Pipi Merah Merona

285 81 3
                                    

Hidup Hanni sangat hampa. Ia tak tahu mengapa orang tuanya sangat sibuk bekerja sehingga lupa untuk meluangkan waktu untuknya. Rumah yang besar ini terasa tidak ada artinya tanpa kehangatan di dalamnya. Ya, setidaknya itulah yang ia rasakan selama ini. Kalau saja Wonyoung dan Minji tak ada, ia tak tahu akan seberapa gelap kehidupannya.

Hari ini Hanni ulang tahun, tapi seperti yang sudah-sudah, hari lahirnya tak pernah dirayakan. Kebetulan hari ini hari Sabtu, orang tuanya ada di rumah dan mereka sedang sarapan bersama. Tak ada obrolan hangat, yang terdengar hanyalah suara alat makan yang berdenting karena bergesekan dengan piring kaca.

"Pa, Ma" panggil Hanni dengan sambil mengunyah makanannya. Orangtuanya serentak menjawab dengan deheman singkat.

"Kalian hari ini sibuk, gak?"

"Enggak, sih. Kenapa?" tanya sang ayah.

"Eum..." Hanni berpikir keras, ia ingin sekali bilang kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Bisakah untuk kali ini saja ia egois untuk meminta waktu bersama orang tuanya? Ia juga ingin diucapkan selamat dan dirayakan seperti yang orang lain dapatkan dari orangtuanya saat anak mereka berulang tahun.

"Oh, bukannya malam tadi kamu bilang ada project ya sama pak Jason di hari ini?" Ibu Hanni bertanya pada sang suami.

"Gak tahu sih bakal jadi atau enggak karena sampai sekarang belum ada kepastian"

Kemudian hening. Hanni merasa harus mencoba peruntungannya, siapa tahu ayah dan ibunya mau merayakan ulang tahunnya barang sekali saja.

"Hari ini aku ulang tahun" ucapnya mencoba memecah keheningan. Namun sayang, ia tak mendapatkan jawaban sebagaimana yang diharapkan.

"Terus?" jawab sang ayah.

Hanni mengernyitkan dahinya. "Papa Mama gak mau ucapin aku selamat ulang tahun?"

Ayah dan ibu Hanni tiba-tiba meletakkan alat makan mereka lalu menatap Hanni.

"Selamat ulang tahun, sayang" ucap sang ibu sambil tersenyum tipis, lalu kembali melanjutkan makannya.

"Semoga sehat selalu" timpal ayahnya, kemudian kembali mengunyah makanannya.

Serius gitu doang? Selama 16 tahun ia hidup baru kali ini ia diucapkan selamat ulang tahun dan jawabannya hanya seperti itu?

"Gak usah begitu dong mukanya, biasa aja" sambung ayah Hanni.

Hanni bingung. Kernyitan dahinya semakin dalam, tanda bahwa ia tak mengerti mengapa orang tuanya seperti tidak menganggap bahwa ini adalah hari yang istimewa karena ini adalah hari lahirnya.

"Semua hari itu sama aja, Han. Harusnya tiap hari jadi hari syukur kita karena sudah hidup. Jadi, perayaan hari ulang tahun menurut kami bukanlah suatu hal yang spesial seperti yang orang-orang anggap, makanya kami tak pernah merayakan ulang tahun satu sama lain ataupun ke kamu" kali ini ibunya yang bersuara.

Ya... gak salah sih, tapi keliru juga, batin Hanni. Ia tiba-tiba jadi gak mood buat makan, padahal nasi di piringnya sisa sedikit. Namun ia paksa habiskan itu agar ia bisa segera pergi dari sana dan menangis di kamar seorang diri.

Yang pertama kali mengucapkannya ulang tahun biasanya adalah Wonyoung, karena Wonyoung adalah satu-satunya teman yang ia punya sejak kecil hingga saat ini. Namun tahun ini berbeda, Minji jadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun lewat pesan yang ia kirim malam tadi. Entah dari mana Minji tahu hari ulang tahunnya, tapi itu sangat berarti bagi Hanni.

Saat baru saja sampai kamar, Hanni mendapati sebuah notifikasi pesan masuk di handphonenya. Pesan itu berasal dari Minji.

Jujur, Hanni sebenarnya sedang tidak mood buat ngapa-ngapain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jujur, Hanni sebenarnya sedang tidak mood buat ngapa-ngapain. Namun ia merasa butuh Minji juga saat ini karena ia sedang bersedih. Setengah jam lagi menuju jam 9, jadi ia memilih untuk bersiap-siap daripada membuang waktu untuk menangis.

Setelah dirasa rapi dan cantik, ia pun bergegas untuk keluar rumah. Orang tuanya mungkin sekarang sedang asyik membaca buku di perpustakaan pribadi mereka. Entah lah, Hanni tidak ingin tahu. Tapi karena ia harus pamit dengan orang tuanya, jadi ia mencari keberadaan ayah dan ibunya sebelum bepergian.

Anehnya di rumah ternyata malah tidak ada orang lain selain dirinya. Orangtuanya kemana?

Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan di pintu rumahnya. Mungkin itu adalah Minji yang telah tiba.

Dibukanya pintu rumah, dan benar saja, ternyata kekasihnya lah yang ada di hadapannya saat ini.

Minji tersenyum lebar sambil meletakkan kedua tangannya di belakang punggungnya, seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"TARA! Selamat ulang tahun, sayang!" Ucap Minji sambil mengeluarkan sebuket bunga yang ia sembunyikan sebelumnya.

Bukannya mengambil buket bunga yang dijulurkan Minji, Hanni memilih untuk memeluk kekasihnya. Air mata yang sedari tadi ia coba tahan akhirnya tumpah juga dalam rengkuhan Minji.

"Sayangku kok nangis?" tanya Minji sambil mengelus punggung kekasihnya perlahan.

Sambil sesengukan, Hanni menjawab, "Aku terharu. Makasih ya udah seeffort ini buat ngerayain ulang tahun aku"

Minji sedikit melonggarkan pelukan Hanni, diambilnya sebuah sapu tangan yang ia simpan di saku celananya dan digunakannya untuk menghapus air mata sang kekasih.

"Sama-sama, sayang. Kamu masih mau nangis atau kita langsung jalan aja?"

"Jalan aja, yuk" ajak Hanni.

"Tapi orang tuamu mana? Biar kita pamit pergi dulu sebelum berangkat"

Hanni menggeleng. "Aku gak tahu mereka dimana. Tadi sebenarnya aku juga lagi cari mereka buat pamit jalan sama kamu, tapi ternyata mereka gak ada di rumah selepas sarapan tadi" jelas Hanni.

Minji iba dengan kondisi keluarga Hanni. Walau sampai sekarang Hanni belum mau terbuka padanya tentang bagaimana sifat dari keluarga Hanni, Minji bertekad untuk cari tahu nantinya. Ia tidak ingin kekasih mungilnya sedih seorang diri.

"Ya sudah, yuk kita jalan-jalan dulu. Aku pengen bawa kamu ke sebuah tempat indah. Nanti disana kita cerita-cerita, okay?" ujar Minji sambil mengelus kepala Hanni dengan sedikit menunduk agar tinggi mereka sejajar.

Hanni mengangguk. Dikecupnya bibir Minji sekilas.

Cup!

"Makasih sayang, yuk kita berangkat"

Digenggamnya tangan Minji yang tidak menggenggam buket bunga dan membawanya ke arah mobil Minji yang terparkir di depan rumahnya. Bagaimanapun juga, itu adalah kecupan bibir pertama mereka, jadi ia malu kalau Minji harus melihat pipinya yang kini pasti telah memerah seperti udang rebus.

Minji tertawa, sebelum membukakan pintu untuk Hanni, dibawanya tangan mungil itu untuk mendekat ke bibirnya lalu dikecupnya lama-lama.

"I love you" ujar Minji dengan senyuman yang lebar. Sangat lebar sampai-sampai matanya jadi menyipit.

"I love you more, my baby"

Semburat di pipinya makin terlihat karena Minji. Namun tak apa, kehadiran Minji sudah sangat menghibur rasa sedihnya.

A Cutest Pair | Bbangsaz ft. AnnyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang