【 O2 】

65 19 0
                                    

Warna pudar yang tadinya menempati atap bagian luar dari rumah (Name) kini terganti oleh warna baru yang terlihat lebih hidup. Sang pemilik rumah harus berterima kasih pada pemuda yang bersedia mengulur tangan untuk membantu.

Sementara tangan Kinich sibuk menarikan gerakan untuk menge-cat atap, Ajaw—saurian yang memang hinggap dekat sang pemuda tak ada henti-hentinya ocehkan kalimat yang konteksnya itu mengoreksi proses kerja dari Kinich—daripada mengoreksi, mungkin kata menyalahkan terasa lebih tepat.

"Hey, Kinich, apa kau tak bisa mengerjakan urusan sepele ini dengan lebih baik?" Suara angkuh Ajaw mengudara lewati indera pendengaran yang tangannya tengah sibuk digerakkan ke sana ke mari.

Pemuda dengan bandana itu menilik ke arah saurian yang melayang tepat di sebelahnya. "Kalau hanya bisa terbang di tempat, kau tak ada hak untuk bilang seperti itu." Nadanya terlampau datar, tapi siapa pun yang mendengar celetukan tadi pasti menganggap Kinich sedang menyindir lewat perkataannya.

Wajah Ajaw lantas merah padam seketika mendengar apa yang dilontarkan Kinich padanya. Tak terima bahwa orang yang ia anggap derajatnya di bawah justru bagai memandang rendah dirinya.

"Berani-beraninya bicara begitu pada Yang Mulia Raja Naga K'uhul Ajaw!" Ocehan dari saurian yang ada di samping ia hiraukan. Tak mau ambil pusing dan memilih untuk lebih fokus pada pekerjaan yang ada di depan mata.

Di sisi yang lain, (Name) mengerjakan bagian yang dia bisa. Memberi warna pada pintu depan yang kini nampak lebih baik keadaannya dibanding warna cokelat tua yang sudah pudar warnanya.

Detik yang terus berubah jadi menit lantas membuat perkerjaan yang dilakukan sang gadis hampir mencapai kata final. Tangan yang tadinya terus bergerak sontak terhenti dan beralih menyeka keringat di pelipis sebelah kiri.

(Name) menghembus nafas pelan tanda rasa lelahnya. Padahal hanya menge-cat pintu bagian depan, tapi rasanya dia seperti menge-cat seluruh sudut rumah.

Walau belum sempurna pengerjaannya, setidaknya (Name) terbilang telah mengerjakan 70% dari 100% jika diibaratkan dengan persentase.

Netra yang tadi ia buat guna memperhatikan hasil kerjanya kemudian pindah ke arah samping kala tak sengaja melihat figur sang pemuda yang nampak baru saja beranjak dari atas atap. Terlihat sedikit warna di sela-sela jari dan telapak tangannya, serta kuas cat yang masih tertaut di tangan kanannya.

"Oh, Kinich, mau istirahat dulu?" tanya (Name) yang juga berniat ambil jeda sementara. Yang ditanya lantas menjawab, "aku sudah selesai dengan bagianku." Dia berucap singkat yang membuat lawan bicara melebarkan bola mata.

"Selesai!? ah, tidak. Harusnya aku tidak terkejut.." Nada suaranya melonjak naik di awal, namun kembali turun karena menyadari kalau yang sedang jadi lawan bicaranya ini adalah Kinich—pemuda yang merupakan salah satu kebanggaan di suku Tirai Daun dan juga orang menyandang sebuah marga kuno.

(Name) sudah berteman cukup lama dengan Kinich, tetapi aksinya yang kadang di luar ekspetasi membuatnya masih bisa terkejut walau itu memang hal yang bisa dengan mudah dicapai oleh pemuda dengan marga kuno Malipo tersebut.

Karena pekerjaan Kinich yang telah mencapai kata selesai, (Name) putuskan untuk bawa Kinich dan tentu saja saurian yang selalu ada di sampingnya—Ajaw, untuk pergi ke salah satu tempat makan terbaik menurut (Name) yang ada di suku Putra-Putri Gema. Sesampainya di sana, (Name) langsung menuntaskan janjinya pada Ajaw. 

Tentu saja tanpa rasa ragu Ajaw langsung memesan makanan yang memang ia mau. Sang gadis hanya berharap saurian itu tidak terlalu membuat dompetnya menjerit karena harga yang akan ditagih nantinya.

"Walau sudah tau kalau suku Tirai Daun suka menantang bahaya, aku tetap saja tak menyangka dengan kebiasaan kalian yang suka terjun lenting," celetuk (Name) memulai topik obrolan. Matanya menatap Ajaw yang sedang nampak menikmati makanan yang telah ia datang ke meja yang kini mereka tempati.

Mendengar lantunan perkataan (Name) buat arah pandang Kinich berubah. Matanya kini menatap sang gadis yang tengah melhat rekan sauriannya.

"Meski aku takut pada ketinggian, sebenarnya aku juga penasaran apa yang kalian rasakan ketika melakukan hal seperti itu. Kenapa sampai ada orang yang menjadikan hal itu sebagai hobi?" heran sang gadis tak mengerti mengenai perasaan yang didapat ketika melakukan aktivitas terjun lenting yang bisa terbilang cukup ekstrem.

"Kalau begitu sepertinya kau harus merasakannya sendiri." Akhirnya Kinich buka suara. Yang mana ini berhasil membuat celah pada bibir sang gadis karena rasa terkejut begitu mendengar apa yang dikatakan oleh orang di sampingnya.

𝐑𝐄𝐏𝐀𝐘 ー⌗KinichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang