Tidak Jadi Lagi

12 3 0
                                    

Warning 21+

Pekan depan sudah terlewat, ajakan Shiyan pada Sabira untuk menonton batal kembali. Alasanya, Sabira tidak dapat di hubungi. Teleponnya mati, pesan yang ia kirim tidak terbalas, boro-boro dapat balasan, tanda bacapun centang satu. Artinya memang tidak aktif.

Shiyan berinisiatif mendatangi rumah sang kekasih, namun sayangnya tidak di perbolehkan masuk. Menurut keterangan security, rumah sudah kosong dari seminggu yang lalu. Tidak ada siapapun, ihwal pembantu pun tidak ada. Hanya ada security sebagai penjaga rumah yang kosong. Kemana perginya satu keluarga tersebut tidak diketahui, yang jelas dirinya hanya diperintahkan menjaga rumah agar tetap aman.

Bertanya apakah mereka pindah rumah, jawaban yang Shiyan dapat tentu tidak. Barang-barang masih ada. Karena itu security dipekerjakan.

"Sebenarnya kamu kemana, By. Aku hubungin susah banget. Bahkan kuliah pun kamu ga masuk, bukanya kamu lagi banyak tugas." Gumam Shiyan.

Jujur perasaanya campur aduk. Bingung. Kesal. Marah. Khawatir. Rindu. Entah kemana lagi dirinya harus mencari Sabira.

Awalnya Shiyan berpikir Sabira menghindar. Sebelumnya dia berjanji akan mengantarkan Sabira pulang namun tidak jadi karena menemui Nanas yang kena jambret di polsek. Setelah itu dirinya menelepon dan berakhir cekcok. Mungkin saja Sabira masih kesal karena dirinya menutup panggilan secara sepihak. Tapi bukankah dirinya sudah menjelaskan, terlebih Sabira bukan tipikal pedendam.

Satu minggu masih bisa di mengerti, tapi kalau 6 minggu apakah bisa? Apalagi rumah Sabira benar-benar kosong, Shiyan jadi berpikir macam-macam.

"Akhir-akhir ini loe banyak ngelamun. Kenapa, putus loe sama Sabira?" Aryo, sahabat Shiyan menegur.

Bukan sekali dua kali Shiyan tampak tidak fokus dan ceroboh. Terkadang emosinya juga tidak stabil, gampang marah-marah. Sebagai orang yang dekat dengan Shiyan, Aryo tahu pawang orang itu hanya satu orang.

Sebelum menjalin hubungan asmara dengan Sabira, sifat Shiyan memang seperti itu, bedanya tidak meledak-ledak seperti sekarang. Bertemunya Shiyan dengan Sabira merubah sifat buruk Shiyan menjadi lebih manusiawi. Tapi entah mengapa sifat dulu Shiyan kembali, malah bertambah satu tingkat.

Shiyan hanya merespon dengan tatapan tajam. Matanya menghunus seakan ingin membacok Aryo yang berbicara sembarangan.

"Wihh..tenang bro, gue kan cuman nanya. Loe tampak kacau, biasanyakan yang kaya begitu kalau abis putus, karya Erwin dulu."

"Lah ngapain loe bawa-bawa nama gue!" Erwin yang disebut protes tidak terima.

"Tapi, Yan, gue juga cukup kepo sih. Akhir-akhir ini loe sering ke markas, tapi kerjaanya ngelamun, ga pernah fight." Lanjut Erwin penasaran juga.

"Gue juga udah lama ga liat loe sama Sabira, loe kaya gini beneran karena putus?" tanya Renata pacarnya Aryo.

Aryo, Erwin, Renata, dan satu lagi Jana merupakan anggota bela diri yang sama dengan Shiyan. Sering nongkrong di markas bela diri, tentu keempat temannya tahu dan sering melihat Shiyan bersama Sabira. Namun akhir-akhir ini, keduanya tidak tampak bersama. Spekulasi putus muncul kala Shiyan banyak melamun dan uring-uringan.

"Engga." Jawab Shiyan ketus.

"Kalau engga, kenapa kalian ga sering bersama. Bukanya loe kaya ulet keket nempel terus sama Sabira." Mata Shiyan memecing ketika Erwin mengatakan demikian.

"Kata gue mah putus. Sabira juga udah jarang masuk kelas." Eh anjir si Jana malah ikut-ikutan.

"Gue bilang enggak ya enggak. Hubungan gue sama Sabira baik-baik aja!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siluet RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang