"Mas..."
"Oi, Napa cil?."
"Aku pengen beli kondom, dimana ya?."
"Anjirr, cil! Yang bener aja Lo, titid juga gue tebak pasti gak seberapa sok-sokan pengen beli kondom. Emang bakal puas tu cewe lo tusuk?!." Haechan menggelengkan kepalanya, tak percaya akan tingkah anak muda jaman sekarang, terlalu bebas. Sama sepertinya.
"Enak aja! Aku gak pernah nusuk orang ya!." Pemuda manis yang memiliki mata sipit itu semakin menyipitkan matanya, menatap tajam Haechan.
"Terus lo Submissive, gitu?."
"He'em, aku pihak bawah." Surai sang pemuda ikut bergoyang ketika mengangguk.
"Anjing! Padahal tadi gue cuma ngasal!." Haechan kembali mengamati penampilan sang pemuda yang memang cukup manis dengan poni yang hampir menutupi matanya, lalu mengangguk samar mengakui kecantikannya. "Terus buat apa tu kondom, cil? Dibikin layangan? Kan kaga mungkin lo biarin benda berbentuk titid kek gitu terbang di langit, bisa viral yang ada."
Sang pemuda terdiam sesaat, seperti tengah memikirkan sesuatu lalu menjawab. "Enggak, mas. Aku disuruh temen beli buat dibikin balon tapi ide mas tadi bagus juga, entar deh aku coba dilapangan."
"Gak habis thinking gue sama lo, cil. Terserah dah, sana pergi." Haechan mengibaskan tangannya, ingin mengusir agar ia bisa kembali berbelanja dengan tenang. Sedari tadi memang Haechan tengah berbelanja disalah satu minimarket, untuk kebutuhan sehari-harinya di apartemen.
"Ish! Kan tadi aku pengen tanya kondom ada dibagian mana, mas! Kok malah disuruh pergi sih?!." Pemuda itu menghentakkan kakinya kesal.
"Ya mana gue tau, cil. Lagian gue gak pernah beli kondom disini."
"Loh, jadi mas bukan mas-mas minimarket disini? Aku kira tadi mas tukang kasir." pemuda itu tampak menganga kecil, sedikit heran dan terkejut terlihat dari rautnya.
"Astaga, gue yang ganteng plus rapi gini lo bilang tukang kasir?! Keknya mata lo harus diperiksa ke dokter beranak dah." Haechan berkacak pinggang, merasa tak terima dikatai 'mas-mas minimarket'. Ia hari ini sudah mandi, sudah dandan rapi, semprot parfum sana sini, kurang apalagi? Emang lagi tampan ku- ah sudahlah. Intinya Haechan memang sudah tampan.
"Dokter mata dong, mas. Masa dokter beranak, emangnya aku pengen beranak apa. Lagian belum ada yang buntingin aku." Sekarang giliran si pemuda yang meneliti penampilan Haechan, mulutnya bergumam tanpa suara lalu berujar. "Itu baju kaos mas kek pemulung dipinggir jalan, bolong-bolong mana buluk lagi." tunjuknya tepat ke arah atasan Haechan.
Mata Haechan melotot. Pemulung pinggir jalan katanya?! Apa si pemuda manis itu tak tau Style kekinian?!! Jika ia tahu mungkin mulutnya akan menjerit melihat harga bajunya yang selangit.
Saat Haechan akan membalas perkataan sang pemuda, seorang lelaki berjalan mendekati mereka yang membuat keributan hingga lelaki itu merasa penasaran dan menghampiri.
"Haechan?."
Sorot mata dingin dan datar lelaki itu menatap Haechan, menanti menjelasan darinya. Sebelum matanya menatap lurus ke depan, pada si pemuda manis yang juga terdiam dengan netra membulat lucu. Ditangannya terdapat keranjang belanjaan yang sudah separuh penuh dengan berbagai cemilan juga minuman bersoda dan beralkohol.
"Astaga! Bang Lee Jeno?!!." Pemuda itu memekik tertahan, tak menyangka akan bertemu seorang lelaki yang selalu di agung-agungkan pihak bawah dan kaum hawa.
Walau reputasinya terkenal Badboy dan Playboy tidak membuat surutnya penggemar Jeno di kampus. namanya selalu di elu-elukan seantero fakultas. Tak ada hari tanpa mendengar gosip tentang paras atau keahliannya. Mungkin trending sosial media nomer satu milik kampus sudah bosan melihat wajahnya wara-wiri, jangan lupakan group chat khusus di aplikasi WhatsApp yang beranggotakan hampir seluruh kampus -didominasi pihak bawah dan perempuan- itu juga membagikan foto-foto dirinya saat beraktivitas, layaknya Sasaeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐔𝐁𝐋𝐄 𝐉
FanfictionJeno dan Jeano adalah kembar identik, namun sifat mereka berbanding terbalik. Jeano yang ramah dan ceria, digemari banyak orang. Jauh berbeda dengan Jeno yang dingin dan berandalan, hampir tak tersentuh sama sekali. . . . HAECHAN DOMINAN JAEMIN DOMI...