BAB 6

85 42 93
                                    

Hari-hari berlalu, tetapi ketegangan dari pengalaman mereka di gudang tua masih terasa. Myra dan Kaelan semakin dekat, saling mendukung dalam setiap langkah. Namun, di balik senyuman mereka, ada perasaan cemas yang sulit diungkapkan.

Di ruang kelas, Asher terus membaca buku-buku kuno, menggali lebih dalam tentang makhluk kegelapan. “Ada yang aneh,” katanya pada Myra saat mereka istirahat. “Sepertinya kegelapan itu tidak hanya fisik, tapi juga bisa mempengaruhi pikiran kita.”

“Apa maksud lo?” Myra bertanya, khawatir.

“Gue baca kalau makhluk ini bisa memanipulasi rasa takut dan keraguan. Kita harus lebih waspada,” jawab Asher, memandang serius.

Sementara itu, Raden masih bersikap ceria, berusaha menghibur Aislin. “Jangan khawatir, Aislin! Kegelapan enggak akan bisa mengalahkan kita. Kita tim detektif, kan?” Raden mengacungkan tinjunya, berusaha membangkitkan semangat.

Aislin tersenyum, meski ketegangan masih menyelimuti. “Iya, kita harus tetap kuat,” balasnya.

Revanna, yang duduk di sudut, memandang Asher dengan harapan. “Mungkin kita bisa melibatkan lebih banyak orang untuk membantu. Kita enggak bisa melawan ini sendirian,” katanya, mencoba terdengar optimis.

Myra mengangguk. “Lo benar, Revanna. Kita perlu mencari tahu siapa yang bisa bantu kita.”

Di luar, cuaca tiba-tiba berubah. Angin bertiup kencang, dan langit yang cerah mendadak kelabu. “Kok mendung banget ya?” Raden berkomentar, merasakan suasana aneh.

“Jangan-jangan ada yang enggak beres,” Myra berkata, merasakan firasat buruk. “Kita harus tetap waspada.”

Tak lama kemudian, mereka mendengar desas-desus di belakang. “Eh, lo lihat itu?” Aislin menunjuk ke arah pohon besar di dekat sekolah. Di situ, terlihat bayangan gelap bergerak cepat, seakan mengawasi mereka.

“Kita harus pergi ke sana!” Kaelan menyarankan, mengarahkan langkah menuju tempat itu.

Mereka berempat melangkah hati-hati, jantung berdegup kencang. Raden mencoba bercanda, “Oke, ini kayak film horor, kan? Jangan bilang lo semua takut!”

Myra menatap Raden dengan serius. “Ini bukan saatnya bercanda, Raden. Kita perlu fokus.”

Saat mereka mendekati pohon, bayangan itu semakin jelas. “Kalian tidak seharusnya ada di sini…” suara halus itu terdengar, membuat bulu kuduk mereka merinding.

“Kita harus pergi!” Aislin berteriak, tetapi kaki mereka terhenti.

“Enggak, kita harus menghadapi ini!” Kaelan menjawab tegas. “Ingat, kita adalah tim detektif: cerdik, berani, tak terkalahkan!”

Mereka berkumpul, membentuk lingkaran. Myra meraih tangan semua orang. “Kita harus bersatu. Apapun yang muncul di depan kita, kita hadapi bersama!”

Suara itu berulang, “Kegelapan akan selalu mengintai….” Lalu bayangan itu bergerak mendekat, menampakkan wujudnya. Sesosok makhluk hitam dengan mata menyala, terlihat menakutkan.

“Bersiap-siap!” Asher berteriak, memegang buku yang dia bawa. “Kita bisa gunakan pengetahuan kita untuk melawannya!”

Mereka berusaha untuk tidak panik. “Apa yang harus kita lakukan?” Revanna bertanya, matanya lebar penuh ketakutan.

“Coba ingat mantra dari buku tua!” Myra berusaha mengingat. “Kita bisa mengusir kegelapan!”

“Cerdik, berani, tak terkalahkan!” mereka teriakkan bersama-sama, menguatkan satu sama lain.

Bersatu, mereka mulai mengucapkan mantra, meskipun suara mereka bergetar. “Dari kegelapan yang tersembunyi, kami memanggil cahaya yang terpendam!”

Makhluk itu meronta, suaranya semakin menakutkan. “Kalian tidak bisa melawan kegelapan!”

06 DETECTIVE ( TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang