11.

3K 48 0
                                    

Warning guysss

Happy Reading <3




"Emphhhh, shhh... "Arum mengerang di sela-sela ciuman brutal kakak sahabatnya. Dadanya berdesir, perutnya seperti terdapat ribuan kupu-kupu yang menari. Dia kecolongan lagi!

Regaz semakin merapatkan tubuhnya, menarik erat pinggang Arum hingga dada bidangnya merasakan payudara sekal si gadis mungil. Bibirnya melumat habis, menyesap sesekali dia gigiti. Lidahnya pun menjilat dengan lihai, menjelajah seluruh rongga mulut tanpa terkecuali.

Dia memanfaatkan kesempatan, setelah mengusir adik dan temannya yang adu percekcokan. Juga berkat langkah dan tangan gesitnya dia bisa mencegah Arum keluar.

Decakan ciuman basah menggema di ruang kerjanya. Sialan! batinnya mengumpat pasalnya dia sebentar lagi harus keluar kota dan sekarang batangnya keras seperti kayu. Dengan frustasi dia menggendong Arum, membawa ke kamar mandinya.

Aroma gadis mungil ini benar-benar membuatnya pening, di tambah tatapan takut yang selalu menghindarinya itu membangkitkan sisi liarnya.

"M—mashh, eumphhh... " ucapan Arum terpotong lesakan lidah, tubuhnya meremang merasakan jari panjang menyusup kedalam roknya. Dia merintih kelimpungan merasakan serbuan usapan jari yang menggoda.

"Wangi udah basah, hm?" Regaz membisik rendah, gadis mungil ini sensitif sekali, "emhh enak ya di giniin itilnya" dia tersenyum miring merasakan kewanitaan Arum yang makin berkedut.

Arum kelimpungan, kewanitaannya berkedut basah merasakan jari-jari yang mengucaki cepat kewanitaanya di tambah kakak sahabatnya ini terus- terusan membisiki kalimat kotor.

Dia udah gak kuat, "emhhh... eughh... akhhhhhhh... " desahannya lepas bersamaan puncak orgasmenya, kakinya berjinjit-jinjit menegang gemetaran dengan tangan yang memegang erat bahunya Regaz.

"Shhh tenang Wangi, sudah hm... " Regaz menenangkan gadis mungil di dekapannya yang bergetar setelah di serbu puncak kenikmatan, di selingi isakan lirih.

Lelaki itu menggendong Arum pelan, mendudukkan di kloset duduk. Mata tajamnya menatap wajah sembab gadis mungil, pakaiannya sedikit berantakan, dia yakin celana dalam gadis mungil ini pasti basah.

"Buka celana saya, Wangi" ucap Regaz santai dengan percaya diri, berdiri di depan Arum yang duduk di closet.

Mendengar ucapan Regaz, seketika gadis mungil itu membelalakkan matanya, "a—apa?... " tanyanya dengan suara lirih.

Dengan gak sabaran, Regaz mengambil tangan mungil Arum dia letakkan di resletingnya, kejantanannya yang menggembung meraung-raung meminta segera di lepas dari sangkarnya.

Arum merinding, sungguh dia malu sekali. Dengan tangan yang gemetaran gadis mungil itu menarik resleting sambil memejamkan matanya.

"Open your eyes, Wangi" Regaz menahan gregetan, rasanya dia ingin langsung membanting gadis mungil ini ke kasur lalu dia sentak dalam-dalam hingga mentok dengan batang kerasnya. Shit! tangannya meraup wajah berusaha menahan mati-matian.

Arum merinding, tenggorokannya kering tepat di hadapannya kejantanan Regaz tegak menantang, entah sejak kapan celananya lelaki itu melorot pasalnya tadi dia cuma buka resleting doang.

"Sini, mana tangannya... " Regaz menarik tangan Arum untuk memegang kejantanannya yang tegak berurat, dia memejamkan mata begitu merasakan tangan lembut Arum.

"Tangannya naik turunin seperti ini, eghhhh pinter emhhhh... yaa seperti itu shhhh, lebih cepat Wangi eghhhh... " Regaz memejamkan matanya sambil mengerang dan meracau merasakan kejantanannya di urut dengan tangan sahabat adiknya.

Entangled with Her Brother 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang