"ar, tolongin gua, gua engga mau ke ruangan tuh dosen" Risa merengek di depan Araya. "Datang Ajalah lumayan, tuh dosen juga masih muda, ganteng lagi ris" Araya menggoda risa, yang membuat risa terdiam. "lu naksir tuh dosen?" Araya memukul pelan kepala risa, saat dia mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut risa. "engga, maksud gua tuh boleh untuk lu, bukan gua suka. Sumpah lu kebentur apaan sih kok bisa otak lu Ngga berfungsi kek gini" omel araya kepada risa. Risa hanya tersenyum cengengesan, lalu pergi meninggalkan Araya seorang diri, Sepertinya dia ingin menemui pak Reza.
Araya duduk di kafe yang tidak jauh dari kampusnya. Dia sedang menunggu sopir atau lebih tepat nya pak bram untuk menjemput nya.
Araya terkejut melihat siapa yang sedang memasuki kafe itu. Orang yang sangat araya tunggu.
Araya adalah pelanggan setia kafe itu, karena Araya tahu bahwa Aksa sering sekali datang ke kafe itu. Mereka sering bertemu di kafe itu, Walaupun mereka sering bertemu di kafe itu, Araya dan Aksa tetap tidak pernah berbicara, dan sekarang Araya ingin mencoba untuk memulai berbicara dengan lelaki yang sudah lama dia cintai itu.
Araya berjalan menuju kursi yang tidak jauh dari pintu keluar, tempat dimana Aksa duduk. "ekhem, eh kak Aksa? Kita ketemu lagi. Kakak suka novel ya? Selera novel kakak bagus ya, aku juga baca novel itu." Araya mencoba untuk basa-basi dengan Aksa sambil menunjuk novel yang berada di dekat tangan Aksa.
"oh itu, itu novel nya raka. Raka suka novel, kalau gua kurang suka baca novel." Ucap Aksa.
"oh buk-"
"gua duluan ya" ucap Aksa, memotong perkataan Araya, lalu pergi meninggalkan Araya.
Dengan wajah yang kecewa Araya memutar balikkan badannya untuk berjalan kearah pintu keluar. saat Araya sudah memutar balik badan nya dia menemukan risa yang sedang berdiri menyaksikan kegagalan nya untuk mendekati aksa pada hari ini.
"ar, jangan se-"
"jangan ngomong ris, gua ngga mau denger kata-kata motivasi dari lu"
Risa mengancungkan jempol lalu menggandeng araya menuju parkiran kampus.
Mereka memasuki mobil yang di bawah oleh risa tadi pagi. "karena minggu depan gua ngga bisa ngerayain ulang tahun lu, jadi hari ini gua bakal kasih apapun yang lu mau. Apa yang lu mau? Biar gua beli." Risa bertanya di tengah perjalanan mereka.
"gua pengen kambali ke masa lalu ris."
"ar kalau lu bisa kembali ke masa lalu, lu bakal ngapain?"
"nyelamatin mama gua dari kematiannya." Jawab araya. Tidak ada balasan dari risa, mungkin risa bingung harus bagimana menanggapi jawaban dari araya.
"bercanda ris. Hahaha. Ngga mungkin bisa kan?" Araya tertawa karena candaan nya sendiri, namun risa tahu di balik tawa araya ada luka yang tak berani iya tunjukkan karena dia takut di anggap lemah. "kita beli tas aja gimana? Biar ada kenangan?" tanya araya yang di jawab dengan anggukan dari risa.
-★★★-
"makasih banyak ya, ris." ucap araya sambil turun dari mobil risa. Risa mengangguk lalu memeluk araya. "ar, jangan sungkan kalau mau cerita, gua selalu mau dengerin cerita dari lu bahkan hal yang ngga penting juga mau gua dengar. gua minta maaf ya belum bisa ngasih hal yang benar-benar lu mau" Risa mengelus pundak araya.
Araya tersenyum menatap muka cantik teman nya yang terkadang sangat menyebalkan, namun di balik sifat yang menyebalkan dan tidak tahu malu itu, ada sifat yang sangat baik dan penyayang.
Tidak ada percakapan lain setelah itu, hanya ada lambaian selamat tinggal dari araya untuk Risa.
Sekarang Araya sudah terbaring di tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
Terlihat dari raut wajah Araya bahwa dia sedang bingung dengan perasaan nya hari ini. Apakah dia harus senang karena dia mendapatkan teman yang sangat baik dan sangat menyayangi nya atau dia harus sedih karena ayah nya yang tidak akan merayakan ulang tahun nya lagi?
Hari-hari berlalu tanpa ada yang menyenangkan araya masih tetap tidak bisa mendapatkan hati aksa, araya juga masih sering melihat kesunyian di setiap ruangan di rumah nya. Hingga akhirnya hari ulang tahun nya tiba.
Malam itu Araya merayakan ulang tahun nya sendiri di kafe dia menggunakan gaun terbaiknya malam itu, gaun yang berwarna biru di padukan dengan flatshoes yang juga berwarna biru, dan rambutnya yang diikat, Menambah kesan elegan.
Araya duduk di dalam kafe menghidupkan lilin yang tertancap di kue, lalu dia lanjut meniupkan lilin itu sesudah ia berdoa.
Araya melihat ke sekitar, banyak sekali manusia, namun tidak ada satu pun yang ingin mengucapkan selamat kepada nya, semua orang sibuk dengan urusan mereka masing-masing, tetapi mata Araya terhenti melihat sekelompok keluarga kecil yang sedang merayakan ulang tahun anak nya, perayaan yang sangat sederhana, namun tidak semua orang bisa merasakan nya
Araya kembali teringat saat dimana papa dan mamanya yang merayakan ulang tahun nya yang kesembilan tahun. Perayaan yang sederhana, karena saat itu mereka sedang terpuruk, hanya ada kue yang kecil dan lilin yang berbentuk sembilan di atas kue itu. Mama Araya menyanyikan lagu untuk Araya dan papa Araya yang memainkan gitar untuk Araya. Sangat sederhana, namun indah dan berhasil menjadi masa lalu yang tidak akan terlupakan di kehidupan araya
Tanpa sadar ternyata Araya sudah meneteskan air mata, Araya menghapus air mata yang ada di pipinya, lalu berjalan ke arah kasir untuk membayar makanan yang dia pesankan dan makanan yang di beli oleh keluarga kecil yang dia lihat tadi.
Araya berlari sekencang mungkin mencari tempat di mana iya bisa menangis sepuasnya.
Dia mendapatkan tempat yang sangat nyaman, yaitu di taman kota. suasana di sana sangat sunyi tidak ada orang hanya ada araya saja di sana.
Araya melihat kearah langit, dan mulai memikirkan nasib dirinya yang sudah sangat lelah dengan kehidupan yang dia jalani. Saat Araya sedang melihat kearah langit dia melihat bintang jatuh, entah apa yang membuat Araya menjadi tertarik dengan mitos tentang bintang yang jatuh.
Aku ingin kembali ke masa lalu saat sebelum ibu meninggalkanku. aku ingin menyelamatkan ibu dari kematiannya. Araya membatin.
Araya kembali merenung. Mungkin jika ada risa disini Araya yakin risa akan menertawakan araya, karena Araya yang percaya dengan bintang jatuh. Araya berjalan pulang dengan perasaan yang kecewa.
Tanpa Araya sadar dia sudah sampai di rumah nya dengan berjalan kaki, untung nya tidak ada yang mengganggu Araya di perjalanan nya. Araya berjalan memasuki rumah nya, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Saat Araya menutup pintu terdengar suara rintik-rintik dari hujan.
Aku benci hujan. Batin nya
Araya duduk meringkuk di pojok kamarnya. Lagi-lagi dia teringat dengan almarhum mamanya. Dia kembali meneteskan air mata, menangis tersedu-sedu di sertai dengan suara hujan yang semakin deras. Entah sudah berapa lama Araya menangis di pojok kamarnya, dia membuka ponsel miliknya melihat jam berapa saat itu, ternyata sekarang sudah sangat larut, sekarang sudah jam 23.59 Araya merenung dan di tengah renungan nya terdengar suara petir yang sangat kuat. Araya terkejut.segera Araya menutup telinga dan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
23:59 rain times
Fantasy"ar kalau lu bisa kembali ke masa lalu, lu bakal ngapain?" "nyelamatin mama gua dari kematiannya," "Ngga masalah kalau gua hidup sederhana dengan rumah yang ngga terlalu besar asalkan ada mama di sisi gua." setelah sekian lama araya kehilangan ibun...