Buat yang udah baca episode sebelumnya sebelum tanggal 16 Oktober, bisa baca ulang ya. Episode yang itu udah aku tambah.
.
.
.

"Jhon, mampir supermarket bentar, ada yang mau aku beli." Pinta Nilam pada Jhonatan saat dalam perjalanan pulang. Setelah menutup toko, Jhonatan juga akan mengantarkan Nilam pulang.
"Beli apa?"
"Bahan makanan, di rumah habis, Riko pasti kelaperan," ujar Nilam, membayangkan wajah memelas Jerryco saat kelaparan. Lucunya.
Jhonatan pun membawa mobil itu ke sebuah sepermarket yang menyediakan berbagai bahan makanan. Saat Nilam masuk ke dalam, diam-diam Jhonatan pergi ke penjual martabak dan nasi goreng yang sedang berjualan di samping supermarket.
"Bang, martabak telur 1 martabak manis 1 rasa coklat kacang!"
Setelah selesai dengan martabak, Jhonatan berjalan ke arah pedagang nasi goreng seraya memesan, "nasi goreng 3 ya bang, yang dua kecapnya dibanyakin, dibungkus!"
Sembari menunggu, Jhonatan duduk di salah satu kursi yang di sediakan pedagang nasi goreng. Jujur saja, Jhonatan pun sama merasa sedari tadi, jika ia menjadi pusat perhatian saat ini. Celana hitam, dengan kemeja biru muda serta arloji juga sepatu yang ia kenakan. Semuanya mencolok.
"Lagi nungguin istri belanja pak?" tanya pedangang nasi goreng, ia melihat sekilas saat Nilam turun dari mobil.
"Oh? Calon istri kok," jawab Jhonatan senang. Belum apa apa, sudah ada yang mengatakan ia dan Nilam suami istri.
"Jhon, ayo," ajak Nilam yang terlihat sudah membawa banyak barang belanjaan.
"Iya, sebentar." Jhonatan menerima nasi goreng dan martabak itu seraya membayar masing-masing dua ratus ribu.
"Eh, bentar kebanyakam pak—"
"Nggak pa pa, ambil aja."
"WAH, TERIMAKASIH PAK, SEMOGA PERNIKAHANNYA LANCAR, LANGGENG SAMPAI MAUT MEMISAHKAN!" Teriak kedua pedagang itu, membuat Jhonatan sedang sedang Nilam sangat malu.
"Apa apaan sih kamu!"
Jhonatan tertawa sembari memundurkan mobilnya dan melajukan mobil itu untuk ke arah rumah Nilam.
"Nggak pa pa, kamu kan yang ngajarin aku buat sering sering berbagi," ucap Jhonatan membela diri.
"Iya tau, tapi kan tujuan kamu emang buat nyari keributan kayak tadi kan! Keliatan banget!" Kesal Nilam.
Jhonatan tertawa, memang benar adanya demikian. Selain itu juga untuk melihat wajah kesal Nilam, menggemaskan. Dasar puber ke dua.
"Kamu beli martabak sama nasi goreng? Kan aku mau masak!"
"Ga usah, itu buat besok aja. Udah malam juga kan? Capek, makan aja ini, kita makan bertiga. Makanan di rumah juga pasti udah ludes di makan Tommy." Tentu saja tebakan Jhonatan tepat sasaran.
Nilam mengerutkan dahinya, ia mengambil dan melihat dua kotak dalam kantong plastik martabak. "Ini buat aku sama Riko semua?"
"Iya sayang."
"Nggak mau, ah! Martabak telurnya buat Tommy, biar martabak manisnya buat Jerry. Mau sekenyang apapun anak di rumah pasti bakalan seneng kalo dibawain makanan saat orang tuanya pulang!" Ucapan Nilam membuat Jhonatan tertegun, memang benar demikian. Dulu saat ia kecil juga akan sangat senang jika dibawakan makanan, mau dalam keadaan lapar ataupun kenyang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tom And Jerry
Teen FictionBagai Tom and Jerry di dunia nyata, Tommy dan Jerryco adalah musuh bebuyutan sejak pertama kali masuk SMA. Lalu bagaimanakah jika Ayah Tom dan Ibu Jerry menikah?