KERAS KEPALA

178 34 6
                                    

Tidak mendapatkan apa yang diinginkan demi keadilan dirinya terhadap rentetan masalahnya dengan Dingzhi, Dongjun kini hanya bisa pasrah. Entah apa yang nantinya akan ia dapatkan, ia mungkin hanya akan mengikuti arus yang membawanya.

Pria dengan marga Baili tersebut kini menatap dirinya teguh dihadapan cermin apartemenya sambil menggenggam bandul kalung yang ia pakai.

"berakhirlah dengan damai, hanya itu yang kuinginkan. Aku lelah, kumohon." Sambil merapalkan kalimat tersebut, Dongjun memejamkan matanya seolah yang diucapkannya adalah mantra alih-alih doa.

Jika seseorang menuntut penjelasannya, alasan apa yang membawanya menerima tantangan Muyu, Dongjun pun tidak bisa menjawabnya. Kejadiannya begitu cepat membuat lelaki manis yang sayangnya bertempramental kasar itu ikut bingung. Pertemuannya dengan Dingzhi di Tianwaitian sama sekali tidak membuahkan hasil. Siapa yang nantinya harus disalahkan, sedangkan dirinya sendiri tidak begitu mengerti apa titik berat masalah ini?

Bila sejak awal Dingzhi berterus terang mengenai apa maksud dan tujuannya, Dongjun mungkin masih bisa menoleransi kemungkinan buruknya. Dingzhi manusia yang susah ditebak itu sama sekali tidak membantunya memecahkan masalah ini, itulah yang membuat Dongjun sedikit lelah.

Memastikan sekali lagi bahwa dirinya dalam kondisi baik-baik saja melalui cerminnya, kemudian kakinya melangkah keluar meninggalkan apartemen yang menjadi huniannya 3 tahun terakhir ini. Kali ini Dongjun menggunakan motor yang Dingzhi gunakan sama seperti sebelum tragedi aneh dalam dihidupnya terjadi. Tenang saja, motor yang sebelumnya hampir membuat Dingzhi celaka itu, sudah diperbaiki dengan mekanik terbaik di bengkel milik Dongjun.

*****

"kau yakin akan turun dengan motor itu?" tanya Sikong Changfeng memastikan tindakan sahabatnya yang sedikit nekat itu.

"yakin."

"kau akan membuat mereka naik pitam jika melihat motor legendaris Dingzhi digunakan untuk melawan teman-temannya sendiri."

"motor ini sudah jadi milikku, Sikong."

"bukannya kau bilang motor itu dalam perbaikan?"

"ya, sudah selesai diperbaiki kemarin malam."

"jadi kau test drive dengan melawan teman dari yang punya motor itu?!"

"apakah ada yang salah?"

"tidak ada yang salah. Tapi kali ini gunakan otak kritismu itu berpikir. Bagaimana jika motor itu belum sempurna diperbaiki? Kau ingin celaka seperti Dingzhi?"

"maka doakan aku baik-baik saja."

"oh, ayolah pria manis. Aku ini berteman denganmu bukan baru 2 hari yang lalu. Berhentilah memprovokasi lawan jika kau sendiri belum tahu potensi lawanmu, sialan!" Changfeng mulai jengkel menatap sahabatnya yang sama sekali tidak goyah akan pendiriannya.

"yang dikatakan Changfeng benar. Muyu bukanlah lawan yang bisa diremehkan, Dongjun. Percayalah padaku, aku lebih berpengalaman." Sambung Mengsha yang sedari tadi menyimak percakapan kedua sahabat beda karakter itu.

"kalian ini aneh. Kenapa memilih untuk memojokanku dibandingkan menyemangatiku bertanding?" sinis Dongjun

Pemuda dengan senyum tipis dan juga memiliki aura yang sangat menawan, berstatus sebagai pimpinan gang yang dianggotakan Dongjun dan kawan-kawan itu berjalan mendekati putra keluarga Baili tersebut.

"aiyooo, ada apa dengan moodmu, Tuan Muda? Bukankah Chengfeng dan Mengsha sedari tadi hanya memberitahumu untuk tidak bertindak gegabah?"

Yang ditanya hanya diam dan mendengus kesal. "jika ada yang kau pikirkan, berbagilah pada kami agar kepalamu tidak penuh, Dongjun." Sambung Roufeng sambil mengusap lembut rambut yang lebih muda.

MUTUALISM [YEBAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang