PROLOG

475 17 0
                                    

🌟 Kabar Baik untuk Para Pembaca! 🌟

Cerita Impossible-2 kini hanya dapat kalian nikmati di Karyakarsa! Di Wattpad, tersedia lima chapter gratis sebagai pengantar cerita. Jika kalian ingin melanjutkan cerita ini, kunjungi link yang ada di bio Wattpadku.

Membaca di Karyakarsa sangatlah mudah! Tanpa perlu mengunduh aplikasi, kalian cukup mendaftar menggunakan email. Pilihan pembayaran yang ditawarkan pun beragam, termasuk OVO, DANA, Gopay, dan transfer bank. Untuk menghindari pajak, aku sarankan menggunakan Gopay atau OVO. Untuk yang ingin membaca dari chapter 1 sampai selesai tanpa ribet kalian bisa menghubungi nomer di bawah ini.

082192238199

Terima kasih atas dukungan kalian! Selamat membaca! ❤️

______

Dalam suasana ruangan yang temaram, seorang gadis berambut panjang dengan kedua tangan yang sudah terbalut sarung tinju dan kepala yang tertutup rapat oleh pelindung kepala mulai melangkah memasuki area segi empat yang dikelilingi empat tali di setiap sisinya. Kegelapan yang melingkupi tempat itu menambah ketegangan suasana. Lampu yang menyala hanya di sekitar ring, mempertegas garis pertarungan yang akan segera berlangsung.

Seorang pria berambut cepak berdiri di belakang gadis itu, memegang bahunya dengan erat, seakan memberikan dorongan terakhir sebelum pertarungan dimulai.

"Semangat, Earn! Aku yakin kamu pasti bisa!" seru Deon, pria yang kini menjadi sahabat baik Earn setelah Mild dan Bianca. Earn menoleh ke arah Deon, memberikan senyuman penuh percaya diri yang terselip di wajahnya.

"Demi sepuluh juta, Earn!" lanjut Deon, kali ini dengan nada bercanda dan alis yang terangkat bersamaan. Earn memutar matanya dengan malas. Dalam pikirannya, Deon memang selalu terobsesi dengan uang. Namun, meski begitu, Earn tetap melangkah dengan tegap, mendekati tengah-tengah ring dengan hati-hati.

Gadis dengan postur tubuh kekar dan penuh percaya diri perlahan memasuki ring tinju. Sorot matanya penuh dengan ketidaksenangan saat menatap Earn, seakan meremehkan. Namanya Shena, dan ia adalah lawan terberat Earn. Ini adalah pertemuan ketiga mereka di atas ring. Pertemuan pertama dan kedua selalu dimenangkan oleh Earn, tetapi Shena tak pernah menyerah. Dengan latihan yang lebih keras dan keyakinan tinggi, Shena kembali menantang Earn dalam pertarungan tinju liar yang diadakan di markas Deon dan teman-temannya.

Wasit yang bertugas di pertandingan malam itu akhirnya masuk ke ring, mendekatkan tubuh Earn dan Shena. Earn terkekeh pelan, lalu menatap Shena dengan tatapan tajam disertai senyum remeh.

"Siap kehilangan sepuluh juta lagi?" sindir Earn, nada suaranya penuh ejekan. Shena hanya bergidik tajam, tak mau kalah.

"Kali ini kamu yang akan kehilangan uang sepuluh juta!" balas Shena dengan penuh percaya diri. Earn tersenyum sinis, seraya mempererat ikatan sarung tinjunya pada pergelangan tangan.

"Siap?" tanya wasit itu kepada kedua petinju. Earn dan Shena mengangguk serentak. Di luar ring, Deon sudah menunggu dengan penuh semangat, menempatkan kedua tangannya di dada, berteriak memberi dukungan.

"Semangat, Earn! Kamu pasti bisa!" Suara teriakan itu nyaris tenggelam oleh gemuruh penonton yang sudah memenuhi bascame, tempat pertarungan ilegal itu digelar. Suasana malam semakin intens dengan hiruk pikuk sorakan dari penonton. Bascame itu terletak jauh dari pemukiman warga, membuat Deon dan kawan-kawannya bebas mengadakan pertandingan seperti ini tanpa gangguan.Begitu wasit memberikan aba-aba, pertandingan dimulai.

"Pprrrriiiitttttttt!"

Peluit berbunyi nyaring, memicu gelombang sorakan yang menggema di seluruh penjuru ruangan. Earn segera bergerak lincah, menggerakkan kaki maju dan mundur, memasang kuda-kuda dengan sempurna, tak membiarkan pertahanannya runtuh. Pandangannya tajam menelusuri pergerakan Shena, mencari celah yang bisa dimanfaatkan.

"Bbbuuuuggggg!"

Sebuah pukulan jab mendarat dengan sempurna di dagu bagian kanan Shena. Gadis itu meringis kesakitan, tapi berusaha untuk tetap berdiri tegak. Earn mendengus pelan, meremehkan. Dengan cepat, ia mengangkat kedua sarung tinju ke atas dagu, sementara dagunya diturunkan untuk menghindari serangan balik dari Shena. Serangan cross yang dilancarkan Shena untuk pertama kalinya pun bisa ditepis dengan mudah oleh Earn. Shena menggeram kesal.

"Sial!" gumam Shena dalam hati.

Earn semakin mempercepat gerakan kakinya, mengatur strategi untuk melepaskan teknik uppercut yang tepat sasaran.

"Bbbuuuuggggg!"

Pukulan maut kembali mendarat telak. Shena terjatuh dengan keras di atas ring. Earn dengan cepat menekuk kaki lawannya, membuat Shena tak bisa melakukan perlawanan apa pun. Wasit meniup peluit untuk menghentikan sementara pertandingan, melakukan hitungan.

"Satu! Dua! Tiga! Empat! Lima!"

Sampai hitungan kelima, Shena masih belum bisa bangkit. Wasit kembali meniup peluit, menyatakan Earn sebagai pemenang. Pertandingan hanya berlangsung satu ronde, dengan serangan jab pertama berhasil memukul jatuh Shena.

Di luar ring, Deon sudah menunggu dengan senyum lebar, siap menyambut kemenangan Earn. Wasit mengangkat tangan Earn, menandakan kemenangannya.

"Pertandingan dimenangkan oleh Earnessa Lee!" ucap wasit dengan suara lantang. Earn hanya mengangguk, menundukkan kepalanya sejenak sebagai tanda penghormatan. Sementara itu, Shena dibawa keluar ring oleh tim medis untuk mendapatkan pertolongan. Deon segera melompat ke dalam ring, mengangkat tubuh Earn dan memutarnya di sekitar ring.

"Huuuuuuuuhhhhhh!" teriak Deon dengan penuh kegembiraan. Earn tertawa kecil, memukul pundak Deon beberapa kali.

"Turunkan aku!" seru Earn, diikuti tawa kecil dari Deon. Setelah menurunkan Earn, Deon menggenggam kedua pipi Earn yang masih terbalut pelindung kepala.

"Kamu menang lagi, Earn!" teriaknya sembari memeluk tubuh Earn dengan erat. Earn mendecih pelan, melepaskan pelukan Deon dengan kasar.

"Jijik!" protesnya. Sesaat kemudian, sesi penyerahan hadiah dimulai. Seorang pria berjenggot tebal masuk ke dalam ring, mengulurkan tangannya untuk mengucapkan selamat kepada Earn.

"Selamat atas kemenangan yang ketiga kalinya," ucap pria itu setelah berjabat tangan. Ia kemudian menyerahkan amplop berisi uang sepuluh juta rupiah. Deon, dengan senyum lebar, langsung mengambil amplop tersebut.

"Terima kasih, Pak," ucap Deon. Pria itu tersenyum samar sebelum akhirnya turun dari ring.

---

Malam semakin larut, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Earn dan Deon melangkah keluar dari bascame. Deon merangkul Earn dengan senyum tipis yang tak kunjung hilang dari wajahnya. Mereka berjalan menuju bangku yang terletak di depan bascame. Sekelompok teman-teman Deon keluar dari bascame, sebagian dalam keadaan setengah mabuk.

"Nih," Earn menyerahkan amplop berisi sepuluh juta rupiah kepada Deon, sambil memegangi pergelangan tangannya yang terasa nyeri.

"Seperti biasa, setengahnya kamu berikan ke yayasan yatim piatu," pinta Earn, yang dijawab dengan anggukan tegas oleh Deon. Jiwa sosial Earn memang sudah terbentuk sejak lama, terutama sejak ia pertama kali memberikan bantuan ke yayasan bersama Fahlada dulu.

"Siap, bos!" Deon memberi hormat, lalu tersenyum jahil. "Kamu serius nggak mau ambil? Lumayan buat jajan cilok."

Earn tertawa kecil. "Sejak awal aku ikut pertandingan ini cuma buat menyalurkan hobi, bukan buat cari uang," sindir Earn, membuat Deon terkekeh.

"Nggak apa-apa kan, Earn. Sekali-kali hobi kamu menghasilkan uang. Lagi pula, berkat kamu, manusia kekurangan seperti aku jadi bisa hidup lebih layak," balas Deon dengan nada memelas.

"Jangan memanfaatkan kelebihan orang lain untuk kepentingan diri sendiri!" sindir Earn lagi, sebelum akhirnya beranjak meninggalkan Deon.

IMPOSSIBLE2-ORMLING (On Going Di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang