Selama berada di tempat kerabatnya, Minji jadi terlihat lebih gelisah, tidak bisa lepas dari ponselnya karena keasyikan chatingan dengan pacarnya. Bahkan disaat keluarga sedang kumpul, ia jadi sulit menahan diri untuk tidak memeriksa ponselnya sesekali, jaga-jaga kalau ada Hanni mengirimkan pesan untuknya.
Padahal ini baru hari pertama ia tidak bertemu Hanni, tapi rasanya sudah semenyiksa ini. Upacara pemakaman diadakan besok, jadi di hari ini semua keperluan disiapkan. Segala kegiatan mereka baru selesai di sore hari. Minji dan kedua orangtuanya tidur di salah satu kamar kosong yang tersedia di rumah nenek.
Disaat Minji lagi-lagi membuka ponselnya, ayahnya tiba-tiba berdehem.
"Ji?" panggilnya.
"Iya, Pa?" sahut Minji, tapi matanya tetap tidak terlepas dari ponselnya.
"Papa mau ngobrol dulu sama kamu. Jadi tolong ponselnya disimpen dulu"
Ibunya kebetulan masih di ruang tamu, bercengrama dengan saudara-saudarinya yang sudah lama tidak berjumpa karena tinggal saling berjauhan. Jadi yang di dalam kamar pada saat ini hanyalah Minji dan sang ayah.
"Oh iya, maaf, Pa" Segera Minji simpan ponselnya dan duduk menghadap ayahnya, menatap dan bersiap mendengarkan pembicaraan yang ingin dimulai.
"Maaf kalau Papa negur kamu sekarang juga, tapi Papa mohon, kalau mau main ponsel ya silakan, tapi harus tahu waktu. Keluarga kita lagi berduka, Ji. Kita juga kumpul-kumpul seperti ini tuh jarang, jadi belajar buat mengharga waktu kebersamaan sekarang. Boleh kok main ponsel, tapi harus tahu tempat, okey?"
Minji seketika merasa bersalah. "Maafin Minji ya, Pa. Minji kayaknya kesenengan buat chatingan sama Hanni"
Ayahnya tersenyum. "Iya Ji. Papa tahu kok, kamu pasti gelisah seharian ini. Intinya ingat pesan Papa, ya. Sekarang lanjutin aja kalau mau main ponselnya lagi"
Minji menggangguk dan berterima kasih dengan ayahnya. Jadi tidak perlu menunggu lama, ia pun membuka ponsel dan membuka room chatnya Hanni. Tapi dahi Minji mengernyit, sejak sore tadi sampai sekarang pesan terakhir yang ia kirim belum dijawab apalagi dibaca oleh pacarnya. Ini bukanlah hal yang biasa antara mereka. Hanni biasanya fast respon. Lagipula Minji paham betul kalau Hanni tidak mungkin tertidur pada jam-jam ini kalau semisal memikirkan bahwa kekasihnya tertidur.
Tapi... mungkin saja, kan? Minji berusaha buat tetap berpikir positif. Karena tidak ingin mengambil pusing, ia menyimpan kembali ponselnya di atas nakas dan memilih pergi keluar kamar untuk bercengrama dengan sepupu-sepupunya di ruang tamu.
Di sisi lain, Hanni sedang asyik berjalan berdua dengan Liz. Pada awalnya mereka memang kebingungan hendak pergi kemana, tapi tiba-tiba Liz teringat dengan suatu tempat yang bisa dijadikan sebagai lokasi untuk berjalan santai.
Maka dari itu mereka saat ini sedang menikmati kebersamaan di taman di pinggir kota yang berhadapan dengan pemandangan laut biru. Lokasinya memang agak sedikit jauh dan sejujurnya Hanni belum pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya. Disini cukup ramai pejalan kaki sekaligus penjual aneka street food. Hanni mendadak lapar dan ngiler dengan makanan yang tersedia disana.
"Kamu pernah kesini gak sebelumnya?" tanya Liz saat mereka baru saja tiba di tempat dan memarkirkan kendaraannya.
Hanni menggeleng. "Ini baru pertama kalinya buat aku pergi kesini"
Hanni tersenyum lebar sambil menyapu pandangannya ke sekelilingnya. Tampaknya ia takjub atas apa yang ia lihat sehingga hal itu membuat Liz terkekeh pelan.
"Kayaknya kamu senang ya diajak kesini?"
"Iyaa, senang banget! Aku baru tahu kalau ada tempat ini"
Tiba-tiba terdengar suara perut keroncongan. Suara itu berasal dari perut Hanni. Kali ini Liz tertawa dan kejadian tadi membuat Hanni menjadi malu.
![](https://img.wattpad.com/cover/376803684-288-k665336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cutest Pair | Bbangsaz ft. Annyeongz
Fiksi PenggemarPernah mendengar teori benang merah? Inilah yang terjadi diantara Hanni dan Minji. Hanni, adek kelas yang mulai tertarik dengan Minji, sang ketua osis yang ramah namun sulit didekati. Keduanya saling kenal karena tragedi Hanni yang datang terlambat...