14 ; The Truth Untold

506 68 10
                                    



***











Sang mentari maaih belum sepenuhnya menampakkan diri dari peraduan, tapi kedua mata Jaemin sudah terbuka. Wanita itu sedikit menggeliat, satu tangannya meraba-raba meja nakas, setelah berhasil mendapatkan benda pipih yang dicarinya Jaemin kembali menaruh setelah sekilas melihat sudah pukul berapa sekarang.

Jendela kamar yang dibiarkan tidak ditutup tirai membuat segurat cahaya aram yang muncul sesaat sebelum matahari mulai naik ke cakrawala. Jaemin jadi bangun lebih awal karena ia juga tidur terlebih dahulu kemarin malam, namun wanita dua puluh empat tahun itu tak menyesali jika pemandangan fajar yang bisa ia lihat jadi secantik ini karena hal tersebut.

"You're wake up already?." Suara dengan intonasi rendah yang berasal dari balik tubuhnya berhasil mengagetkan Jaemin dari lamuannya yang masih setia memandang cahaya fajar yang perlahan mulai lenyap digantikan oleh sang mentari yang perlahan mulai naik ke cakrawala.

"Kau mengagetkanku."

Jeno tak menjawab ia justru meraih pinggang Jaemin, memeluknya erat, tangannya mencoba menelusup masuk kedalam gaun tidur si wanita. Suatu tindakan yang berhasil membuat Jaemin tersentak dan mencoba menghentikan aksi Jeno.

"It's still early in the morning." Jaemin mencoba mengelak.

"You know? morning is the best time for sex."

Tangan lentik Jaemin ia arahkan ke mulutnya, menciumnya sesekali menjilat membuat Jaemin menjadi merinding dibuatnya. Melihat ekspresi yang diperluhatkan oleh Jaemin membuat Jeno tertawa kecil.

"I need you for my breakfast Mrs J."

Umpatan kecil keluar dari mulut tipis Jaemin tanpa ia duga, kedua tangannya seketika menutup mulut saat Jaemin sadar akan sikapnya barusan. Jeno malah semakin merasa panas, ini masih pagi sekali tapi rasanya birahinya sudah diujung tanduk.

Tanpa mengatakan apapun setelah dengan lancangnya Jeno mencium bibir Jaemin lelaki itu memilih untuk beranjak kearah kamar mandi di seberang, well Jeno tahu Jaemin akan mau-mau saja ia gagahi pagi hari ini, tapi mereka akan pergi ke tempat penting nanti setelah sarapan, Jeno tidak ingin nantinya ia terlambat untuk mengunjungi tempat yang selalu ia datangi setiap ia mengunjungi pulau kecil ini.



.


.


.








"Ini adalah tempat penyimpanan abu kremasi kakek dan nenekku."

Jeno seolah menjawab rasa penasaran Jaemin yang sedari tadi hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun saat perjalan menuju ke tempat ini. Wanita itu termangu beberapa saat sebelum ia menundukkan kepala, membaca lantunan doa didepan abu yang bertuliskan Devonte di depannya. Jeno juga ikut menundukkan kepala sama halnya seperti yang Jaemin lakukan.

Setelah selesai Jeno mengajaknya keluar dari bangunan yang terlihat cukup besar jika digunakan hanya sebagai tempat penyimpanan abu. Jeno bercerita singkat bahwa kakek dan neneknya bertemu untuk pertama kalinya di pulau ini, tidak salah Jeju juga akan menjadi tempat pertemuan terakhir keduanya.

"Apa kau tidak penasaran dengan kabar sepupumu itu?." Jeno mengajaknya untuk duduk di sebuah cafetaria yang berjarak tak terlalu jauh dari tempat penyimpanan abu tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STYGIAN [Slow Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang