05 - Bersih-bersih atau kekacauan?

91 12 2
                                    


─ִ─ׁ─ִ──ׁ ⭒ ִ─ׁ─ִ─ ♡ ─ׁ─ִ─ׁ ⭑ ִ─ׁ─ִ─ׁ─ִ─ׁ

Hari ini, [Name] tengah bersiap untuk berangkat bekerja. Gadis itu mencoba mengatur semua kebutuhan para chibi sebelum pergi. Dengan senyum lembut, dia memastikan makanan, minuman, dan mainan mereka sudah siap.

Namun, saat dia mulai mengambil tas kerjanya, beberapa chibi mulai protes.

“[Name]-chan... nggak usah pergi kerja, dong!” Nagi mengeluh sambil memeluk kaki [Name] erat-erat, wajahnya seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya.

Si maniak game ini kenapa jadi cosplay koala!?

Sang Chibi bersurai lavender, Reo berusaha melepaskan Nagi yang sedang memeluk kaki [Name] dengan sekuat tenaga.

“Oii Nagi! Kamu tidak boleh keras kepala!”

“Sekarang lepaskan tanganmu dari [Name]!” Titah Reo dengan wajah memerah karena kesal.

IYA DA! [TIDAK MAU!]”

Kurona ikut menunduk lesu di pojok ruangan, matanya berkaca-kaca. “Kalau [Name]-chan pergi, kami nanti sendirian...” katanya dengan nada pelan, hampir terdengar seperti bisikan.

“Aku nggak mau ditinggal!” Bachira berteriak, suaranya sedikit pecah. Ia mengguncang lengan [Name] dengan ekspresi sedih, seperti anak kecil yang kehilangan mainan favoritnya.

“Sudahlah, kalian. Kita harus dewasa,” ujar Kunigami, meski dia juga tampak sedikit cemas.

Namun, saat matanya melirik [Name], ada sedikit kekhawatiran tersembunyi.

[Name] menghela napas, menatap mereka satu per satu. “Kalian tahu kan, aku harus bekerja. Kalau aku terus-terusan izin, nanti bosku bisa marah dan aku malah nggak bisa mengurus kalian lagi.”

Hiori mencoba bersikap rasional. “Tapi… tapi, kenapa harus hari ini? Kamu bisa bekerja dari rumah, kan?”

[Name] tersenyum dan menggeleng. “Sayangnya, aku harus pergi ke tempat bekerja hari ini. Kalau tidak, aku bisa kena tegur.”

“Aku nggak mau dengar!” Nagi merajuk, menggembungkan pipinya sambil memalingkan wajah.

“Pokoknya, Nagi nggak mau [Name]-chan pergi!”

Reo menepuk jidatnya dengan keras karena melihat tingkah sahabatnya.

Kepala batu!

Karasu akhirnya angkat bicara. “Dengar, kalau [Name]-chan tidak pergi, kita nanti tidak bisa makan makanan enak, tahu?”

“Benar juga sih…” Yukimiya mengangguk setuju.

“Lagipula, [Name] kan bekerja supaya kita bisa hidup nyaman di sini.”

Bachira akhirnya melepaskan genggamannya dengan wajah sedih. “Yaudah, tapi cepat pulang ya…”

Kurona menghapus air matanya, meski masih terlihat cemberut. “Janji ya, kamu nggak lama-lama.”

“Aku janji.” [Name] tersenyum, berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka, lalu mengacak-acak rambut Nagi dan Kurona.

“Aku akan cepat pulang, dan kita bisa main bareng, oke?”

Setelah pamit, [Name] pun akhirnya pergi bekerja. Para chibi yang tersisa duduk di ruang tamu, wajah mereka tampak lesu dan sedih.

“Kurasa dia benar-benar harus kerja,” gumam Otoya sambil bersandar di sofa.

“Yaa mau bagaimana lagi?” Kaiser menimpali.

“Ah, kenapa jadi kayak gini?” Bachira mendesah kesal, melipat tangannya.

𝐓𝐔𝐑𝐍 𝐈𝐍𝐓𝐎 𝐀 𝐂𝐇𝐈𝐁𝐈 || Blue Lock x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang