Jam terakhir di hari pertama telah selesai. Earn dengan tenang memasukkan buku genetika ke dalam tasnya. Hari pertama ini terasa cukup menyenangkan baginya, terutama karena tanpa disengaja, ia bertemu kembali dengan Deon, teman yang sefrekuensi dengannya. Mereka kehilangan kontak ketika baru saja memasuki semester pertama perkuliahan. Earn sibuk dengan dunianya, begitu pula Deon. Tak pernah ada kesempatan bagi Earn untuk menghubungi Deon, baik melalui Instagram maupun akun-akun media sosial lainnya.
Earn berdiri dari kursinya dan berjalan keluar kelas. Di ambang pintu, sosok seorang pria dengan rambut cepak serta anting di telinganya menyeringai, memperlihatkan deretan gigi putihnya. Siapa lagi kalau bukan Deon.
"Mau pulang bareng aku nggak?" tanya Deon santai.
"Tidak, aku bawa mobil," jawab Earn dengan tegas. Deon hanya tertawa kecil sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket almamaternya. Detik berikutnya, Naree Zeandra dan Andhara datang menghampiri Earn yang sedang asyik mengobrol dengan Deon. Andhara, seperti biasa, memasang wajah manisnya untuk menarik perhatian Deon.
"Eh, ada Pak Presiden," sapa Andhara dengan ramah. Deon tersenyum kecil.
"Hai," balasnya sambil melambaikan tangan.
Tanpa peringatan, Deon tiba-tiba meraih pergelangan tangan Earn dan menyeretnya keluar dari ambang pintu. Naree dan Andhara saling bertukar pandang, kebingungan.
"Kita pergi dulu!" seru Deon sambil tertawa kecil.
Mereka berlari kecil menuju area parkir, di mana Earn akhirnya melepaskan genggaman tangan Deon yang erat mencengkram pergelangannya sejak tadi. Napasnya memburu saat mereka tiba di area parkir. Earn segera berjongkok, menenangkan diri sementara napasnya mulai teratur kembali.
"Hah, seru kan? Aku jadi ingat tawuran zaman SMA dulu, Earn," ujar Deon sambil mengatur napasnya yang tersengal.
"Seru apanya? Gara-gara kamu salah kasih kode, aku hampir mati waktu itu!" protes Earn, mengingat kembali kejadian tersebut. Meski sudah mencoba melupakannya, ingatan itu masih jelas di benaknya.
"Hahaha... Maaf, Earn," sahut Deon sambil tersenyum. "Tapi kamu harus ikut aku kali ini," lanjutnya tiba-tiba.
Earn menatap Deon dengan penuh tanya. "Ke mana?" tanyanya.
Tanpa memberi jawaban, Deon kembali menggenggam tangan Earn, lalu menuntunnya menuju motor Ninja 250cc berwarna hijau miliknya yang terparkir tak jauh dari mereka. Ia mengambil salah satu helm yang tergantung di behel motornya dan melemparkannya ke arah Earn.
"Pakai helm ini cepat!" perintahnya.
"Tapi mobilku?" Earn bertanya, sedikit ragu.
"Biarkan saja, tidak akan hilang di sini," jawab Deon dengan sedikit cemas. Setelah menurunkan standar motor, Deon menaiki kendaraannya, sementara Earn memanfaatkan bahu Deon yang bidang sebagai tumpuan untuk duduk dengan nyaman di belakangnya. Tak lama kemudian, motor tersebut melaju keluar dari area parkir, meninggalkan jejak asap tipis yang menghilang di udara.
____
Deon menghentikan motornya di depan sebuah toko bernama "Elite MMA Shop", toko yang menyediakan peralatan tinju dan olahraga bela diri lainnya. Earn menatap tempat itu dengan tatapan asing. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kaki di depan toko yang khusus menjual alat-alat tinju.
Deon melepas helmnya dengan cepat, begitu pula dengan Earn yang melepaskan helm dengan hati-hati. Ia kemudian mengibaskan rambut panjangnya yang sedikit berantakan karena helm.
Deon, yang memperhatikan dirinya sendiri di kaca spion motornya, berkomentar, "Jangan terlalu lama bercermin, nanti semakin tampan lagi," goda Earn sambil menoyor kepala Deon dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
IMPOSSIBLE2-ORMLING (On Going Di Karyakarsa)
FanfictionImpossible2 adalah kelanjutan dari cerita Impossible1. Kisah Fahlada dan Earn ini akan ON GOING di Karyakarsa, sementara lima bab pertama dapat kalian nikmati secara gratis di Wattpad. Ingin membaca tanpa harus menunggu lama? kalian bisa order eBook...