yang bahkan tidak terlihat peduli dengan sekitarnya."

"Hm ... entahlah. Pikiran orang memang tidak semudah itu bisa ditebak, 'kan?"

"Benar, sih. Omong-omong, aku iri sekali dengan kemampuan Afira. Andai saja aku bisa melihat masa depan, aku pasti bisa memutuskan dengan mudah jalan yang akan aku pilih."

"Hm? Ternyata ada percakapan seperti ini sebulan yang lalu." Gadis itu bergumam. "Jahatnya."

Padahal masa depan tidak akan selalu berjalan sempurna seperti yang diharapkan. Untuk menjaganya, banyak usaha yang perlu dilakukan. Satu-satunya yang tidak bisa berubah dan pasti adalah masa lalu.

・༓☾❁☽༓・

"Baru-baru ini Pemerintah Jepang meminta bantuan kita untuk membereskan kelompok penyihir di pedalaman." Wanita bersanggul itu menunjukkan sebuah hologram yang menampakkan sosok-sosok berjubah hitam. "Mereka sudah menimbulkan banyak kekhawatiran di kalangan masyarakat Jepang. Kelompok ini sebenarnya sudah ada sejak sebelum penduduk bumi imigrasi. Tapi eksistensi mereka sempat hilang, kemudian muncul kembali saat ini."

Laki-laki di depannya menyimak dengan seksama.

"Bagaimana batas waktunya?"

"Pemerintah Jepang sepertinya meremehkan kita. Mereka memberikan waktu satu minggu untuk membereskan kelompok ini. Aku tahu kalian bisa bekerja lebih baik dari itu, jadi aku akan memberikan waktu selama tiga hari untuk kalian. Jangan mengecewakanku, Aegis."

Laki-laki itu bernama Aegis. Murid kelas 12 sekaligus ketua kesatria saat ini. Ia dipilih menjadi ketua kesatria bukan tanpa alasan. Selain karena memiliki kekuatan yang hebat juga ketahanan fisik yang lebih kuat daripada anggota lain, Aegis juga pandai dalam memimpin anggotanya. Meskipun beberapa dari mereka adalah orang yang sulit diatur.

Aegis mengangguk. "Tentu saja, Ms. Khaeyl."

"Oh, ya. Tunggu sebentar, ada yang ingin kutanyakan." Khaeyl menahan Aegis yang berniat meninggalkan ruangan Khaeyl. "Bagaimana anggota baru kalian? Apa dia sudah membiasakan diri dengan agenda barunya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Season 1: The Epiphany of RealisationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang