1 minggu kemudian, meja makan rumah Jerryco.
"Jer, hari ini ikut bunda, yuk. Ketemu sama om Jhonatan," ajak Nilam sembari memakan sarapannya.
"Ngga ah bun, hari ini ada kerja kelompok," jawab Jerryco seraya memasukan kerupuk ke dalam mulutnya. Ia berbohong, tak ada kerja kelompok apapun hari ini. Hanya saja, ia masih belum siap dan ia merasa ada sesuatu yang rasanya mengganjal.
"Yah, sayang banget. Padahal hari ini mau sekalian ketemu sama anaknya om Jhonatan," ucap Nilam menyayangkan, "tapi nanti kapan kapan bunda pengen kita jalan jalan berempat, misal ke alun alun atau atau kita ke green House aja? Pasti seru kan Jer, liat bunga bunga!" lanjutnya dengan nada yang sangat antusias.
Jerryco mengaduk nasinya, ia tak selera makan. Ia takut, bagaimana jika kasih sayang Nilam berkurang atau bahkan hilang darinya? Ia memang sudah besar kok, tetapi tetap saja mana rela.
"Kenapa, sayang?" tanya Nilam saat menyadari jika suasana hati Jerryco sedang tidak baik.
"Kalo seandainya Riko nggak setuju sama pernikahan Bunda gimana? Apa Bunda bakal tetep lanjutin pernikahan?"
Nilam tampal sedang pura pura berpikir, "hmmm, kalo kamu nggak setuju... Mungkin Bunda bakal pergi—"
"Bun... Bunda?"
"Maksudnya nggak lanjutin rencana nikahnya!"
Jerryco bernapas lega, hampir saja jantungnya copot. Ia kira bundanya akan meninggalkannya demi bisa menikah dengan laki-laki itu.
"Salah satu alasan Bunda nikah lagi kan itu kamu, sayang," Nilam menghela napas sejenak, "kalau kamu aja nggak setuju, nggak bahagia sama pernikahan bunda, sama ayah baru kamu, buat apa Bunda nikah lagi?"
"Terus kalo bunda nikah lagi, bunda nggak bakal lebih sayang sama anaknya om Jhonatan kan?"
Nilam tertawa, ternyata itu salah satu kekhawatiran putranya. Walaupun sudah akan menginjak usia 17 tahun 1 bulan lagi, tetapi putranya masih sangat menggemaskan ternyata.
"Nggak mungkin bunda lebih sayang dia, apalagi kalian seumuran! Mungkin kalo masih kecil kamu bisa aja cemburu, orang dia sama sama udah kelas 11 kok! "
"Hah? Cewek apa cowok bun?" mendengar jika anak Jhonatan seusianya, entah mengapa ia jadi antusias. Kalau cowok kan bisa ia jadikan teman main di rumah, kalau cewek? Entahlah.
"Cowok!"
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tom And Jerry
Dla nastolatkówBagai Tom and Jerry di dunia nyata, Tommy dan Jerryco adalah musuh bebuyutan sejak pertama kali masuk SMA. Lalu bagaimanakah jika Ayah Tom dan Ibu Jerry menikah?