Hari ini di Mansion keluarga Lee sangat tentram, tak ada hal yang menjadi perdebatan. Cuaca pun sepertinya sangat mendukung dengan bersinarnya matahari begitu terang, membuat tetesan air sisa hujan semalam di kelopak bunga berjatuhan ke tanah dihalaman Mansion megah tersebut.
Lelaki yang masih menyiapkan peralatan kuliahnya di meja lalu kembali mengecek isi dalam tas yang akan ia bawa nanti, tak menyadari kehadiran sang kekasih yang tersenyum samar menatap betapa sibuk dirinya disaat masih pagi begini.
Tok!
Tok!
Dahinya mengernyit heran lalu membalikkan tubuh menghadap pintu yang terbuka, ia tersenyum manis. Menunjukkan eyesmile-nya pada sang kekasih, sungguh ia sampai lupa jika pagi ini ia sendiri yang memintanya datang untuk menjemput agar berangkat bersama.
"Jaemin..."
"Pagi sayang, udah sarapan?." Jaemin berjalan menghampiri, ia mengecup sayang kening kekasihnya.
"Pagi juga Jaemin. Aku belum sarapan, gimana kalo kita sarapan bareng? Kebetulan Papa juga lagi makan kayanya dibawah, kita samperin aja yuk." Pemuda bersurai coklat itu segera menarik Jaemin menuruni tangga dengan tas punggungnya yang dibawa Jaemin.
"Pagi Papa." sang anak tersenyum manis.
Netra tegas Taeyong menyambut kedatangan mereka, ia tersenyum tipis membalas sapaan senyum Jaemin untuk yang kedua kali pagi ini.
"Pagi juga Jeano."
Jeano dan Jaemin duduk berseberangan, dengan telaten anaknya itu mengoleskan roti tawar dengan selai coklat untuk Jaemin karena ia tahu jika Jaemin tak menyukai strawberry, tidak seperti dirinya yang begitu menggemari buah berwarna merah tersebut.
"Jeano...."
Taeyong menatap Jeano yang memakan sarapannya dengan lahap lalu sang anak meminum susunya, pipinya menggembung, menampung susu dan roti disaat bersamaan. Membuat Jaemin terkekeh kecil melihatnya, rasanya Taeyong seperti obat nyamuk bagi mereka. Dasar bucin sekali mereka ini.
"Iya Pa, kenapa?." Jeano menatap balik sang ayah setelah menelan kunyahannya.
"Dimana Jeno? Kenapa Papa gak liat dia beberapa hari ini, seharusnya pagi menjadi jadwal Papa buat marahin kenakalan dia."
Beginilah sikap Taeyong, disaat Jeno, kembaran Jeano yang lebih muda dari Jeano dua puluh menit itu tidak ada. Maka Taeyong akan khawatir, menanyakan keberadaannya melalui Jeano karena Jeno memang hanya dekat dengan Jeano. Tapi ketika Jeno ada dirumah, jangan harap ada kedamaian di Mansion Lee. Taeyong akan terus menegur Jeno karena tinggah atau nilainya dikampus, yang paling parah adalah menemui sang anak bungsu berada dikantor polisi untuk menginap selama semalam baru Taeyong sebagai walinya datang menjemput keesokan harinya, memberi sedikit rasa jera yang sayang sekali tidak berhasil bagi Jeno setelah mendekam beberapa Jam dipenjara.
"Kayanya di apartemen Haechan deh, Pa. Soalnya terakhir Jeano hubungi dia ada disana."
"Coba kamu telpon sekarang." Jeano tersenyum tipis menatap ayahnya, menyadari kekhawatiran Taeyong terhadap sang adik. "Kenapa kamu liatin Papa kaya gitu? Papa cuma pengen mastiin kalo dia gak kabur aja." Taeyong melanjutkan sarapan, mencoba untuk tetap santai dihadapan Jeano yang telah menciduknya memperhatikan Jeno. Ayolah! Biarpun ego Taeyong itu tinggi tetap saja sang anak nomer satu.
"Iya, iya. Jeano tau..." Jeano memilih mengalah, ia segera menelpon Jeno hingga tulisan berdering terpampang dilayar ponselnya, menandakan jika Jeno sedang aktif.
"Hm?."
Suara Jeno begitu singkat, sedikit serak dikarenakan ia baru bangun setelah mendengar dering telepon Jeano yang mengganggu tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐎𝐔𝐁𝐋𝐄 𝐉
FanfictionJeno dan Jeano adalah kembar identik, namun sifat mereka berbanding terbalik. Jeano yang ramah dan ceria, digemari banyak orang. Jauh berbeda dengan Jeno yang dingin dan berandalan, hampir tak tersentuh sama sekali. . . . HAECHAN DOMINAN JAEMIN DOMI...