6

291 52 13
                                    

"Kenapa sih mencintai itu harus saling menyakiti?" Asa natap Rora tajam. Yang ditatap cuma ngerutin dahinya.

"Kok bisa lo ngajuin pertanyaan kayak gitu?"

"Emang kenapa? Dalem ya?"

"Bukan, gue cuma heran pertanyaan semacam itu keluar dari mulut cewek jomblo kayak elo" Ujar Rora enteng.

"RORA BRENGSEK!"

Tanpa berpikir dua kali Asa langsung ngelempar boneka panda yang sejak tadi ia peluk ke kepala orang gila dihadapannya.

Rora cuma terkekeh pelan, dia dengan santai nyimpen sebuah buku berjudul The Time Machine, novel fiksi ilmiah yang sejak tadi ia baca ke meja nakas di samping tempat tidur milik Asa. Gak lupa, ia juga ngelepas kacamatanya sebelum berbalik menghadapi murka Asa yang kini udah cemberut sambil natap sinis ke arahnya.

"Jangan ngambek dong, jelek"

"Maksud lo muka gue jelek?" Asa beneran jadi sensi.

Rora menggeleng. "Ambekan tuh sifat jelek, muka lo gak ada hubungannya. Biarpun cemberut kayak gini, lo tetep cantik kak"

Sekali lagi sebuah bantal melayang menghantam lembut kepala Rora. Entah apa motif Asa kali ini, mungkin karena masih kesal, atau bisa saja karena malu pada ucapan ajaib Rora yang gak pernah bisa di tebak.

Asa terlalu terbiasa dengan kata cantik. Sejak kecil, kata itu selalu terucap dari setiap orang yang dia temui. Dia sudah kenyang dengan banyak pujian yang terlontar karena kecantikannya itu.

Yah, walaupun ada juga sebagian orang yang malah menghujat visualnya, tapi itu bukan masalah buat Asa. Mungkin mereka iri? Toh Asa juga gak repot-repot memikirkannya. Gak penting.

Kalau kata Rora "Kita gak bisa memenuhi standar setiap orang. Ada banyak yang suka sama kita entah itu karena kecerdasan kita, karisma, skill, attitude, atau visual. Tapi, pasti ada juga yang gak suka atau mungkin benci karena alasan tertentu. Entah karena iri atau karena alasan lainnya. Kalau alasan mereka gak suka adalah karena sikap kita yang buruk, itu harus kita jadikan pembelajaran, introspeksi diri dan berusaha lebih baik lagi kedepannya. Tapi kalau alasannya karena iri, mending gak usah ditanggepin. Orang kayak gitu emang dasarnya 'dengki', mau kita berusaha sebaik apapun mereka akan tetap nyari celah buat ngorek keburukan kita sampai ke hal yang terkecil. Biarin aja, gak perlu cape-cape nanggepin mereka. Buang-buang energi! Kak Asa, elo terlalu berharga buat mereka yang gak bisa menghargai lo sebagai manusia. Mending lo fokus sama orang-orang yang sayang dan selalu ngedukung elo" Itulah yang diucapkan Porora Teguh Bronze Ways ketika mereka masih SMP.

Ucapan yang selalu berhasil menghibur Asa dan bikin dia semangat sampai sekarang. Walaupun agak aneh anak SMP bisa ngomong kayak gitu.

Rora itu blak-blakan, tapi bilang cantik ke Asa adalah hal yang sangat langka. Jadi gak heran kalau Asa ngerasa aneh dengernya. Mungkin aja Rora kesambet.

"Gue tebak, temen sekelas lo pasti ada yang curhat soal hubungan asmaranya kan?"

Kali ini giliran Asa yang ngangguk. "Gue gak habis pikir, bagaimana seseorang bisa bertahan dalam hubungan yang bisa dibilang udah gak sehat"

"Toxic?"

"Bayangin Ra, baru pacaran 3 bulan aja cowoknya udah main tangan. Udah gitu tiap berantem, ngomongnya kasar, merendahkan sampe hewan sekebun binatang gak ada yang gak keabsen. Dan bodohnya, si cewek masih pertahanin hubungan mereka dengan alasan terlalu cinta dan yakin suatu saat si cowok bakal berubah?" Ujar Asa dengan raut wajah sendu. "Apa sih yang harus dipertahankan? Menurut gue cowok kayak gitu gak layak buat dicintai, dia pantes dapet yang lebih. Tapi anehnya dia tetep keukeuh cinta sama tuh cowok. Aneh"

DRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang