Sasuke terbangun dalam kegelapan, keringat membasahi pelipisnya. Dia berusaha menenangkan diri, mencoba membedakan antara kenyataan dan ilusi. Namun, saat menutup matanya lagi, kenangan itu datang kembali, membanjiri pikirannya dengan ketajaman yang menyakitkan.Dia melihat dirinya sebagai remaja lelaki, duduk terpuruk di sudut gang sempit yang gelap. Hujan deras musim gugur mengguyur tubuhnya, membasahi rambut hitamnya yang lebat, menempel di dahi dan pipinya. Sasuke merasakan dingin menggerayangi kulitnya, tetapi itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang lebih dalam, lebam-lebam di tubuhnya akibat kekerasan yang ia terima di rumah. Dia ingin mengabaikan semuanya, ingin melupakan bahwa hidupnya dipenuhi dengan rasa sakit.
Ketika pandangannya kosong, suara kecil dan ceria memecah keheningan yang menyesakkan.
"Nii-san, kau baik-baik saja?"
Sasuke menoleh, terkejut melihat seorang gadis kecil berdiri di depan sana, memegang payung hitam besar yang hampir menutupi seluruh tubuhnya. Mata gadis itu bersinar penuh kepolosan, tidak terpengaruh oleh hujan yang mengguyur. Dia tampak khawatir, dan meskipun Sasuke ingin menyuruhnya pergi, ada sesuatu dalam tatapannya yang membuatnya ragu.
"Pergi," gumamnya, suaranya datar dan lelah. Dia berharap gadis itu akan menyerah, pergi menjauh dan meninggalkannya dalam kesedihannya.
Namun, gadis kecil itu malah mendekat, menurunkan payungnya, dan duduk di sampingnya, tubuh mungilnya mulai basah. Sasuke meliriknya, keheranan. Kenapa dia masih di sini?
"Kenapa kau di sini?" tanya Sasuke, suaranya sedikit lebih tegas, berusaha mengusir rasa ingin tahunya.
"Aku suka hujan," jawab gadis itu dengan senyuman cerah. "Kalau aku sedih, aku suka duduk di luar saat hujan. Rasanya seperti semua yang buruk bisa hilang bersama airnya."
Sasuke terdiam, tak tahu harus merespons apa. Apa yang anak kecil ini tahu tentang kesedihan? Namun, ada kehangatan dalam kata-katanya yang menggerakkan hati Sasuke. Rasanya, hanya dengan kehadirannya, beban di dadanya sedikit berkurang.
"Nii-san sakit, ya?" tanya gadis itu, matanya tertuju pada lebam di lengan Sasuke yang terlihat di balik pakaian basahnya.
Sasuke mengalihkan pandangan, tak ingin membahas luka-lukanya. Dia ingin melupakan semua yang terjadi, semua kenangan pahit yang membuatnya terjaga di malam hari.
"Aku baik," jawabnya, suaranya pelan dan berat.
Gadis itu tidak mendesaknya lebih jauh. Dia tetap duduk di sana, memperbaiki posisi payungnya agar lebih melindungi Sasuke dari hujan yang semakin deras. Ada keheningan di antara mereka, dan anehnya, Sasuke merasa lebih nyaman dengan kehadiran gadis itu.
"Nii-san pasti orang yang kuat," kata gadis itu, tiba-tiba. "Nanti, semuanya akan baik-baik saja."
Mendengar kata-kata itu, Sasuke hampir tersenyum. Dia ingin percaya, tetapi realitas hidupnya terasa terlalu menyakitkan untuk diabaikan. Namun, ada sesuatu yang aneh tentang gadis kecil ini, sesuatu yang membuat hatinya tergerak.
"Namamu?" tanyanya, terdorong oleh rasa ingin tahunya.
"Sakura!" jawab gadis itu ceria, senyumnya tak pudar. "Haruno Sakura, aku tinggal dekat sini. Nii-san siapa?"
"Sasuke," jawabnya singkat.
Sakura mengangguk, seolah puas dengan jawaban itu. Dia tetap di sampingnya, menahan hujan dengan payungnya. "Aku temani Nii-san, ya. Tidak baik duduk di sini sendirian waktu hujan."
Sasuke menunduk, teringat akan kebaikan gadis kecil ini. Dia merasakan harapan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, meskipun hanya sedikit. Hujan terus turun, tetapi dengan Sakura di sampingnya, dingin itu tidak lagi terasa menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain in Autumn
FanficKetika cinta yang tidak pernah ia harapkan tiba-tiba hadir mengubah hidupnya. Akankah Sasuke bisa melepaskan trauma masa lalunya dan mulai berlari mengejar orang yang ia cintai? "Nii-san pasti orang yang kuat." "Nanti, semuanya akan baik-baik saja."...