Jayu berlari kecil menuruni anak tangga dari lantai dua. Tujuannya adalah ke kamar sang Papa sambil membawa sebuah pakaian yang ia sampirkan ke pundak nya.
'Tok. Tok.'
Mengetuk sebanyak dua kali saat sudah sampai di depan pintu kamar papa, tanpa mengeluarkan sepatah katapun dari mulutnya.
"Masuk aja."
Tidak lama langsung terdengar sautan sang pemilik kamar dari dalam untuk menyuruhnya masuk.
Jayu menarik dan menghembuskan nafas nya sekali, lalu langsung membuka pintu kamar papa nya.
Saat sudah masuk pemandangan yang ia lihat adalah papa sedang berkutat dengan laptop nya ditambah papa memakai kacamata yang menandakan kalau papa sedang serius dengan pekerjaannya.
Jayu masih berdiri membelakangi pintu, sambil melihat ke arah papa yang bahkan seperti enggan untuk melihat siapa yang masuk kedalam kamar nya.
"Papa lagi sibuk ya? Kalau gitu kakak nanti balik lagi kalau papa udah selesai kerja nya ya."
Setelah mengucapkan itu Jayu hendak membalikkan badan nya untuk keluar, tapi tertahan karena papa langsung menyingkirkan laptop sekaligus melepaskan kacamata yang selalu ia gunakan untuk bekerja.
"Ada apa kak? Papa engga sibuk ko. Sini duduk." ucap papa sambil merapihkan kertas yang berserakan di sofa agar bisa di duduki oleh anak ketiga nya itu.
Jayu langsung mendekat dan duduk di samping papa nya saat kertas-kertas itu sudah dirapihkan.
Tapi kali ini pakaian yang awalnya berada di pundak nya sekarang pindah ke lengan nya. Bibir nya ia lipat kedalam menunjukkan kalau dia sedang gugup.
Papa melihat ke arah Jayu yang masih enggan untuk berbicara, lalu mata nya teralihkan ke arah pakaian yang berada di lengan anak ketiga nya itu.
"Oh ini baju yang papa minta ambilin ke laundry kan?" tanya papa.
"Iya." jawab Jayu singkat dengan suara pelan.
"Makasih ya kak udah di ambilin. Gara-gara si abang tuh pake lupa buat sekalian di ambil kemarin, untung masih ada."
Jayu hanya tersenyum canggung mendengar perkataan papa. Perasaan dia tuh sekarang campur aduk pokoknya.
"Sini, mau papa gantung. Soalnya mau di pakai buat ke acara nanti hari Sabtu."
Bukannya memberikan Jayu malah menjauhkan nya dari papa saat hendak mengambil nya. Jelas tindakan itu membuat papa sangat heran.
"Kenap-"
"Kakak mau minta maaf sama papa. Baju papa engga sengaja kena cat, pas kakak lagi bikin tugas melukis tadi"
Ucapan papa langsung berhenti saat Jayu berbicara membuat pengakuan bersalah nya sambil menyatukan telapak tangan tidak lupa juga memejamkan kedua matanya.
"Potong uang jajan nya, potong uang jajan nya, potong uang janjannya si kakak~"
Itu Riga yang mengganti lagu potong bebek angsa dengan kalimat mengejek untuk mengompori papa. Entah kapan datangnya tiba-tiba Riga sudah ada di dalam kamar papa sambil bersandar di pintu yang tertutup.
Jayu dan papa langsung melihat ke arah abang, sementara papa hanya menggelengkan kepala nya saja dan menggeser kembali laptop yang ia singkirkan tadi.
"Abang jangan ikut campur ya" kesal kakak, karena dia takut nanti uang jajan nya beneran di potong papah.
"Justru gue kesini tuh mau ikut campur sekaligus ngomporin papa" balas nya tetap meledek sang adik ke dua nya itu.
"Kamu mau ikut campur bang? berarti uang jajan kamu aja ya yang di potong" sahut papa tanpa mengalihkan pandangan nya dari laptop.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa dan 5 anak nya
FanfictionGimana rasanya ngurus 5 orang anak sendirian? Kehidupan Pak Sergio mungkin berat, gimana ga berat orang tingkah anak-anaknya selalu bikin elus dada. Eitss walaupun suka bikin Papa nya pusing 100 keliling anak-anaknya siap jadi garda terdepan kalau P...