AFAN

131 24 11
                                    


Afan selalu merasa hidupnya selalu dalam bayang-bayang Gibran, saudara kembarnya yang cerdas, penurut, dan selalu menjadi kebanggaan keluarga. Setiap kali Afan membuat kesalahan kecil, perbandingan pun muncul.

"Lihat Gibran, dia selalu mendapatkan nilai bagus di sekolah. Kenapa kamu tidak bisa seperti dia?" ucap ibunya, meski dengan nada rendah tapi cukup menusuk hatinya.

Kalimat itu, selalu muncul setiap kali dia membuat kesalahan, membuat Afan ingin membuktikan dirinya. Hal itu memicunya untuk berubah. Tapi seberapa besarpun dia berusaha dia tetap salah di mata kedua orang tuanya.

Afan mulai merasa tidak ada gunanya mencoba menjadi seperti Gibran. Mereka berbeda. Gibran si tenang dan teliti, sementara Afan ceroboh, suka tantangan, dan sedikit urakan. Tapi, semakin dia mencoba menjelaskan pada orang tuanya bahwa dia adalah dirinya sendiri, bukan Gibran, semakin mereka tampak tidak mendengarnya.

Afan pun akhirnya memilih jalannya sendiri. Dia mulai bersikap lebih liar, lebih urakan, berpikir bahwa mungkin dengan begitu, dia akan diperhatikan. Bukannya berhasil, dia malah semakin dianggap "anak bermasalah." Hingga suatu hari, pertemuannya dengan dua sosok yang berbeda dari kehidupannya mengubah segalanya.

Rakha, anak yang dingin tak banyak bicara, tampak sulit didekati. Dia tak suka berinteraksi, tapi saat Afan pertama kali bertemu dengannya, ada sesuatu yang membuat Afan tertarik. Mungkin, karena Rakha juga tampak tidak peduli dengan penilaian orang lain. Mereka menjadi teman diam-diam, tanpa banyak bicara. Kehadiran Rakha seperti tempat berlabuh bagi Afan, memberi keseimbangan dalam kerusuhan yang sering dia buat.

Kemudian ada Eby, yang seolah menjadi kebalikan Rakha. Eby polos, selalu tersenyum, dan sangat percaya bahwa dunia ini penuh dengan kebaikan. Afan sering heran melihat betapa mudahnya Eby tertawa, bahkan di saat-saat yang menurut Afan sulit. Namun, entah bagaimana, kehadiran Eby memberi warna lain di hari-harinya yang kelabu.

Meski Afan merasa dirinya sering ceroboh, Rakha dan Eby tidak pernah memandangnya dengan cara yang sama seperti orang tuanya. Mereka tidak membandingkannya dengan Gibran, mereka menerima Afan apa adanya. Bersama mereka, Afan mulai merasa bahwa dia tidak perlu menjadi seperti orang lain. Dia bisa menjadi dirinya sendiri—meski itu berarti sedikit kacau, ceroboh, dan penuh tantangan.

Suatu sore, setelah hari yang berat di sekolah, Afan duduk di pinggir lapangan bersama Rakha dan Eby. "Kenapa kalian berteman sama gue?" tanya Afan tiba-tiba, sambil memandang ke langit. Pertemanan mereka terjalin sudah cukup lama, sejak mereka masih berada di Sekolah Dasar. Kekuasaan orang tua Rakhalah yang membuat mereka bisa terus satu sekolah bahkan satu kelas  hingga saat ini.

Eby tertawa. "Kenapa nggak? Lo seru, Fan. Nggak perlu jadi sempurna untuk jadi teman, kan?"

Rakha, yang biasanya tidak banyak bicara, menimpali dengan nada datar. "Lo bisa jadi apa saja yang Lo mau, Afan. Tapi satu hal, kamu selalu jujur pada diri lo sendiri. Itu yang penting."

Afan tersenyum kecil, dengan mereka ia merasa diterima tanpa perlu berpura-pura menjadi orang lain. Mungkin dia tidak sempurna, mungkin dia tidak secerdas Gibran. Tapi bersama Rakha dan Eby, dia tahu, dia berhak menjadi dirinya sendiri.

Hari itu, di bawah langit yang mulai memerah, Afan akhirnya mengerti satu hal penting—setiap anak itu berbeda, dan perbedaan itulah yang membuat hidupnya berharga.

Afan semakin liar setiap kali orang tuanya membandingkan dirinya dengan Gibran. Seolah-olah apapun yang dia lakukan selalu salah. Tapi semua berubah ketika dia bertemu Adara.

Adara bukan gadis seperti yang sering dibayangkan kebanyakan orang. Dia jauh dari sosok lemah lembut. Adara itu tegas, bahkan bisa dibilang "barbar." Pertama kali mereka bertemu, Adara tidak segan-segan menegur Afan karena kelakuannya yang sembrono.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALL ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang