chapter 2

33 12 0
                                    

Niskala Arunika, nama perempuan cantik dengan mata yang tak lepas dari buku novel di tangannya sejak 1 jam yang lalu. Tidak lupa juga dengan secangkir coklat capuccino yang kini tinggal setengah karena sudah diteguknya dari tadi dan rintikan hujan yang terdengar sayup di telinganya cukup menemaninya membaca dengan khidmat seakan jiwanya masuk kedalam alur yang dibawa sang penulis. Bahkan ia sama sekali tidak terganggu dengan keadaan sekitar yang mulai ramai.

Niskala kini berada di kafe rainbow tak jauh dari ia sekolah. Kursi kursi di dalam kafe mulai terisi penuh, kebanyakan dari mereka masuk hanya untuk berteduh. Sedangkan Niskala, kafe rainbow sudah jadi langganan. Tempat yang sangat cozy untuk melakukan 2 hal yaitu secangkir coklat hangat dan buku di tangan.

Hampir setiap hari sepulang sekolah Niskala selalu mengunjungi tempat ini entah hanya untuk secangkir coklat, membaca buku atau sekedar menghabiskan waktu sepulang sekolah. Selain kafe favorit, dia juga punya tempat duduk favorit. Meja bundar dekat jendela paling pojok, karena hanya disini tempat yang tidak terlalu ramai sehingga ia bisa membaca dan menikmati hujan secara bersamaan. Itu hal yang paling menyenangkan baginya. Namun karena hujan kali ini cukup deras membuat jendela kaca jadi sedikit buram dan berembun sehingga pemandangan hujan diluar tidak tampak dengan jelas.

Fokus membaca,Niskala membolak balikan lembaran demi lembaran novel yang ada di tangannya. Buku karangan boy Candra yang berisi tentang hujan itu berhasil membuat hatinya tersentuh. Penulis itu selalu saja berhasil membuat pembacanya terharu.

Bel berbunyi menandakan kafe kedatangan satu lagi pengunjung. Tak lama kemudian tampak sesorang berjalan kearah Niskala, seolah tau persis tempat duduk orang yang dicarinya.

Niskala yang sudah tenggelam dalam bacaanya seketika mengangkat kepala merasa ada yang menghalangi pencahayaanya dan menemukan orang yang ia kenal berdiri di depannya.

"Kok Lo bisa tau gue ada disini?" Ucap Niskala kesal.

Pertanyaan konyol itu berhasil keluar dari mulutnya, tentu saja lelaki yang saat ini berdiri di depannya tau persis dimana keberadaan nya.
Selain toko buku dan kafe ini tidak ada tempat lain yang sering ia kunjungi.

"Apa sih yang gak gue tau tentang Lo," balasnya. Ia menarik kursi dan mengambil duduk di depan Niskala.

"Benar juga. Lo selalu tau tentang gue" Niskala menghembuskan napas dan ia benar benar merasa bodoh telah mempertanyakan hal yang sudah memiliki jawaban pasti

" Lo kok ninggalin gue? Kan udah gue bilang gue gak lama meeting sama anak OSIS."
Lelaki yang biasa dipanggil Bara itu kesal. Ralat bukan hanya kesal tapi sangat kesal.

Niskala menghentikan bacaannya dan menaruh buku itu diatas meja, menatap Bara dengan mata yang tak kalah kesal

"Lo bilang gak lama? Gue udah nunggu satu jam tapi Lo gak Datang, Lo pikir gue GK bosen apa? Lagian kan gue bukan anak kecil lagi"

" Ya gak bisa gitu dong, kalo Lo mau duluan setidaknya Lo kabarin gue kek, atau minimal Lo chat gue biar gue gak khawatir. Kalo Lo tiba tiba di culik gimana?"

Niskala memutar bola matanya malas

" Plis deh Bara Bagaskara, gue udah mau 18 tahun, siapa juga yang mau culik gue dan gue juga tau kali mana orang jahat mana orang baik"

"Plis deh Niskala Arunika," Bara menirukan kata kata Niskala dengan sarkas yang sama. " Gue udah janji sama nyokap Lo buat jagain Lo!"

"apaan sih lo, saudara gue bukan, pacar gue bukan sok sokan mau jagain gue," tukas Niskala merasa tak terima sambil menyilangkan tangan di depan dada lalu membuang muka.

Bara mendekatkan wajahnya ke arah Niskala, membuat jarak 5 Senti kemudian menatap bola mata Niskala  intens.

" Jadi maksud Lo, gue harus jadi pacar Lo dulu baru bisa ngejagain Lo?"

Sandikala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang