Apa itu hari libur? Mitos doang

20 2 4
                                    

Meta, teman senasib seperjajanan ku. Kami kenal sejak kuliah. Sama-sama datang dari daerah memberanikan diri merantau ke Ibukota. Setidaknya Jakarta masih bisa disebut sebagai Ibukota kan. Sama-sama menempuh pendidikan di kampus yang sama dan jurusan yang sama. Sampai saat ini Meta adalah salah satu teman kuliah yang masih sering hang out denganku. Selebihnya ga ada sih yang selama Meta. Bukannya pembelaan karena aku seorang introvert ya, cuma memang aku kurang pandai dalam hal maintaining friendship. Dan relationship. Makanya sampai hari ini masih jomblo. Ups, single maksudnya.

''Latte dingin satu, iced americano satu, french fries satu. Udah itu aja'' kataku di depan kasir. Memastikan bahwa kami berdua tidak akan kelaparan selama obrolan berlangsung. Kukeluarkan handphone ku dan bersiap membayar

''Totalnya 75.000. Pembayarannya dengan apa Kak?''tanya mba kasir padaku.

''QRIS ya mba'', jawabku singkat sambil senyum.

Keramahan adalah salah satu faktor penting untuk pekerjaan frontliner seperti ini. Pekerjaan yang mengharuskan kita berinteraksi dengan manusia apalagi memberikan pelayanan. Senyum, ramah, menarik. Semangat ya mba. Semoga pelanggan yang datang tidak merepotkan.
 
                                                                         ***

''Nih minum dulu biar adem tuh pala'', kataku.

Dengan sigap Meta mengambil latte dingin dan menyeruputnya dengan lahap. Habis setengah. Sepertinya emosi membuat dia kehausan. Dan kelaparan juga. Terbukti tangan dan mulutnya aktif berkoordinasi untuk melahap kentang di depannya. Meta always being Meta.

''Pemeriksaan aja lah, lagian kita bisa apa kalo WP ga kooperatif. Potensinya gede?''

''Iya, mana semester ini target gue belom tercapai''.

''Tinggal lo doang yang belum tercapai?'',tanyaku.

''Enggak sih. Ada beberapa yang belom juga. Cuma gue yang paling bawah'',jawab Meta sambil meletakkan kepalanya di atas meja. Putus asa. Hilang gairah hidup.

Yang menebak kami adalah pegawai pajak, selamat jawabanmu benar. Aku dan Meta adalah pegawai pajak. Tak heran topik pembahasan ya seputar WP atau Wajib Pajak, target penerimaan, dan semacamnya. Tak lupa jomblo dilanjutkan dengan topik pernikahan. Dua hal yang tak pernah absen dalam setiap pembicaraan kami. Whatsapp, instagram, kopdar. Sudah menjadi topik wajib barangkali untuk para jomblo seperti kami berdua.

''Apa nikah aja ya Ra? Kayaknya enak kalo udah nikah ya.'', khayal Meta.

''Hmmm. Enak kalo ketemu yang baik, kalo apes gimana? Di KDRT mau lo?''

''Ih, amit-amit deh. Lagian bosen tau weekend gue sama lo mulu''.

''Sialan lo'', kataku sambil tertawa.

     Pernikahan kadang terlihat seperti solusi tepat saat kami para jomblo ini sedang berada di titik nadir kehidupan. Seakan pelukan hangat dari pasangan mampu menyelesaikan segala masalah.

''Emang lo ga kepengen apa nikah, jadi istri bahagia, weekend bisa hepi-hepi sama suami. Ga pengen lo?'', tanya Meta sambil sesekali mengunyah kentang goreng.

''Ya kepengen, tapi kan realitanya ga ada'', jawabku realistis sambil menyeruput americano ku. Sebenarnya bukan aku tidak ingin menikah tapi hubungan terakhirku yang kandas tiga tahun lalu masih menyisakan rasa takut.

''Pahit banget jawaban lo, kebanyakan minum americano sih'', kata Meta.

Lalu kami berdua pun tertawa. Menertawakan nasib kami berdua. Dua jomblo yang saling menghibur satu sama lain.

                                                                      ***

''Balik naik apa lo Ta? Bareng gue aja yuk'', kataku menawari Meta tumpangan.

''Gue naik ojol aja Ra, udah deket nih. Lagian lo mau lanjut kerja kan. Thanks ya udah dengerin gue hari ini'', kata Meta sambil memeluk ku sebelum kami berpisah.

Aku berjalan menuju tempat parkir. Masuk mobil lalu memasang sabuk pengaman. Ransel berisi laptop sudah duduk anteng di sebelah kiri ku. Hmmm, kapan ya kursi sampingku berubah jadi manusia. Tuhan, kalau dia jodoh orang, kan aku orang juga Tuhan.

Segera kunyalakan mesin mobil dan melaju ke kafe sebelum pikiranku semakin tidak jelas. Jalanan hari ini cukup sepi. Kemana orang-orang? Mungkin ke Puncak atau ke Bandung, mungkin juga ke mal atau staycation di hotel. Setidaknya aku bersyukur hari ini tidak macet. Masih ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan sebelum hari Senin. Sebenarnya masih bisa kukerjakan di hari Minggu, tapi tak apalah kucicil saja hari ini.

                                                                          ***

Numbers and NeurosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang