CHAPTER |19|

12 7 0
                                    

Semua anak inti Dragon Warrior telah sampai di depan sebuah cafe milik Raka yang terletak di pinggir jalan. Bukan, mereka kesini bukan untuk nongkrong sambil minum kopi melainkan untuk menumpang parkir di depan cafe ini. Rumah Dimas yang terletak didalam sebuah gang sempit membuat mereka harus memarkirkan motor-motor mereka di tempat lain agar tidak mengganggu penghuni lain.

Andrei dkk langsung memasuki sebuah gang yang terletak dua blok setelah cafe milik Raka ini. Gang yang hanya cukup untuk satu motor itu mereka lewati dengan tergesa-gesa. Akhirnya setelah menelusuri gang yang sempit ini akhirnya tibalah mereka di sebuah rumah paling ujung yang merupakan rumah milik Dimas.

Andrei memperhatikan rumah sederhana ini dengan seksama, memeriksa apakah didalamnya terdapat seseorang ataukah tidak. Belum juga mereka memanggil nama sang pemilik rumah tiba-tiba saja seorang ibu ibu menghampiri mereka sambil menenteng sebuah buku dan tas di tangannya. Ibu-ibu itu datang dengan dandanan menor dan rambut disanggul rapi.

"Raka, and teman teman ngapain kalian di sini." Ucap si ibu ibu tadi dengan logat Sudannya-Bu Wati namanya.

"Eh Bu RT." Sapa Andrei sambil menebar senyuman.

Bu Wati yang tengah melihat ke arah Raka langsung memalingkan wajahnya dan melihat ke arah Andrei yang tengah tersenyum, Bu Wati lantas membalas senyuman Andrei dengan ramahnya. "Ngapain kalian disini? Nyariin Dimas ya?" Tanya Bu Wati yang memang sudah bisa menebak alasan kedatangan mereka.

"Iya Bu, Dimas-nya kemana? Kok kosong sih Bu rumahnya." Tanya balik Andrei.

"Loh emangnya kalian gak tahu...?" Ucap Bu Wati bingung. "Dimas kan masuk rumah sakit semalam."

"Hah?!" Andrei terkejut ketika mendengar jawaban Bu Wati selaku istri dari ketua RT di tempat ini. Bukan hanya Andrei, sudah pasti seluruh anak Dragon Warrior saat ini terkejut semua.

Pikiran buruk mulai menghinggapi pikiran mereka masing-masing. Dimas masuk rumah sakit? Kenapa kita gak tahu? Apa cuman Archer doang yang tahu? Pikiran mereka dipenuhi oleh pertanyaan seperti itu.

"Rumah sakit mana Bu?" Tanya Raka tenang walaupun dia juga panik dan terkejut.

Bu Wati langsung memberitahukan alamat rumah sakitnya, dengan segera mereka langsung meluncur menuju alamat tersebut dengan kecepatan tinggi.

Hanya butuh waktu 15 menit akhir mereka sampai di rumah sakit tersebut, sebelum mereka semua turun dari motor masing masing Farhan tiba tiba saja berkata, "Jangan jangan Archer juga kenapa kenapa terus di rawat disini."

"Bener juga, bukannya kemarin mereka pulang dari markas barengan ya?" Sambung Farel dengan nada panik.

"Loh bukannya si bos pulang duluan?" Tanya seseorang laki-laki dengan wajah paling cute di antara yang lainnya, Kiki namanya ia berbicara dengan wajah polos yang cocok sekali dengan wajah baby face miliknya.

"Ya kan bisa aja mereka papasan. Kan mereka satu arah." Jawab Farel dengan kesal.

Entah kenapa setiap melihat wajah polos Kiki selalu saja membuat Farel kesal. Wajah cute,  sifat polos tapi entah kenapa dia termasuk orang yang paling kuat di Dragon Warrior setelah Archer, bahkan Andrei kalah apabila bertarung dengan dengan Kiki. Kiki tidak menanggapi ucapan Farel, ia hanya terdiam dengan tatapan polos yang selalu menghiasi wajahnya.

Setelah perdebatan singkat itu, seluruh anak inti Dragon Warrior masuk kedalam Rumah Sakit tersebut dengan perasaan yang tidak dapat diartikan lagi. Ketika sampai di depan pintu ruang rawat Dimas mereka langsung masuk dan terlihatlah Dimas yang tengah disuapi oleh ibunya.

"Eh, kalian datang," ucap Vena—Ibunya Dimas— dengan ramahnya, "ayo sini duduk."

Dimas melirik ke arah Andrei dkk lantas menjauhkan tangan Vena yang tengah menyuapinya. Pandangan Dimas terlihat sangat menyedihkan sejak semalam. Vena juga jadi ikut sedih ketika melihat Dimas saat ini, apalagi ketika mengingat kejadian semalam saat Dimas di kabarkan masuk rumah sakit tentu saja hatinya sebagai seorang ibu langsung teriris. Vena memang tahu anaknya memang bukanlah anak yang baik-baik tapi tetap saja ketika Dimas masuk Rumah sakit ia tetap khawatir, bahkan Vena sampai menangis saat itu.

SECRET STORY {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang