05. Resistance

364 105 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Duduklah, Sayang." Anri mengajakmu untuk bersama mereka secara ramah.

Dengan perasaan penuh ragu, kamu akhirnya mendudukkan diri di sebelah wanita berambut pendek itu seraya menunduk, menghindari tatapan lapar dari para pria yang berada di dekatmu. Ada yang salah dengan ini semua sehingga membuatmu ingin melarikan diri sekarang juga.

Meremas pakaian pelan, kamu lalu menatap dengan penuh kewaspadaan pada pria yang kini tengah berbicara dengan Anri.

"Ya, Nyonya Youko yang mengirimkannya ke sini. Bagaimana menurut Anda, Tuan Yasumori? Dia cantik, bukan?" Wanita tersebut berbincang seolah tengah bernegosiasi pada salah satu pria di sana.

Yasumori Hoichi mendengarkan ucapannya sambil memandangimu dengan senyuman nakal. "Sangat cantik. Nenek tua Panti Asuhan itu ternyata memang tidak mengecewakan," tanggapnya setuju, diikuti anggukan dari anak buahnya.

"Apakah kita harus membayar Nenek tua itu secara lebih?" Anri kembali bertanya.

"Aku belum tahu apakah gadis ini memuaskan atau tidak." jawab Hoichi sambil mengusap dagunya.

Kamu sedikit tersentak mendengarnya. Hatimu kini dipenuhi oleh keresahan serta kegelisahan yang bercampur menjadi satu hingga membentuk sebuah perasaan yang disebut sebagai ketakutan.

Apa yang mereka bicarakan? Membayar? Siapa yang akan dibayar? Apa maksudnya? Membayar untuk apa? Memuaskan dalam segi apa?

Batin dan pikiranmu rusak oleh beribu pertanyaan yang mengganggu ketenangan. Apa pun itu, yang jelas kamu tahu jika yang dibicarakan oleh mereka mengarah ke hal negatif sehingga dirimu sedang dalam bahaya saat ini. Kamu harus kembali ke panti dan berkata pada Youko jika dia salah mengirim alamat karena tidak ada pria yang seumuran denganmu di sini.

Namun, hatimu sendiri dipenuhi oleh keyakinan lain yang menyatakan bahwa, tidak mungkin wanita tua tersebut salah mengirim alamat sedangkan wanita bernama Teieri Anri itu berkali-kali menyebut namanya seolah mereka telah saling mengenal.

Aku harus lari dari sini.

"Jadi, Sayang, beri tahu kami berapa usiamu?" Suara Anri membuatmu sedikit tersentak dan lamunanmu buyar.

"Saya dua puluh dua tahun," jawabmu pelan seolah hampir berbisik.

"Kau berkuliah?" Hoichi bertanya sambil menatapmu.

Kamu menggeleng pelan. "Saya terkendala oleh ekonomi," paparmu takut. Tatapan lapar itu terasa menakutkan, seolah menjerat dan menjatuhkanmu ke dalam sebuah lubang yang dalam.

𝗦𝗔𝗟𝗩𝗔𝗧𝗢𝗥𝗘 || 𝐈𝐭𝐨𝐬𝐡𝐢 𝐑𝐢𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang