Lima

65 19 1
                                    

"Jeno, perkenalkan dia Haechan."

"Halo, namaku Lee Donghyuck, panggil saja Haechan."

.

.

.

"Jeno," panggil Jaemin.

Jeno mengalihkan pandangan pada Jaemin. Jaemin mengatakan jika ada seseorang yang mencarinya. Jeno mengerut keningnya, kemudian ia langsung mengabaikan Jaemin begitu saja.

"Bilang pada gadis itu, jika aku tak ingin menemuinya," ucap Jeno.

"Bukan Karina, tapi pemuda yang waktu itu."

Jeno dengan cepat membalik tubuhnya, menatap Jaemin yang menunjuk ke luar lapangan. Mata Jeno menemui Donghyuck yang berdiri di sana. Jeno memberikan bola yang ada di tangannya pada Jaemin, lalu berlari menghampiri Donghyuck.

Pemuda manis itu berdiri dengan gelisah, menahan bawah dan tak berani menatap lurus ke depan. Namun suara Jeno membuatnya sendiri tersentak, kemudian ia mendongak jala pemuda itu kini sudah berdiri di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Jeno.

"Itu... maaf, maafkan aku, aku tidak sengaja merobek..." Donghyuck perlahan mengulurkan tangannya, dan Jeno melihat buku not miliknya yang sudah terbagi menjadi dua. Ia sedikit terkejut melihat miliknya rusak, namun yang membuatnya lebih terkejut saat melihat pemuda itu menatapnya dengan mata yang sudah berlinang.

"Eehh... jangan menangis," panik Jeno.

"Aku sudah merusak milikmu, maafkan aku."

Jeno mengatakan jika itu semua tak apa, itu memang buku lama, dan sudah sedikit usang, jadi wajar jika rusak. Namun Donghyuck sangat merasa bersalah telah merusak milik orang dan tanpa izin memakainya.

Jeno tersenyum kecil, melihat betapa menggemaskan pemuda di hadapannya itu. Ia mengatakan jika Donghyuck tak perlu menangis, ia masih punya satu buku lagi, dan buku itu menahan sudah rusak.

"Haechan."

"Apa?"

"Panggil aku Haechan."

"Oh? Ohh... baiklah Haechan-ah."

Haechan sekali lagi meminta maaf pada Jeno, ia berjanji tak akan mengulangi kesalahannya itu. Jeno menatap buku not miliknya, dan muncul bertanya di dalam kepalanya.

"Kau tahu darimana jika ini milikku?" Haechan mengedip matanya, kemudian ia menjelaskan jika di sampul buku itu ada nama Jeno, dan ia sering melihat Jeno masuk ke dalam ruang seni. "Aku sering ke perpustakaan, jadi aku tak sengaja melihatmu di sana," ucapnya.

Jeno mengangguk paham. "Aku baru tahu kau bisa bernyanyi," ucap Jeno. Jeno kembali menatap Haechan, namun ia terkejut melihat wajah pemuda itu yang sudah berubah merona. "Ehh, maafkan aku." Haechan bertanya apa Jeno mendengarnya bernyanyi? Jika iya, itu sangat memalukan.

"Tidak. Suaramu sangat indah," puji Jeno. Namun Haechan mengatakan jika ia sangat malu jika ada seseorang yang mendengarnya bernyanyi.

Jeno terkekeh, ia mengatakan jika suara Haechan itu sangat merdu, dan Haechan tak perlu malu. Haechan menaikan pandangannya menatap Jeno. "Sungguh?" Jeno mengangguk. Haechan tersenyum kecil, ucapan Jeno membuatnya sedikit legah.

"Jeno, kau bisa bermain gitar?"

"Hhm."

"Apa kau bisa memainkan gitar untukku?"

"Tentu, asal kau mau bernyanyi untukku."

______________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


______________________

Wajah Haechan merengut kesal, ia sudah mencoba beberapa kali namun ia sama sekali tak bisa melakukannya. Dengan rasa kesal ia menyingkirkan gitar milik Jeno lalu memalingkan wajah asal tak menghadap pada Jeno.

Jeno yang melihat itu mengigit bibirnya gemas. Sudah hampir sejam ia mengajari Haechan bermain gitar namun hasilnya tetap sama, Haechan sama sekali tak bisa memainkannya.

Jeno mengatakan jika memainkan gitar sedikit sulit untuk pemula namun, jika ia berusaha pasti akan bisa melakukan. "Tetap saja, aku tak akan bisa memainkannya," ucap Haechan lesuh.

"Kau memang tak cocok bermain gitar, kau lebih cocok bernyanyi saja."

Haechan terkejut mendengar ucapan Jeno itu. Ia menatap Jeno yang tak menyadari perubahan wajahnya.

"Jeno," panggil Haechan.

"Hhm?"

"Bisa kau menyanyikan sebuah lagu untukku?"

Jeno menatap Haechan yang entah mengapa ia merasa perasaan rindu di hatinya. Namun Jeno mengangguk pelan, Haechan tersenyum. Kemudian ia mendengar Jeno yang bernyanyi dengan di iringi sebuah gitar yang sangat merdu. Tatapan pemuda itu sama saja tak teralihkan dari Jeno, menatap wajah pemuda itu dengan perasaan yang tak bisa di jelaskan seperti apa.

"Aku merindukanmu Hyung."

Dia dan Nada (Nohyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang