Sekolah

121 17 3
                                    

SMK Argata yang megah tampak sibuk seperti biasa. Di tengah hiruk-pikuk siswa yang datang, Tian berjalan santai menuju kelas. Ia tahu hari ini akan ada siswa baru, tapi belum terlalu memikirkannya. Pandangannya hanya tertuju pada hal-hal biasa di sekolah, tanpa menyadari bahwa hari ini mungkin akan berbeda.

Saat melangkah ke koridor, obrolan murid-murid mulai terdengar di sana-sini. Suara bisik-bisik memenuhi udara, terutama dari kelompok cewek-cewek yang berkumpul di dekat pintu kelas.

“Kalian tau gak anak baru tadi? Oh my God, ganteng banget!” bisik salah satu siswi dengan penuh semangat.

“Serius?!” jawab temannya dengan mata melebar. “Gimana bisa ada cowok setampan itu masuk sini, ya?”

“Iya, sumpah deh, kalau disandingin sama Cleoza... hmm... 11 12 lah,” lanjutnya dengan senyum kecil, membandingkan Tian dengan siswa baru yang baru datang.

Tian yang mendengar namanya disebut hanya menghela napas, sedikit tersenyum mendengar perbandingan itu. Dia tidak peduli dengan gosip murahan, tapi mendengar dirinya dibandingkan dengan siswa baru itu membuatnya sedikit tertarik.

“Lo liat anak baru tadi gak?” tanya Jes, yang tiba-tiba ada di samping tian.

“Belom, gue aja baru nyampe,” Tian menjawab dengan santai.

“Bertiga mereka, ada yang cantik satu,” Jes menambahkan, suaranya terdengar agak menggoda.

“Wah parah lo, Jes. Gue bilangin ke Muthe ah,” Tian menimpali dengan nada bercanda.

“Bilangin aja. Gue udah capek cinta sendirian,” balas Jes sambil tertawa kecil.

Saat mereka berjalan menuju kelas, tiba-tiba tiga sosok baru muncul dari arah berlawanan—Zee, Floran, dan Febri. Mata Jes langsung fokus ke arah Febri, sementara Tian hanya melirik sekilas, tak terlalu memikirkan. Febri, dengan sikap anggun dan percaya diri, melangkah mendekat.

“Misi, bisa bantu antar kita ke ruang kepala sekolah?” tanya Febri dengan suara lembut tapi tegas.

“Tentu, nona cantik,” Jes mengedipkan matanya kepada Febri, mencoba terlihat menggoda.

Febri mendengus pelan, sambil berpikir dalam hati, “Euy kampung.”

"Tolong jangan genit sama kakak gue"

Tian hanya mengangkat alis, menahan senyum melihat tingkah Jes yang selalu usil. Tanpa banyak bicara, dia akhirnya mengangguk dan mengarahkan mereka bertiga ke arah ruang kepala sekolah.

“ikutin gue aja,” ucap Tian santai, melangkah lebih dulu dengan tangan dimasukkan ke saku seragamnya.

Sementara itu, Zee yang sejak tadi diam, hanya mengamati dari belakang. Tatapannya tajam menatap punggung tian yg berdiri di depannya, seakan dia menyembunyikan sesuatu di balik sikap tenangnya.

“Nama lo siapa?” tanya Jes sambil menatap Febri yang masih berusaha mengabaikan kehadirannya.

“Febri,” jawabnya singkat.

“Nama lo cantik, cocok sama orangnya,” Jes kembali menggoda.

“Thanks,” Febri membalas sambil setengah melirik, tapi kali ini senyum tipis terlihat di wajahnya.

Zee yang sedari tadi diam tiba-tiba membuka mulut, “Kita cepet aja, ya. Gue gak suka nunggu lama-lama.”

Jes dan Tian saling melirik, sedikit heran tapi tidak membalas perkataan Zee. Ada sesuatu yang berbeda dari cara Zee berbicara, seperti ada aura misterius yang membuat mereka sulit menebak siapa sebenarnya anak ini.

~~~

Tian dan Jes sudah duduk di kantin, ditemani oleh Chika, Eliza, Fiony, dan Lulu. Suasana kantin ramai seperti biasa, namun meja mereka menjadi pusat perhatian karena Chika dan teman-temannya cukup populer di sekolah.

“Tadi gue lihat anak baru. Omaygat, ganteng banget!” ujar Eliza dengan semangat, membuat semua orang di meja langsung menoleh.

Chika yang duduk di samping Tian tampak tertarik, “Lo lihat di mana, El?”

Tian menoleh tajam ke arah Chika, merasa sedikit terganggu dengan ketertarikan kakaknya pada anak baru itu.

"Di koridor, mereka lewat tadi di depan kelas kita," lanjut Eliza sambil tersenyum lebar, jelas terpikat dengan penampilan anak baru tersebut.

“Kayaknya cowok yang namanya Floran itu kembar sama yang cewek,” sahut Lulu, ikut bergabung dalam percakapan.

“Iya, gue juga rasa gitu. Mukanya mirip banget,” tambah Fiony, memperkuat dugaan Lulu.

“El, gue juga pengen liat-liat cowok ganteng,” canda Chika sambil tertawa kecil, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. "Penasaran banget gue"

Tian mulai merasa tidak nyaman. Chika tampak terlalu bersemangat membahas anak baru, dan itu membuatnya semakin kesal. Tanpa berkata apa-apa, Tian mendadak berdiri dari kursinya dan berjalan menjauh dengan langkah cepat.

“Tian, mau ke mana lo?” teriak Jes, terkejut melihat Tian pergi begitu saja.

Lulu menatap Chika dan berkata dengan nada sedikit bercanda, “Keknya Tian gak suka kalau kita bahas anak baru mulu. Tian kan posesif banget tuh sama Kak Chika. Gue rasa dia cemburu, deh, Kak.”

Chika menghela napas sambil tersenyum tipis, “Ya mungkin dia cuma lagi bete aja, nanti juga balik lagi.”

Jes tertawa kecil, “Cemburu? Tian posesif banget, sih, tapi mungkin Lulu bener kak.”

Chika merasa canggung, tapi hanya menanggapi dengan senyum, “Tian emang suka begitu, nanti juga biasa lagi.”

Twins shadowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang