4

26 2 0
                                    



Malam semakin larut, dan angin berdesir lembut di antara pepohonan, membawa aroma bunga malam yang menenangkan. Di puncak bukit yang diterangi sinar bulan, Yue Hanna berdiri menghadap Xiou Win. Ketegangan hangat terbangun di antara mereka, seperti pertempuran antara dua dunia yang saling berlawanan.

Yue Hanna merasakan detak jantungnya bergetar. Ia ingin menembus batas ketakutan yang menghalangi kedekatan mereka. “Kau selalu menjauh, seolah ingin menghilang dari dunia ini. Tapi setiap kali, kau tetap datang... mengapa? Jika benar aku hanya beban, kenapa kau tak pernah benar-benar pergi?” Suaranya bergetar, penuh kerinduan dan ketidakpastian.

Xiou Win berdiri diam, pandangannya lurus ke depan. “Aku datang karena... urusan. Setiap kali kita bertemu, itu adalah kebetulan. Jangan salah paham,” jawabnya datar, berusaha menyembunyikan emosinya.

Yue Hanna tertawa pendek, nada suaranya getir. “Kebetulan? Berapa banyak kebetulan yang harus terjadi sebelum kita mengakui kenyataan? Setiap langkahku, setiap kali aku berada dalam bahaya, kau ada di sana. Tak ada yang kebetulan di dunia ini, terutama di dunia yang kau pahami jauh lebih lama daripada aku.”

Xiou Win meliriknya sekilas, nada suaranya tetap dingin meski ada getaran halus. “Dunia ini penuh dengan ketidaksempurnaan, Yue. Dan aku adalah bagian dari kegelapan itu. Kau, dengan segala kedudukanmu, tak seharusnya terlibat denganku.”

Yue Hanna mendekat selangkah, suaranya penuh penekanan. “Kau selalu berbicara tentang apa yang seharusnya, apa yang tak boleh terjadi. Tapi aku di sini sekarang, dan aku melihatmu. Bukan sebagai immortal jahat yang dibicarakan banyak orang, tapi sebagai seseorang yang terperangkap dalam kesepian yang tak terucap.”

Xiou Win menghela napas panjang, lalu berbicara dengan lebih tenang, lebih dalam. “Kesepian adalah harga dari keabadian, Yue. Kau tak akan pernah bisa mengerti. Mereka yang hidup selamanya, mereka yang berjalan di dunia ini selama berabad-abad... hanya punya satu tugas: bertahan. Tidak ada tempat untuk hal lain, terutama perasaan.”

Yue Hanna menatapnya dalam, suaranya lembut tapi penuh tekad. “Aku mungkin tidak abadi, tapi aku tahu apa yang berarti bertahan. Aku telah melihat banyak hal dalam hidupku. Dan meskipun aku hanya setengah dewa, aku juga merasa kehilangan, merasa terluka. Jangan anggap aku lemah hanya karena hidupku tak sepanjang milikmu.”

Xiou Win berbalik menghadapnya sepenuhnya, matanya bersinar tajam dalam cahaya bulan. “Ini bukan tentang lemah atau kuat. Kau tidak tahu, Yue... dunia ini bukan hanya tentang kehidupan yang terlihat di permukaan. Para tetua, dewa-dewa, mereka akan menghancurkan kita jika mereka tahu. Mereka tidak akan membiarkan hubungan seperti ini terjadi.”

Yue Hanna menyentuh dadanya dengan lembut, suaranya penuh emosi. “Jika mereka tahu siapa aku sebenarnya, mereka mungkin akan lebih takut padaku daripada padamu. Tapi apakah itu masalahnya? Kita sudah terlalu lama diatur oleh mereka, oleh aturan yang ditetapkan tanpa memahami perasaan kita.”

Xiou Win menundukkan kepala, suaranya semakin pelan. “Kau bicara seolah dunia ini bisa berubah hanya karena satu perasaan. Kau tak tahu apa yang akan kau korbankan, Yue. Ini bukan hanya tentang kita, ini tentang kekuatan yang lebih besar dari kita berdua. Dunia abadi dan fana tak pernah bisa bersatu.”

Yue Hanna mendekat hingga hanya beberapa inci di depannya, menatap dalam-dalam ke matanya. “Kau benar... dunia ini mungkin tidak akan berubah. Tapi aku tidak peduli. Aku sudah membuat keputusan. Aku tak peduli pada kedudukan, pada status setengah dewa atau immortal. Aku hanya peduli padamu. Pada apa yang kurasakan ketika aku bersamamu.”

Xiou Win terdiam, matanya berkabut. Ia meremas tinjunya, suaranya terdengar lebih emosional dari sebelumnya, seolah berjuang dengan dirinya sendiri. “Kau... begitu bodoh, Yue. Kau begitu bodoh karena berpikir cinta bisa mengalahkan semua ini.”

Yue Hanna tersenyum lembut, tanpa rasa takut. “Dan kau begitu bodoh karena berpikir kau bisa hidup tanpa cinta. Dunia mungkin akan menentang kita, tapi aku tak peduli. Karena di dalam diriku, ada cahaya yang tak bisa padam. Dan kau... adalah alasannya.”

Xiou Win menghela napas, merasa beban di dadanya semakin berat. “Jika aku membiarkan perasaan itu tumbuh... kau akan terjebak dalam kegelapan yang tak bisa kau bayangkan. Dunia ini penuh dengan hal-hal yang kau tak tahu, Yue. Aku tak bisa membiarkanmu tenggelam dalam itu.”

Yue Hanna menggenggam tangannya, memaksanya menatap langsung ke matanya. “Mereka bisa menghancurkan tubuhku, tapi mereka tidak bisa menghancurkan apa yang ada di sini.” Ia menunjuk hatinya dengan tangan yang lain. “Ini adalah sesuatu yang bahkan para dewa tidak bisa atur. Jika aku harus jatuh untuk mencintaimu, maka biarlah begitu. Aku sudah siap.”

Xiou Win terdiam lama, menatapnya seolah untuk mencari jawaban. Suaranya menjadi bisikan. “Kau... begitu bodoh, Yue. Kau begitu bodoh karena berpikir cinta bisa mengalahkan semua ini.”

Yue Hanna tersenyum lembut, tanpa rasa takut. “Dan kau begitu bodoh karena berpikir kau bisa hidup tanpa cinta. Dunia mungkin akan menentang kita, tapi aku tak peduli. Karena di dalam diriku, ada cahaya yang tak bisa padam. Dan kau... adalah alasannya.”

---





perdana back nya aku ke dunia penulisan, cerita ini bakal jadi bayaran buat kalian yang selama ini udah setia sama aku, semoga suka sayang sayangku😘

Bagaimana rasanya jatuh cinta pada seorang immortal yang tak takut pada siapapun? Temukan jawabannya di Whispers of the Immortal Moon, kisah cinta yang melawan takdir dan kekuatan dewa!

buruan cek koleksi cerita terbaru aku phi nong!!

the mafia is my boyfriend S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang