Bab 3: Pasar Malam

247 42 5
                                    

Faye mengehentikan motornya setelah cukup lama menyusuri jalanan kota. Jarak tattoo studio Faye dengan apartemen tempat tinggal mereka sebenarnya tidak terlalu jauh. Hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit untuk sampai. Namun, Yoko tidak peduli akan hal itu sekarang. Dia tidak akan mempermasalahkan sekalipun malam ini Faye membawanya kabur keluar kota. Asalkan bisa terus berlama-lama dengan Faye dia tidak akan banyak mengeluh.

“Ayo,” ujar Faye lembut. Ia membantu Yoko melepas helmnya sembari, seperti biasa, memampang senyum hangat yang terlihat begitu manis di mata Yoko.

“Khun Faye, kenapa membawaku ke sini?” Yoko bertanya ketika sadar bahwa kini mereka ada di sebuah pasar malam.

Kedua pundak Faye terangkat sempurna. “Aku juga tidak tahu. Motornya belok sendiri tadi.”

“Aish, Khun Faye ...!” Jari kecil Yoko mencubit pelan perut Faye. Membuat wanita itu tertawa ringan. “Aku ingin pulang.”

“Aku juga ingin pulang. Ayo, kita mampir dulu ke sana sebentar.”

“Khun Faye, berhenti bercanda, ish!” Rengekan Yoko terdengar lagi. Ia melangkah malas ketika jemarinya digenggam Faye. Tindakan wanita itu benar-benar tidak sejalan dengan apa yang ia katakan barusan. Bukannya membawa Yoko pulang, Faye justru mengajak gadis mungil itu ke sebuah stand pakaian.

“Tunggu sebentar di sini. Jangan ke mana-mana.”

Bibir Yoko mengerucut lucu. Faye meninggalkannya berdiri sendirian di depan stand sementara ia masuk ke dalam. Melihat-lihat hoodie yang dipajang di sana. Yoko mendesah pelan. Menatap sekilas jam digital ponsel kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Bagian depan kaki gadis itu menepuk-nepuk tanah. Merasa sedikit cemas.

Sungguh, jauh di lubuk hati Yoko, ia senang sekali Faye membawanya ke sana. Itu berarti mereka bisa berlama-lama bersama. Namun tetap saja, dia tidak bisa merasa tenang. Khawatir jika apa yang mereka lakukan sekarang diketahui oleh Lingling. Terlebih, bosnya itu sudah memberi peringatan pada Yoko. Jika Lingling tahu, Yoko tentu akan berada dalam masalah besar. Pekerjaannya pun bisa jadi terancam hilang.

“Kemarikan tasmu, Yoo.” Faye kembali lagi setelah beberapa saat. Mengambil alih tas Yoko dari pundak. “Pakai ini.” Ia lantas memakaikan hoodie oversize berwarna biru tua untuknya.

“Apa ini, Khun Faye?” Yoko menatap Faye bingung. Wanita di depannya hanya tersenyum. Membantu Yoko merapikan rambut kemudian mengalungkan lagi tasnya di pundak kanan.

“Ini lebih baik. Orang-orang tidak akan melirikmu lagi kalau pakaianmu seperti ini.”

“Daripada membelikanku pakaian, kau bisa mengantarku pulang saja, Khun Faye. Itu lebih cepat.” Yoko berdecak. Tidak paham dengan alur pemikiran Faye.

Kepala Faye menggeleng sekali. “Kalau aku mengantarmu pulang, orang-orang di jalan akan terus melirikmu. Aku tidak suka jika mereka melihatmu seperti itu. Kau tidak pantas mendapatkan tatapan begitu, Yoo.”

Senyum Yoko terpampang samar. Faye benar-benar pandai membuat Yoko blushing dan salah tingkah. “Kau pintar sekali membuat alasan.”

“Aku lapar, Yoo. Ayo makan dulu.”

“Tidak, tidak mau,” Yoko berujar cepat. Menggeleng berulang kali. “Aku ingin pulang.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happen EndingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang