Tuhan baik, ya? Sudah mengirim kamu yang aku mau. Tapi, Sayang, di lain pengaduan, aku mengira-ngira, kamu bersyukur juga nggak, ya, punya aku?
Karena kalau hanya aku, rasanya seperti diberi hadiah cuma-cuma. Setiap hari selalu ada yang menjaga porsi minimal aku untuk bahagia.
Tapi, Sayang, kamu sudah bahagiakah bersamaku? Karena kalau sampai tidak, rasanya seperti korupsi satu milyar dari hasil gaji buta atau menumpang di rumah orang dan makan sesukanya. Karena kalau tidak, aku agak kecewa.
Namun lebih besar dari pada itu, aku khawatir sampai kamu tidak merasakan sebaik-baiknya kasih sayang yang kuterima darimu.
Bagaimana aku bisa beri tahu kalau rasanya sangat menakjubkan sampai aku pesimis memang ada yang bisa lebih tulus dari pada ini walau aku sendiri pun? Bagaimana kalau aku serupai pun,aku tetap gagal menunjukkan betapa hebatnya dicintai dengan cara ini?
Energi dan kasih sayang dari mana yang kamu serap setiap hari sampai kamu tidak pernah lupa mengingatkan betapa layaknya aku hadir di antara elemen-elemen yang terlalu biasa ini?
Tapi, Sayang, serupa itu, apa kamu juga sudah merasa berharga selama denganku? Aku juga ingin membuatmu merasa bagai orang paling beruntung di dunia. Ajari aku caramu mewarnai cinta walau ribu-ribu kali kamu sudah bilang kamu jatuh cinta dengan caraku. Sama kamu banyak indahnya dan aku tidak ingin menjadi penerima saja. Maka aku akan menembus seribu pintu cara untuk menyayangimu sampai kamu benar merasa selayak-layaknya cinta.
Orang sebaik kamu pantas mendapatkan apa pun yang kamu mau. Aku tidak bisa membayangkan kalau ternyata aku bukan yang kamu mau tapi sebatas orang yang kamu terima. Memang kamu pantas mendapatkan yang lebih baik. Namun sebesar kebaikanmu, sebaik- baiknya kamu, justru layak untuk menjadi alasanku berperan lebih baik. Tolong bersamaku sampai aku jadi lebih baik, ya! Karena kalau mencintaimu adalah seni, maka aku ingin membuat mahakarya.
@poetryinjulgr
