02

124 18 3
                                    

Berdiri dibawah teriknya matahari, Hinata memandang padang pasir dengan payung telapak tangan. "Bisakah kita mendirikan bangunan di atas pasir? " tanyanya pada Shino tanpa mengalihkan pandangan dari hamparan pasir.

Membangun rumah diatas pasir? Sekalipun dapat di bangun, diperlukan lebih banyak usaha dan waktu. Dia menghela nafas panjang.

"Berapa banyak rumah yang akan di dirikan di atas tanah ini? " tanya Sujin melihatnya dengan santai.

Mereka datang bersama beberapa penduduk desa. Anak-anak lebih suka berlarian di sekitar mereka sambil bermain pasir.

Lahan yang dipilih oleh penduduk tidak terlalu bagus untuk sebuah bangunan tapi fakta bahwa hanya area itu yang selalu aman dari dampak perang, mereka segera membidik tempat ini, begitu tim Hinata bertanya dan menunjukan jalan.

Ada lebih dari lima keluarga di sana. Wajah mereka tidak menyembunyikan ke cemasan, jika mungkin lahan yang mereka pilih sebenarnya tidak dapat digunakan.

"Kami memiliki lima keluarga di sini. Hanya lingkungan pasir ini yang tidak terdampak dari semua bencana yang terjadi sebelumnya." Jelas seorang tetua, memeluk bocah kecil di dalam pelukannya. "Itulah kenapa, kami memilih lahan di sini. "

Hinata melihat Sujin menganggukkan kepalanya berulang-ulang. Dia penasaran dan mendekatinya. "Apa pendapatmu? Di sini kita akan mendirikan rumah untuk mereka. "

"Fengshui nya bagus. Meskipun sulit dilakukan dengan normal, bukan berarti tidak bisa dilakukan. "  dia melangkah maju. Mengambil ruang kosong dan membuat segel. Tubuhnya melayang di udara, seperti adegan Pain saat melakukan invasi di Konohagakure.

"Amaterasu Ie No Jutsu! "

Bumi Suna bergetar hebat. Lebih besar dari getaran yang terjadi di Konoha.

Hinata dan teman satu team berusaha menyelamatkan penduduk desa dari guncangan menggunakan tubuhnya yang diselimuti oleh cakra Hamura.

Di tempat lain kepanikan terjadi. Gaara tidak tahu darimana kekacauan itu berasal. Buminya berguncang terlalu kuat. Dikhawatirkan jika invasi lain telah terjadi.

Naruto berlarian mengikuti luapan cakra di udara tapi langkah itu terhenti di tengah jalan saat secara perlahan bangunan muncul dari tanah-tanah di bawah mereka.

Mata semua orang terbuka lebar-lebar. Siapa orang yang hidup dengan kuasa seperti itu. Membangun rumah begitu banyak dalam sekali waktu? Bukan sepuluh atau dua puluh, tapi ini satu desa penuh, beserta kios, dan hal-hal lainnya yang lumrah ada di dalam sebuah desa.

"Siapa yang sudah membangun ulang desa dengan waktu sesingkat ini? " tanya Sakura memandang bangunan Suna yang telah dibenahi.

Sai mengedarkan pandangannya. Dia menangkap siluet kecil di udara yang tidak jauh dari mereka. "Team delapan. " ujar Sai, menunjuk di udara.

Naruto dan Sakura mengikuti arah yang Sai tunjukan. Benar, langit yang luas memiliki bintik kecil di antaranya. Penglihatan mereka lebih jelas dari manusia normal. Noda kecil di sana terlihat lebih jelas dan jelas bagi mereka. "Wow! Itu Sujin? Apakah dia yang sudah melakukannya? "

Gadis di kejauhan, perlahan turun dari panggung udara. Mereka tidak membuang waktu. Melompati atap dan atap ke arah tim delapan.

"Sujin, aku senang memilikimu di dalam tim. Sejak kau bergabung, jelas semuanya lebih mudah di tangani. " Kiba memeluknya sambil menggoyangkan tubuhnya.

Penduduk desa juga bergabung. Mereka kewalahan dengan kemampuan ninja-ninja Konoha meskipun sebenarnya mereka tidak tahu bahwa Sujin bukanlah bagian dari Konoha.

Wanita UchihaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang