ADEN

230 39 15
                                    

Rasa bersalah hanya akan menahan kita untuk melangkah maju... Apa salahnya jika kita memaafkan diri kita sendiri?

"Mom, Bara mau ke markas sebentar ya?" Anak pertama dari Rakha dan Mala itu meminta ijin.

"Kamu mau ke sana ngapain?" Tanya Mala sambil menghentikan sebentar kegiatan memasaknya.

"Ada perlu sama paman Aden!"

"Penting bangetkah?" Tanya Mala

"Banget Mom, untuk kelangsungan proyek Bara!"

"Proyek apa lagi Bar?" Mala geleng- geleng kepala dibuatnya. Entah proyek yang ke berapa kali Mala tak ingat.

"Rahasia!"

"Ish main Rahasiaan sama momy ya?"

"Boleh ya Mom?" Bara mulai merajuk. "Lagian Bara juga mau main game sama paman - paman Zero .

" Oke, tapi di antar mang ijong ya? Dady belum pulang soalnya!"

"Oke mom!"

"Oh iya jangan lupa nanti sore kamu ada latian beladiri sama uncle Al!" Teriak Mala yang hanya direspon Bara dengan mengangkat jempolnya. Dasar kulkas! Batin Mala

***

Bara mengetuk pintu markas beberapa kali, tak ada jawaban. Dia membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Halooo ... apa ada orang di rumah?" Tak terlihat siapapun. Pasti lagi di atas.

Tak ada siapapun. Bara sedikit merasa heran, tak biasanya markas sepi tanpa penghuni. Dia membawa turun kembali belanjaan berisi camilan dan meletakkannya di dapur. Lalu menuku ke garasi. Yang juga merupakan bengkel Zero.

Bara yakin pasti Aden di sana. Benar saja, Aden sedang mengotak atik motornya.

Sampai dia dikejutkan oleh subuah suara yang familiar"Paman?"

"BAra!: Aden celingak celinguk seprti mencari keberdaan seseorang.

"Bara ke sini sendiri paman, tadi diantar supir"

"OH,,," jawabnya sambil melanjutkan pekerjaannya. 

"Kenapa markas sepi paman?"

"Sedang ada jadwal baksos Bar!"

"Kenapa paman tak ikut?"

"Hari ini adalah hari....." Aden menghentikan kalimatnya. LAlu menghela nafas panjang. Tangannya yang kuat dan cekatan selalu menemukan ketenangan dalam gemerincing logam dan oli yang mengotori jemarinya. Bengkel ini adalah tempat pelariannya, satu-satunya tempat di mana pikirannya bisa tenggelam dalam pekerjaan dan jauh dari kenangan yang terus menghantuinya

Bara duduk di atas kotak perkakas, sembari memperhatikan Aden yang sedang sibuk dengan mesin motor di depannya. Ada jeda sebalum Bara kembali berbicara, kali ini dengan nada serius yang tak biasa keluar dari mulut seorang anak kecil.

"Kenapa tak dilanjutkan paman?" tanya Bara penasaran.

"Ngga papa Bar, lupakan saja! ohya kenapa kamu kemari?"

Bara tahu Aden menyembunyikan sesuatu. "Paman tak pernah semurung ini, paman adalah anggota paling ceria, tapi ada satu saat di mana paman berubah seperti ini. Apakah karena seseorang?"

ALL ABOUT LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang