chapter 1

37 12 0
                                    


Tampak seorang gadis mengerang melihat pak Bagas- guru kimia yang menerangkan materi rumus rumus molekul yang membosankan baginya.
Dia adalah Niskala Arunika.
Gadis cantik yang sedari tadi mengerucutkan bibir sambil menopang dagu. Niskala sudah berusaha fokus, tapi tetap saja tidak bisa.
Beginilah Niskala jika dihadapkan dengan kimia, mendadak otaknya menjadi buntu. Terkutuklah orang orang ahli kimia seperti Antoine Lavoiser yang menemukan rumus super ribet itu. Dan setiap kali Niskala mengeluh, teman laki laki yang di sampingnya selalu bilang
" Kalo Lo selalu ngeluh tentang pelajaran kimia, mending Lo pindah aja ke kelas IPS. Percuma juga kan Lo disini, siapapun gurunya gak akan bisa membuat Lo mendadak pinter kalo emang ada dasarnya Lo sendiri yang gak menyukai ilmu Kimia."

Dia adalah Bara Bagaskara teman dekat Niskala. Tidak, mereka bahkan sudah berteman sejak sekolah dasar.
Kedua orang tua mereka sudah dekat sejak lama karena adanya hubungan bisnis katanya, itu semua otomatis membuat mereka menjadi sahabat. Dimana ada Niskala disitu ada Bara, begitulah orang orang menyebutnya
Tapi semenjak kejadian mengenaskan 3 tahun silam, kedua orang tua mereka tidak lagi menjalin kerja sama, dikarenakan Bayu- ayah Niskala mendadak hilang bak di telan bumi.
Tapi itu semua bukan berati hubungan silaturahmi mereka putus. Bagaimanapun juga, kedua orang tua Bara tetap menganggap Niskala sebagai anaknya.

"Hmmm"

Kalo Bara sudah berpetuah, Niskala hnya bisa menggangu kan kepalanya saja, lagi pula yang dikatakan Bara benar juga memang dasarnya Niskala saja uang bodoh, ia akan mengakuinya.
Sebenarnya, bukan hanya kimia saja yang membuat kinerja otaknya macet, tapi hampir seluruh pelajar IPA mungkin. Terkecuali pelajaran Biologi, karena lebih mengandalkan ilmu hapalan daripada hitungan.
Seingat Niskala, ia tak sebodoh ini waktu SMP dulu. Atau pelajarannya saja yang semakin susah? Entahlah apapun alasannya jiwa nya tetap di seni. Baginya seni adalah dunianya
Niskala suka menggambar dan menulis, otaknya akan normal jika dan bergerak lebih cepat saat ada pelajaran kesenian.

Ditengah kebosanan Niskala sempat berfikir pura pura sakit pergi ke UKS, tapi pasti saja tidak bisa karena di sampingnya ada Bara, tangan kanan pak Bagas. Tentu itu akan menjadi bumerang untuk Niskala sendiri terlebih Bara tau bahwa Niskala dalam keadaan sehat walafiat karena sejak tadi pagi ia menjemputnya tidak ada tanda tanda yang membuktikan bahwa Niskala sedang sakit.

" Bar gue laper," Rengek Niskala sambil memegang perut yang sedari tadi cacing cacing didalamnya berteriak agar sang tuan memberinya makan.

Setelah memastikan pak Bagas masih sibuk mencoret papan tulis dengan spidolnya, Bara yang duduk di sampingnya menoleh sambil mendelik padanya Bara berbisik" Lo bisa mati kalo ketauan pak Bagas."

Pak Bagas paling tidak suka jika mendapatkan salah satu muridnya yang tidak fokus memperhatikannya saat sedang mengajar, apalagi kalo ketahuan saling berkomunikasi, bisa jadi bencana dahsyat jika pak Bagas sampai marah.

"Kletaak!!"

Bara dan Niskala langsung menoleh ke belakang, memastikan benda apa yang jatuh kelantai dibelakangnya itu hingga menyebabkan suara yang masih terdengar oleh keduanya

" Berisik Lo pada."
Sepertinya sang empu sengaja menjatuhkan pulpen itu kelantai guna memanggil kedua teman yang duduk di bangku depannya tanpa menyebutkan nama.

Tidak menunggu Bara berkomentar Niskala langsung berucap," sok ngatain orang Lo sendiri juga berisik, dasar monyet!"

Orang yang di panggil monyet itu mempunyai nama asli Rico Dewantara. Dipanggil monyet karena ia pernah ketahuan memanjat mangga milik tetangga Niskala lalu mencurinya seperti seekor monyet, dan lucunya ia tidak keberatan jika teman temanya memanggilnya dengan sebutan monyet, karena ia menganggap itu hanya lelucon agar suasana diantara mereka lebih cair.

Sandikala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang