3

301 46 3
                                    

Menyenangkan. Itulah kata yang dapat diungkapkan oleh Aurorae saat dirinya bisa terlepas dari jeratan bayang-bayang kejam Jakarta. Minggu depan ia akan pergi ke UK untuk melanjutkan pendidikan menengah atasnya. Ia sudah tidak akan mau lagi sekolah di Indonesia karena kelakuan teman-temannya. Meskipun ia belum pernah jauh dari orang tua namun setidaknya trauma akan masa lalunya segera berakhir.

"Kak, bener nih mau ambil yang di UK?" tanya maminya saat mereka sedang berlibur ke Bogor. Bogor adalah rumah favorit Salsa meski mereka hanya sesekali menginap disana saat liburan. Kedua anak Salsa lahir disana kecuali Ara entahlah kenapa bisa ia lahir jauh dari tempat kelahiran adiknya.

"Bener mi. Mami percaya sama kakak kan?" tanya Ara yang mendudukkan dirinya di sofa tengah rumah itu.
Rumah yang sejuk mengingatkan dirinya berada di sebuah villa saat keluarganya merayakan ulang tahun Arva dan Arvi tahun lalu.

"Kenapa kita nggak pindah ke sini aja sih mi. Jakarta kan panas banget" ucap Ara membuka jendela kaca yang langsung menampakkan rindangnya taman belakang rumah mereka.
Selama ini mereka tinggal di Jakarta karena alasan agar Rony tidak terlalu jauh jika harus pulang pergi Jakarta-Bandung.

"Suatu hari ya kak. Semoga kita bisa pindah ke sini" ucap Salsa yang duduk di sofa

"Mami belum pernah jauh dari anak-anak mami. Mami takut yang homesick malah mami bukan kakak" Salsa mengusap rambut anaknya. Memainkan rambut panjang Ara seperti kebiasaannya saat mereka sedang berdekatan

"Mami kan bisa nengokin kakak seminggu sekali" ucap Ara menampilkan deretan giginya

"Seminggu sekali bisa punggung mami remuk di jalan kak" ucap Salsa menyeruput tehnya.

Selama ini Salsa tidak pernah jauh dari anak-anak. Apalagi dengan Ara. Gadis itu yang selalu menemani Salsa pergi arisan, jalan-jalan, bahkan jika disandingkan Salsa masih seperti kakak buat Ara. Wajah yang mirip serta postur yang tidak terlalu berbeda membuat siapa saja tidak akan menyangka jika keduanya adalah ibu dan anak.
Bedanya hanya Salsa yang berbalut hijab sedangkan Ara tanpa hijab.
Salsa tidak pernah memaksa anaknya untuk mengikuti dirinya, karena memakai hijab bukan lagi soal paksaan melainkan keinginan dari dalam diri sendiri.
Salsa hanya akan menasehati jika suatu saat Ara memutuskan untuk berhijab karena keinginannya sendiri.

"Lagi ngobrolin apa sih" ucap Rony dari belakang sofa yang melingkarkan tangannya pada leher Salsa. Mencium pipi maminya tanpa malu karena ada dirinya.

"Kayanya memang kakak nggak kelihatan ya" cibir Ara malas

"Apasih anak bayi, mau dicium juga?" Rony yang beranjak pun mencium Ara lebih brutal dari Salsa. Pipinya sampai merah karena tekanan dari Rony.

"Papi sakit" Ara mendorong dan menjauhkan wajah ayahnya agar tidak menempel di pipinya.

"Lagi ngobrol apa?" Rony yang kini ikut duduk di tengah keduanya. Sofa yang lebar itu masih sanggup menampung dua lagi anaknya jika mereka mau.

"Kakak kan mau pergi tuh ke UK, kayanya mami yang nggak sanggup deh di tinggal. Anaknya sih seneng aja bisa bebas nggak ada yang atur lagi" ucap Salsa memeluk suaminya dari samping.
Sudah bukan pemandangan yang aneh saat Salsa memeluk Rony, merangkul, mencium, bermesraan dalam hal wajar didepan anak-anaknya. Karena keduanya ingin terus menunjukkan bahwa kehangatan keluarga membuat mereka semakin nyaman berada di tengah keduanya.

"Siapa bilang nggak akan ada aturan?" Rony menaikkan satu alisnya mengusap lembut kepala istrinya yang berada di pundaknya

"Papi jangan mulai deh. Kakak nggak akan ngapa-ngapain disana jadi nggak perlu ada aturan yang aneh-aneh" ucap Ara menimpali

"Ya harus nggak ngapa-ngapain dong. Mau ngapain memang?" ucap Rony yang kini menolehkan wajah ke anak gadisnya

"Disana terlalu bebas, nggak ada keluarga yang bisa mengawasi jadi papi mau kakak tinggal di asrama karena kakak masih belum cukup umur buat tinggal sendiri" jawaban Rony membuat Ara kesal. Tidak seperti perjanjian awal ketika Ara meminta tinggal diapartemen dan Rony mengiyakan.

MY AURORAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang