4

415 53 4
                                    

Tadi pagi Salsa sudah menangis karena hari ini harus melepaskan anak gadisnya. Namun saat sampai di bandara pun air matanya masih menumpuk dan ingin segera ia tumpahkan.
Salsa ikut menemani suaminya mengantarkan Ara beserta kedua anak lelakinya pun Salsa boyong agar ikut dengannya.

"Toping Salsa Rony harus selalu lengkap ya?" Paul yang ikut mengantarkan pun hanya bisa menggeleng

"Iya lah. Anakku gak boleh ketinggalan satu" ucap Salsa dengan mata sembabnya

"Kamu ngapain nangis sih. Adik bayi udah gede tau" ucap Paul menimpali

"Kalo gede tuh kakak bukan adik bayi lagi" protes Salsa yang merangkul Ara disisi kanannya

"Iya mami" jawab Paul dengan cengirannya

"Gue sikat ya lo sok manis gitu di depan bini gue. Tuh anak lo lari-lari ngeri ketabrak gue" Rony dengan sinis menimpali namun Paul malah terkekeh menanggapi.

Pada akhirnya Paul memang menikah dengan Novia, dan keduanya mempunyai dua orang anak dari pernikahannya. Anak pertamanya tiga tahun di bawah Arva Arvi sedangkan anak keduanya masih berusia lima tahun.

"Papowl kakak berangkat ya. Jangan lupa nanti nengokin kakak ke sana" Ara memeluk Paul cukup lama.

Paul memang terbilang sosok yang sangat baik, jauh dibalik cerita saat dirinya lahir dan orang pertama yang menemaninya adalah Paul karena papinya sedang ada tugas saat itu. Namun dibalik semua itu Paul memang sosok yang baik.
Kadang saat dirinya sedang libur sekolah, Paul mengajaknya pergi liburan bersama keluarganya. Bukan hanya Ara saja yang dekat dengan Paul melainkan kedua adiknya pun sangat dekat mesti kedua adiknya jarang ikut serta berlibur bersama keluarga Paul.

"Catet ya. Papa bakal kesana buat kakak. Jangan khawatir" ucap Paul mengusap kepala gadis yang ada di pelukannya dengan lembut
"Hati-hati ya, papa tunggu kabarnya" ucap Paul melepaskan.

Setelah Ara, Rony pun pamit serta diikuti oleh maminya. Perjalanan tujuh belas jam yang melelahkan membuat kelimanya tidur dengan nyenyak. Bukan kali pertama kelimanya menempuh perjalanan dengan waktu yang panjang, namun kali ini seperti hal yang baru. Negara yang tidak pernah mereka datangi sebelumnya meskipun hanya untuk liburan.

Sampai di UK mereka langsung menuju ke hotel untuk meletakkan barangnya. Tiga kamar yang berdekatan membuat Salsa tidak perlu waktu lama untuk mengabsennya. Ara sudah mendapat jatah kamar sendiri ketika liburan. Sedangkan kedua adiknya berada dalam satu kamar yang sama.

Makan malam tersaji dengan sangat mewah. Entah papinya merogoh kocek sampai seberapa untuk membayar kenikmatan yang istri dan anaknya dapatkan.

"Mi, kan masih lima hari lagi buat kakak mulai ada kelas. Mami bakal disini terus kan?" tanya Ara di tengah acara makannya

"Tanya papi" Salsa tidak menjawab terlalu panjang

"Papi. Gimana?" Ara seperti mengulang pertanyaannya

"Papi masih disini sampai seminggu lagi" jawab Rony yang langsung mendapat pelukan dari putrinya.

Seperti mendapat keberuntungan yang luar biasa. Rasa senang dan haru menjadi satu. Ternyata tanpa ia minta pun orang tuanya akan dengan senang hati menemaninya.
Betul memang jika ayah adalah cinta pertama anak perempuan. Ya Rony adalah cinta pertamanya. Terlepas dari dirinya yang selalu menangis ketika dimarahi, selalu marah ketika Rony memutuskan sesuatu tanpa sepengetahuannya. Namun terlepas dari itu semua, Rony adalah ayah yang baik. Menuruti semua keinginan Ara. Memberikan apa yang Ara butuhkan.

Kedua adiknya pun sangat dekat dengan Rony. Ia ingat sekali saat ketiganya masih kecil, ia dan kedua adiknya harus tidur berdempetan di satu kasur dengan Salsa dan Rony.
Saat itu Rony akan pergi ke Singapore selama seminggu, jadi satu hari sebelum ayahnya pergi mereka tidur di satu kasur yang sama. Untungnya kamar kedua orang tuanya memiliki kasur yang cukup lebar untuk mereka berlima.

"Papi tau nggak kenapa kunang-kunang pantatnya menyala?" tanya Ara kecil yang masih belum terlelap sampai malam tiba

"Menyala soalnya dia nggak mau tidur kalau malam adik. Jadi adik harus tidur biar tidak jadi kunang-kunang" namun yang menjawab justru Salsa, sang ibu. Sudah hampir pukul dua belas bahkan tangan Salsa sudah mulai hilang respon untuk menepuk pantat putrinya.

Kenangan tentang masa kecilnya masih terekam jelas dan membekas.
Ara kecil selalu disayang, dimanja bahkan jika Ara meminta isi dunia sekalipun akan dicarikan oleh sang Ayah.
Anak pertama seharusnya menjadi tulang punggung dari semua letih yang dilalui oleh orang tuanya. Membalas jasa ketika ia telah beranjak dewasa. Namun sepertinya tidak dengan Ara, jika ia ingin tidak bekerja pun dan menemani maminya saja di rumah setelah lulus S2 nanti, kedua orangtua nya tidak keberatan.

"Pi setelah ini jalan berdua sama kakak mau nggak?" tanya Ara saat kelimanya sedang menikmati makan malam di satu meja bundar resto fine dining.

"Em.. kenapa mami nggak boleh ikut? Ada yang mau kakak sampaikan?" tanya Rony dengan dahi mengkerut

"Nggak ada. Kalau mami ikut aku gak bisa peluk papi" ucap Ara menjulurkan lidah pada maminya.
Seperti pada sahabatnya, Salsa pun menjulurkan lidah kesal karena Ara tidak mengajaknya.

"Yasudah mami mau jalan sama anakku yang lain. Kamu gak usah ikut" Salsa menjawab dengan nada mengejek

"Yasudah pas. Dibagi dua" jawab Ara tak mau kalah

Setelah makan Rony memang pergi bersama Ara berdua saja sedangkan maminya pergi bersama kedua adiknya. Jika sudah nanti mereka akan bertemu di sebuah tempat yang sudah mereka sepakati.

"Pi. Papi capek gak sih setiap hari bekerja keras begini?" tanya Ara menyenderkan kepalanya pada lengan Rony dengan berjalan santai menyusuri danau dan taman

"Nggak. Papi kan punya tanggung jawab" jawab Rony mengusap kepala anaknya

"Tanggung jawab papi banyak ya? Kakak termasuk salah satunya ya?" tanya Ara yang kini duduk di salah satu bangku kosong disana

"Dulu sebelum ada kalian. Jauh sebelum ada kalian. Papi bertanggung jawab untuk perusahaan. Meneruskan perusahaan agar menjadi berkembang tidak mudah kak. Setelah itu mami papi menikah. Tanggung jawab papi jadi dobel yaitu perusahaan dan mami. Setelah kalian ada tanggung jawab papi semakin bertambah. Salah satunya membelikan barang mahal yang kamu minta" jawab Rony tersenyum

"Papi!!" Ara mencubit lengan papinya namun Rony hanya tertawa

"Semua tanggung jawab itu tidak membuat papi semakin sedih atau terbebani tapi membuat papi semangat. Ada nyawa yang papi genggam, ada bahagia yang harus papi rawat disana. Sama seperti kamu, kamu akan memiliki tanggung jawab kelak meski tidak harus sebesar papi" jawab Rony

"Kalau kakak nggak mau meneruskan perusahaan. Apa papi marah?" tanya Ara menangkap netra ayahnya

"Papi nggak mau membebani anak papi namun kalau ketiga anak papi mau, sudah papi siapkan ketiganya dengan porsi yang sama" ucap Rony mengusap kepala Ara

"Porsi adik Arvi sama dengan kakak?" Tanya Ara

"Kenapa? Kamu nggak mau kalah dengan adikmu?" Tanya Rony mengernyitkan dahinya

"Harusnya ada silsilahnya dong pi" Ara menjawab dengan kesal

"Perusahaan induk papi hanya satu, namun anak perusahaan papi banyak. Kalian tidak akan bisa mendapat posisi itu dengan cuma-cuma disana jadi ya bekerja keras untuk mendapatkan posisi itu" jawab Rony dengan wajah serius namun tetap hangat

"Ah belum tentu juga kakak yang gantikan papi. Kakak pun juga gak mau" jawab Ara dengan nada yang dibuat

"It's oke kak. Nanti suami kakak yang bakal bisa bantu papi. Em.. atau suami kakak malah udah jadi CEO duluan sebelum bantu papi" ucap Rony mengacak rambut Ara

"Maksudnya?" tanya Ara tidak mengerti

"Masih kecil. Sekolah yang pinter. Nanti kakak tau sendiri jawabannya" jawab Rony merangkul pundak Ara

✨✨
Hai..
Rony dan printilannya kembali.
Yang kangen mereka jangan lupa pencet dulu vote nya 🫶🏻

Enjoy!

MY AURORAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang