00.04 Kalungnya...

114 25 9
                                    


Happy reading, kawan-kawan!!

Vote n comment di persilahkan~

.
.
.
.












"Akh! Pelan-pelan, Win!"

Karina berjengit kesakitan saat Winter mengoleskan salep di dagu nya yang terluka menggunakan cotton bud.

Gimana ngga menjengit, Winter kalau ngolesin pake tenaga dalam.

"Iya-iya... Ini udah pelan loh.."

"Pelan apanya? Makin lecet luka ini kalau kamu yang obatin!" Kesal Karina.

Winter menghela nafas. Memang orang satu ini ada-ada aja. Luka di bibirnya saja sudah cukup membuat Winter khawatir, ini ternyata setelah di cek, ada luka lagi di dagu sama tangan sebelah kanan.

Sambil mengoleskan salep nya lagi, Winter memulai pembicaraan.

"Kakak sebenernya kenapa?" Tanya Winter.

Karina tetap diam. Dia menyipitkan matanya sekejap karena sakit yang terasa dari dagu nya, "jatuh di got."

"Winter serius kak."

"Ya kamu sendiri yang bilang aku jatuh di got?"

Winter berdecak kesal lalu menekan cotton bud nya dengan sengaja sehingga Karina berjengit lagi.

"Akh! Ish! Yang bener, Win!"

"Ya kakak juga yang bener kalau ditanya!"

Karina menatap Winter sebal. Anak satu ini memang keras kepala.

"Bertengkar sama temen. Biasa lah."

Winter menatap Karina tidak percaya. "Kak Karina itu ga bisa boong, serius."

"Emang muka ku keliatan bohong?" Tanya Karina hingga menghentikan pengobatan yang Winter lakukan.

"Keliatan banget Kak Karina itu ga bisa boongin Winter."

Tiba-tiba saja Karina membuat gerakan yang diluar ekspektasi Winter. Karina memegang tangan Winter yang sedang mengobati luka nya itu kemudian menariknya hingga wajah mereka berdekatan.

"Masih keliatan kalau bohong?"

Glup..

Winter bodoh. Dia malah tidak bisa berkutik saat Karina menatap mata nya dengan sangat dalam. Tetapi pikiran kotor seketika lenyap saat Winter merasakan dingin nya tatapan Karina yang terlihat sangat penuh dengan.. sesuatu yang tidak bisa Winter ungkapkan.

Eh, namanya juga Winter. Pikiran yang tadi kotor lenyap, datang lagi kala tatapan nya turun dan jatuh pada mulut Karina yang memerah akibat luka.

Winter bersusah payah untuk menelan kembali ludahnya yang kedua kali.

Karina tersenyum. "Mau di cium?"

Winter membelalak kaget dan refleks menjauhkan wajahnya dari Karina.

Seperti biasa, jam yang melingkar di pergelangan tangan nya mulai berbunyi lagi. Winter segera memencet-mencet tombol yang ada dan untungnya jam tangan itu segera tenang.

Netra Karina menatap jam yang ada di tangan Winter. "Itu jam apa? Bunyi terus deh, pagi tadi juga gitu."

"Rusak." Balas Winter singkat. Ia lalu menatap Karina dengan muka syok nya. Bisa-bisa nya Karina dengan santai mengatakan hal seperti itu.

Karina yang di tatap, mengangkat alis kanan nya heran. "Kenapa?"

"Kok bisa nyeletuk gitu?" Tanya Winter sedikit sebal.

ONLINE or OFFLINE? : WINRINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang