chapter 3

55 3 0
                                    

Maaf telat update hehehehe soalnya kemarin tabku sempet rusak..., sempet kena hack jg, Dan maaf kalo yang ku ketik banyak typo typonya... Maaf kalo masih jelek... Namanya juga newby :D heheheh baca terus yaaa dan kalau sempat RnR please.. Apa lagi kalau sampai like wuahh makasih banget....

Back to story...

"Tedros? Hey Tedros! Woi Tedros!" teriak Leon akhirnya

"Hn" jawab Tedros yang tersadar dari lamunannya.

"Apa yang kau lamunkan sih? apa kau memikirkan kejadian yang diatap tadi?" tanya Leon

"Hn" jawab Tedros "entah kenapa, aku jadi merasa bersalah karna padanya karena sebelumnya sudah berbicara hal yang buruk tentangnya."

"Apa kau merasa kesembuhan kakakmu itu berkat Agatha? Sadarlah Tedros itu tidak mungkin." ucap Nando.

"Tapi dari kejadian sebelumnya itu bisa saja terjadi" ucap Tedros tidak mau kalah

"Jangan bodoh, Tedros. Dia itu kan hanya membawa malapetaka sejak ia datang ke kota ini, kejadian aneh selalu saja ada. Mana mungkin dia bisa melakukan hal baik seperti itu." ucap Nando

Tedros yang mendengar ucapan Nando, merasa marah, ia telah menyiapkan tinjunya jika Nando berani berbicara lebih dari ini.

"Hei, hei, hentikan" lerai Neji

"Hey, dari pada kalian ribut-ribut seperti itu, lebih baik kalian mendengarkan aku dulu" ujar Leon menarik perhatian dari teman-temannya.

"Jangan katakan kalau kau mau melakukan hal seperti itu lagi," ujar Tony curiga.

"Eh, sebenarnya aku memang bermaksud melakukan hal itu lagi," kata Reon seraya tersenyum

"Apa maksudnya hal itu?" tanya Hanny

"O... Iya saat itu Hanny sedang sakit jadi ia tidak tahu..." ujar Raib

"Yang Leon maksud itu semacam uji nyali. Sebelumnya kita pergi ke kuil belakang rumahnya malam-malam dan waktu itu kami berlari-lari sepanjang malam hanya karena seekor kucing yang kami kira hantu" ujar Neji, mengingat kejadian itu membuat Neji benar-benar ingin membunuh Leon

"Kali ini kau mau dimana Leon" tanya Riko antusias

"Disini.... Disekolah..."

Tedros pov.

Setelah mendengarkan rencana Leon, aku memutuskan untuk pulang ke rumah.

Namun, saat perjalanan pulang secara tidak sengaja aku melihat gadis bernama Agatha itu disini.

Ia sedang berjalan sendirian. Ia memandang lurus kedepan dengan mata onyxnya. Rambutnya yang panjang rambutnya bergerak dan lagi, sesuatu yang tak pernah lepas dari dirinya jika kita mengingatnya, penampilannya yang selalu gelap. Kali ini ia memakai gaun berlengan panjang yang berenda putih. Ia mengunakan bando hitam berenda putih yang sesuai dengan pakaiannya. Ia juga mengunakan stocking hitam dan sepatu boot berwarna hitam dengan pita putih. Penampilannya tak kalah gothic dari pada waktu itu. Waktu ia datang ke minimarket tempatku berkerja. Ia membawa beberapa tangkai bunga berwarna putih.

"Apa ia menyukai bunga?" pikirku

Aku mengikuti setiap langkah gadis itu. Sepertinya ia sudah biasa jalan cepat, aku sama sekali tidak dapat menebak apa yang dipikirannya.

Ia masuk kedalam sebuah toko yang menjual barang-barang antik. Aku menunggunya di luar, beberapa menit kemudian ia keluar dengan mengunakan kalung yang berbentuk aneh, sepertinya kalung itu dapat berbunyi jika ditiup, tapi buat apa benda itu?

Aku kembali mengikutinya, aku ragu apa dia benar-benar tak sadar bahwa aku mengikutinya.

Saat ini kami telah sampai di Holly Crown, ini adalah satu-satunya kuburan si kota kecil ini. Aku sedikit bergidik saat memasuki tempat ini. Tempat ini begitu sunyi dan tenang, tak ada yang berani mengusik orang-orang yang berbaring dibawah tanah ini.

The Dark GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang