BAB. 02 (Tiga Mutiara)

87 13 0
                                    

"WIN WIN WIN WIN!" teriakan kemenagan penuh oleh lawan main Prem, yang dua kali berturut menang dalam game online.

"Main lagi, deh. Gue jamin permainan yang ketiga, kemenangan jatuh di tangan gue," sahut Prem menyobongkan diri.

"Bentar, gue mau bales beberapa chat dulu," ujar lawan mainnya, Sea.

"Oke," jawab Prem, yang lalu mengecek juga ponselnya untuk melihat mendapat balasan dari anaknya atau belum, yang sejak siang tadi memberi kabar jika akan pergi bersama bapaknya. Nyatanya, ia belum mendapat balasan dari Santa.

Sudah dua hari Santa meninggalkan rumah, dan jika biasanaya Prem akan bermain melawan putranya sendiri, kali ini sang putra sedang tidak bisa diajak main karena sedang pergi bersama mantan suaminya, Boun.

Secara acak Prem membuka akun game dan mendapati akun 'SeaTaSea', teman lamanya, teman sejak ia merantu di kota, teman sekolah, sedang menujukan status online. Tak lama setelah melihat akun Sea sedang online, tiba-tiba Sea sudah mengirim pesan dan mengajak bermain berdua di arena.

"Prem, masih on, kan lu?" tanya Sea melalui sumber suara pada game PC.

Prem menjawab, "Masih," seraya menutup aplikasi pesan di ponselnya.

"Prem, emangnya Santa di rumah Boun?"

"Udah dua hari ini. Kenapa?" tanya Prem penasaran.

"Barusan habis buka IGS, kok ada story-nya Santa ada Boun," jawab Sea, yang lalu berkata pelan, "Buka, deh,"

"Mm," gumam Prem, yang lalu kembali membuka ponselnya, menakan aplikasi Instagram, dan langsung mengklik story milik Santa.

Santa.BP

BP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"..."

Sedikit terkejut, sebeb di dalam foto Boun tertera tulisan, "Tiap ketemu bukannya makin gede malah makin kurus aja. Kurang kasih sayang, Pak? Mumpung belum tua-tua amat buruan cari lah, Pak!"

"Keterlaluan! Body shaming ke bapaknya sendiri? Astaga!"

Prem tahu betul yang ada dipikiran Sea, sebab setelah perceraianya, Prem sudah  memberitahu ke beberapa teman dekatnya, termasuk Sea, agar tidak menayakan sebab perceraianya. Ia hanya berkata, "Kami sudah sepakat dan gak ada yang ditutupi."

Namun, setelah beberapa tahun kemudian, saat Prem lulus dari universitas dan berniat pindah ke kampung halamannya bersama Santa, ia mendapat pesan kejujuran dari Sea.

"Prem, gue boleh jujur gak? Tapi kayaknya gue bakalan jujur tanpa persetujuan lu dulu, karena gue gak bisa menyimpan ini terlalu lama."

"Saat pertama lu pacaran sama Boun, gue kaget. Emangnya sesama pria boleh bersama? Gue masih bertanya-tanya sampai akhirnya kalian menikah, kedua orangtua kalian welcome banget sama hubungan kalian. Kala itu gue sempat ngobrol sama adik lu yang cewek, kalau sebenarnya orangtua lu udah tahu kalau lu pacaran sama pria, bahkan sebelum lu hamil. Mereka cuma nunggu lu jujur. Prem, gara-gara itu, gue percaya kalau sesama pria bisa bersama jika dilandasi kejujuran."

"Sampai akhirnya kalian memutuskan untuk berpisah, gue bukan satu-satunya orang yang ikut patah hati, kan? Gue nangisin kalian selama dua malam, anjing! Rasa penasaran gue membuncah. Ada apa? Kenapa? Kok bisa? Sampai lu sendiri yang bilang buat jangan bertanya. Meski gue iyain, aslinya gue masih bertanya-tanya."

"Lagi. Ini entah gue orang yang satu-satunya atau ada yang lain? Jika di masa depan kalian memiliki pasangan lain, gue bakal gak terima karena patah hati gue masih setinggi langit. Tapi kembali lagi kepada yang punya hati, lu sama Boun. Gue sebagai penonton gak bisa ikut campur. Gue cuma berharap kalian bahagia atas pilihan kalian."

Terlebih, dengan tiba-tiba, Santa, putranya sendiri, menulis maksud "Cari pasangan", jelas mengejutkan Sea, juga dirinya sendiri.

Anaknya udah besar.

Sesaat terdiam, Prem kembali berbicara kepada Sea, mengalihkan pembicaraan.

"Santa mau lanjut sekolah di sana," ujar Prem mengejutkan Sea.

"Hah? Sumpah? Ini udah mulai pendaftaran, kan? Berarti Santa udah mulai pindah?"

"Udah dua hari yang lalu Santa ke sana. Pendaftaranya udah beberapa minggu yang lalu, tinggal daftar ulang aja," jelas Prem.

"Oho... Lu gak ikut ke sini?"

"Minggu depan ke sana, sekalian mau ke perusahaan, setor muka,"

"Lama gak?"

Prem terkekeh pelan, berkata, "Tinggal bilang kalau mau ketemu gue,"

Keduanya pun tertawa dan berlajut ke permainan, yang kembali dimenangakan oleh Sea.

Setelah menyelesaikan permainan, Prem segera membersihkan kamarnya yang sangat berantakan. Kamar pribadinya, namun banyak barang milik  Santa, yang berceceran diberbagai tempat.

Prem mengumpulkan barang milik Santa, yang akan ia kembalilan ke kamarnya, juga menata ulang barangnya sendiri. Saat memasukan beberapa aksesoris ke dalam kotak perhiasan, bola matanya tertuju pada kotak kecil persegi berwarna merah. Perlahan tanganya terulur mengambil kotak yang telah lama tidak ia buka, kini kembali ia buka.

Cincin emas yang lengkapi tiga mutiara. Cincin yang ia dapat dari Boun, sebagai hadiah atas kelahiran Santa kala itu. Bahkan Boun menjelaskan tentang tiga mutiara yang tepasang berjejeran. Ujung kanan berarti Boun, tengah berarti Santa, sementara sebelah kiri berarti Prem. Boun berharap jika ketiganya akan selalu berjalan berdampingan sampai maut memisahkan.

Ditengah lamunan Prem, kesadaranya pulih saat mendapati poselnya berbunyi, mendapat pesan dari Santa.

Santa : Yah, Santa udah pulang. Tadi jalan-jalan buat beli beberapa perlengkapan sekolah.

Ayah, Santa mau tanya deh. Tipe yang disukai Ayah tuh kayak apa, sih? Tipe buat jadi pacar atau suami gitu loh.

"..." Prem tidak bisa berkata-kata membaca baris pesan terakhir.

[BL] BOUNPREM - BAPAKKU DUDA - MPREG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang