HARI KEDUA

236 45 11
                                    

Sekarang adalah hari penentuan dimana acting kedua lelaki matang itu diuji. Samalam, sepulangnya dari acara 'mari menguras uang Dingzhi' Dongjun mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk diotaknya. Pasalnya, selama ia tahu ada makhluk bernama Ye Dingzhi hidup, baru kali ini dia terlibat langsung dalam kehidupan lelaki itu.

"Yun ge"

"Yun ge"

"Yun ge"

"Yun ge...Sial, bagaimana nanti jika yang keluar dari mulutku malah 'tuan Ye Bajingan'" Dongjun mengacak rambutnya, stress.

Dongjun tidak ingin dicap sebagai manusia buruk dimata keluarga Dingzhi, terlebih jika saat perkenalan nanti ia memakai marga Baili didepan namanya. Bisa tercoreng nama keluarga Baili nantinya.

"apa aku ganti marga saja? Kira-kira orang tua Dingzhi kenal mukaku tidak ya?"

"dasar manusia menyusahkan. Kenapa juga aku mentujui rencana gila dia? Tapi kapan lagi aku mendapatkan 2 motor 1 mobil tanpa harus mengemis dengan ayah?"

"ARGHHHH DINGZHI SIALAN!"

Kalimat makian terus terlontar dari bibir tipis lelaki berparas manis yang juga tampan, dan cenderung memiliki aura yang dingin untuk orang yang tidak terlalu mengenalnya. Usahanya untuk tidur nyenyak semalam juga sirna, karena otaknya terus memikirkan acara makan malam gila ini.

Lelaki manis itu kemudian mengambil handphonenya yang berdering diatas tempat tidurnya, nama 'YE SIALAN' menjadi display layar panggilannya, dengan berat hati ia menggeser ikon hijau untuk menjawab panggilan dari Dingzhi.

"ada apa?"

"halo?" Disebrang sana Dingzhi memancing kata 'halo' karena Dongjun tidak mengucapkannya sebagai pembuka.

"ck. iya halo, ada apa?"

"hari ini, jam 5 nanti aku jemput"

"kenapa harus jam 5, bukannya ini acara makan malam?"

"iya, aku harus mengambil buah tangan untuk orang tuaku, karena aku yakin kau tidak membawa apa-apa," Dongjun menunduk dan memainkan kuku jarinya, sedikit perasaan bersalah muncul dihati kecilnya setelah sindiran tak sengaja yang didapatkan dari Dingzhi.

"ini bukan acaraku, untuk apa aku memikirkan buah tangan," balas Dongjun sebagai pembelaan.

"nah, aku sudah tau kemana jalan pikiranmu. Jadi aku yang menyiapkannya untukmu. Kau tidak perlu memikirkan apapun, cukup bawa dirimu saja."

'tapi aku memikirkan nasibku sejak malam, brengsek!' kalimat yang ditahan Dongjun dalam hati.

"Yun ge, kau tidak perlu menjemputku. Aku bisa pergi sendiri ke lokasi," Dongjun mau membiasakan panggilan akrab itu sebelum acara. Mendengar nama kecilnya dipanggil Dingzhi sedikit terkejut, ada perasaan senang dihatinya.

"apakah normal orang yang aku sukai datang sendiri tanpa kujemput diacara makan malam keluargaku?"

"kenapa ucapan mu ambigu sekali. Inikan cuma sandiwara"

"kau tau? Aktor dengan bayaran termahal, adalah orang yang mampu membawakan acting terbaiknya. Aku bahkan sudah memberimu lebih mahal dari bayaran aktor itu. Bisakah kau sedikit profesional?"

"aku bahkan berlatih untuk memanggilmu dengan sebutan Yun ge, sialan! Apakah itu tidak terhitung sebagai profesionalitas ku?" Dongjun mulai lepas kontrol dan membongkar aktivitas yang dilakukannya sebelum mengangkat panggilan Dingzhi

"hahaha, kau berlatih? Apakah memanggilku Yun ge sangat berat? Jika iya, maka tidak perlu. Buatlah dirimu nyaman saat pertemuan nanti, aku tidak memaksamu."

MUTUALISM [YEBAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang