Menjadi Istri Ketiga (21+)

3.8K 20 1
                                    

"CEPAT LUNASI HUTANG-HUTANGMU!"

Dia menjatuhkan lututnya menekuk menyentuh lantai, menggosok-gosok kedua tangannya yang menangkup di depan dada. "Saya mohon, berikan saya senggang waktu sedikit lagi."

"Cih! Kau sudah di beri kesempatan berkali-kali brengsek! Tapi kau tidak memiliki kesadaran diri sama sekali!"

"Tidak, demi Tuhan, saya akan melunasi semuanya tapi tolong beri saya waktu sedikit lagi."

"Tidak ada penawaran waktu lagi! Lunasi semuanya sekarang!!"

Prang.

Dari ambang pintu, langkahnya mengayun di udara, raut wajahnya berubah perlahan-lahan. Dia melanjutkan langkah, melihat Ayahnya bersimpuh di depan seorang pria berbadan kekar dengan pakaian dominan berwarna hitam.

"Ayah, ada apa ini?"

Yang semula bersimpuh, Thomas langsung berdiri. "Seri! Seri bantu Ayah!" Dia langsung menarik tangan Seri ke depannya, melindunginya yang bersembunyi di belakang tubuh sang anak.

"Ada apa ini sebenarnya?"

Melihat apa yang Thomas lakukan, pria berbadan kekar tersebut meludah ke atas lantai. "Terlalu bertele-tele! Cepatlah lunasi hutang-hutangmu jika tak ingin kepalamu kami gantung!"

Thomas semakin gemetar ketakutan mendengarnya, "Seri, Ayah mohon. Bantu Ayah,"

Seri menyingkir, dia menatap Ayahnya yang berwajah pucat. "Ayah bercanda? Baru semalam aku melunasi hutang Ayah pada Bibi Delima!"

"Ini berbeda, Seri. Bantu Ayah, Seri. Kamu tidak ingin jadi anak durhaka kan? Cepat bantu Ayah! Ayah tidak ingin mati konyol!"

Menghela napasnya berat, Seri kembali menatap pria berbadan besar di depannya. "Berapa hutang-hutang Ayahku?"

"Dua miliar!"

Mata Seri terbelalak kaget, "APA?! D-Dua miliar?!"

Seri menatap Ayahnya, "Ayah gila?!"

"Diam kamu!! Sudah cepat lunasi semuanya! Ayah tidak ingin mati konyol dengan kepala terpisah!"

"Ya Tuhan Ayah, dua miliar itu bukan dua juta! Aku mana mungkin ada uang sebanyak itu?"

"Ayah tidak mau tahu! Cepat lunasi!!"

"Semua ini hutang Ayah! Kenapa harus aku yang selalu melunasi?"

Thomas menggertakkan giginya dengan menahan kesal, "Ayah sudah membesarkan kamu! Ayah yang sudah memberi kamu makan! Ayah yang sudah merawat kamu dari kecil, kalau tidak ada Ayah, kamu sudah mati dari kecil!"

Harus berapa kali Seri katakan? Jika memberinya makan dan merawatnya adalah tugas orang tua, jika tak ingin memberi makan atau pun merawat, kenapa mereka punya anak? Lebih baik child free dari pada akhirnya, anak yang tak berdosa yang menjadi korbannya. Seperti apa yang Ayahnya lakukan saat ini, ketika meminta uang tak di berikan, Ayahnya akan mengungkit segala hal yang sudah dia berikan.

Seperti memberi makan dan merawatnya dari bayi.

Demi apa pun, untuk saat ini Seri tak memiliki uang sepeserpun. Jika ada, dia pasti akan langsung memberikannya pada sang Ayah. Tapi jika tak ada, Ayahnya tidak bisa mengerti sedikit pun. Terus memaksa, mengancam, bicara ngawur. Seri benar-benar pusing sendiri jika begini terus, "Aku tidak ada uang untuk sekarang, Yah."

"Berisik! Cepatlah lunasi semua hutang-hutang Ayahmu itu! Jangan membuang waktuku semakin banyak!"

Seri menggigit bibir bawahnya, "Tolong beri waktu saya."

"Dua hari! Jika dalam dua hari tidak di lunasi─"

"Bawa saja putriku! Dia bisa Anda jadikan jalang di pelacuran! Harga tubuhnya pasti mahal!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Simpanan Calon Suami Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang