13. Tata Jim

64 17 1
                                    

Warn!!

Long chap...!!


Siang itu, suasana di rumah terasa hangat dan tenang. Seokjin, Taehyung, dan Mama Yuni duduk di ruang tengah, ditemani Yoongi yang sedang asyik bermain dengan mainan kesukaannya. Seokjin, meski masih sedikit demam, memilih untuk libur sementara dari pekerjaannya. Tentu saja, keputusan itu tak sepenuhnya datang dari dirinya—lebih karena paksaan Mama Yuni yang ingin agar putranya lebih memperhatikan kesehatannya. Sementara itu, Taehyung juga memutuskan untuk menghabiskan hari di rumah, menemani sang ibu, kakaknya, dan tentunya keponakan kecil yang sangat ia sayangi.

Percakapan ringan mengalir di antara mereka, sesekali diselingi dengan tawa Yoongi yang penuh kepolosan. Namun, di tengah kehangatan itu, suasana mendadak berubah ketika seorang pelayan datang tergopoh-gopoh dari arah dapur. Wajahnya pucat, tampak terguncang.

"Maaf mengganggu, Tuan, Nyonya... ada kabar buruk. Rumah Pak Cipto... terbakar..." ucap pelayan ini dengan suara gemetar.

Mendengar itu, Seokjin, Taehyung, dan Mama Yuni terdiam sejenak, terkejut dengan berita yang datang tiba-tiba. Seokjin mengerutkan dahi, berusaha memahami informasi yang barusan ia dengar.

"Pak Cipto? Satpam kita yang kemarin minta cuti, kan?" tanya Seokjin berusaha tenang.

Pelayan itu mengangguk.

"Iya, Tuan. Saya baru saja mendapat kabar dari tetangga, rumahnya habis terbakar. Pak Cipto... dia masuk kembali ke dalam rumah untuk menyelamatkan istrinya yang sakit setelah berhasil membawa keluar anaknya."

Mama Yuni menutup mulutnya, terkejut. "Ya Tuhan, ini tidak mungkin..."

Taehyung langsung berdiri, wajahnya serius namun penuh kepedulian. "Kita harus ke sana sekarang."

Mereka segera bersiap dan bergegas menuju rumah Pak Cipto. Yoongi dititipkan pada pelayan yang tadi karena tidak mungkin mengajak bayi itu ke lokasi kebakaran. Sesampainya di lokasi, mereka disambut oleh pemandangan yang memilukan. Rumah Pak Cipto sudah habis dilahap api. Hanya puing-puing yang tersisa, sementara asap tipis masih mengepul dari sisa-sisa kebakaran. Di sekitar mereka, beberapa tetangga terlihat berdiri dengan raut wajah cemas, sementara petugas pemadam kebakaran masih berusaha menuntaskan pekerjaan mereka.

Salah seorang tetangga mendekat dan menjelaskan apa yang terjadi. "Pak Cipto sempat menyelamatkan anaknya, tapi dia kembali masuk ke dalam rumah untuk menyelamatkan istrinya yang sakit. Sayangnya, mereka berdua tidak berhasil keluar..."

Kata-kata itu menggantung di udara, menambah berat suasana. Mama Yuni menghela napas panjang, matanya berkaca-kaca. "Dia seorang yang sangat setia pada keluarganya..."

Seokjin menundukkan kepala, berusaha menenangkan diri di tengah situasi yang begitu memilukan. "Kita hanya bisa menunggu sekarang," katanya lirih, meskipun dalam hatinya ia berharap ada keajaiban. Semua mata tertuju pada rumah yang kini hancur, sembari menanti kabar dari petugas. Walau hati mereka penuh harapan, kenyataan yang tampak di depan mata sulit untuk dielakkan.

.

.

.

Mama Yuni, dengan penuh kasih sayang, mendekap anak kecil yang masih terguncang oleh tragedi yang baru saja menimpa keluarganya. Anak itu menangis ketakutan, tubuhnya bergetar hebat, dan wajahnya kotor karena debu dan asap. Beberapa luka serta lebam terlihat di tubuhnya, bukti bahwa ia telah melalui peristiwa mengerikan. Tangisannya terus terdengar, ia memanggil-manggil orang tuanya yang tak kunjung datang.

Mama Yuni mengusap lembut punggungnya, berusaha menenangkan. "Shh, sayang... tidak apa-apa, kamu aman sekarang. Semua akan baik-baik saja." Suaranya penuh kelembutan, meskipun hatinya turut terasa perih melihat keadaan anak kecil itu.

Love-Hate Ayah & UieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang