Karma

2 1 0
                                    

Khaled dan teman-temannya nongkrong ditempat biasa dikantin sekolah. Mereka berbincang soal shabwat dan hukum keharaman zina. Mereka memang paling jago satu sekolah kalau urusan agama, bahkan dikelasnya masing-masing mereka selalu masuk kedalam sepuluh besar.

Ketika mereka sedang berbincang-bincang datang seorang siswi perempuan berkerudung panjang dan berpakaian sangat rapi. Siswi itu mengucapkan salam kepada Khaled dan teman-temannya dan salamnya dibalas oleh mereka. 

"Ada apa Sya? Kok nemuin kita disini?" Tanya Khaled kepada Alsya.

"Kenapa lo tolak Meisya anak 12 MIPA 1? Bukannya dia mempunyai segalanya? Aku hanya penasaran." Alsya mengutarakan isi hatinya.

"Bukankah larangan zina dalam islam sudah sangat jelas? Kenapa masih dipertanyakan?" Tanya Khaled.

Teman-teman Khaled hanya memperhatikan obrolan mereka berdua dengan seksama dengan tentunya sepenuhnya memihak kepada Khaled teman mereka sendiri.

"Tapi aku tidak mengerti sama sekali cara berpikir anak geng Sultan disekolah Panca Sakti." Keluh Alsya dengan muka sangat serius namun dengan nada penuh kebingungan.

"Kami bukan anak yang tertunduk kepada hawa nafsu." Jelas Khaled sejujurnya.

"Tapi bahkan sekelas artis saja banyak yang mengincar Meisya anak 12 MIPA 1. Memangnya kamu bukan manusia? Tidak memiliki hawa nafsu?" Tanya Alsya kembali.

"Kayaknya dia remedial pelajaran PAI." Ucap Risky blak-blakan.

"Sut, jangan asal ngomong. Nanti dia tersinggung." Rizal mengingatkan.

"Manusia memang terlahir memiliki hawa nafsu, orang yang mengikutinya derajatnya lebih rendah daripada binatang, dan yang berhasil menaklukkannya derajatnya lebih tinggi daripada malaikat." Jelas Khaled.

"Sampai sini paham? Kalau udah paham balik kekelas sana." Tegur Anton.

"Oh seperti itu, terimakasih atas penjelasannya. Wassalamu'alaikum." Balas Alsya lalu memberi salam dan pergi setelah salamnya dijawab.

"Wa'alaikumsalam." Balas Khaled dan teman-temannya.

Ketika Alsya sudah pergi Anton memberanikan diri bertanya yang paling ia ingin tahu selama ini kepada Khaled.

"Led, kok ada sih cewek berani datang sendirian ketongkrongan cowok? Maksud gue apa dia gak punya rasa malu sedikitpun?" Tanya Anton kepada Khaled yang berada disebelahnya.

"Dia cuma nanya aja kok, tapi seharusnya dia tanya sama guru PAI aja, bukan sama gue. Kan kita sama-sama masih belajar disekolah ini." Jelas Khaled seadanya.

"Tapi seharusnya tetap malu lah." Ucap Rizal memotong.

"Positif thinking aja, mungkin dia juga malu. Makannya gue jawab seperlunya aja." Khaled meyakinkan yang lain.

"Tapi tetep deh, bukan tipe gue banget." Tegas Anton sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.

"Hush gak boleh gibah, cukup." Tegur Rijal.

"Gitu dong, Jal. Gue tungguin." Khaled merasa bersyukur ada yang menegur akhirnya.

Khaled membuka grup angkatan, banyak yang mulai membahas soal confess anak konglomerat dilapangan basket barusan. Khaled menegur teman-temannya digrup tersebut, dan alhamdulilahnya teman-temannya mendengarkan.

Khaled merasa iba dengan anak yang confess dengannya. Menurutnya hal tersebut sangat bodoh, sudah dapat malu dan sekarang digibahin juga, ia harus segera menghentikan pergibahan yang akan dilakukan digrup angkatannya.

Semua kata-kata yang dilontarkan oleh siswa-siswi SMAN Panca Sakti sangat menyakitkan, bahkan untuk Khaled. Ia tidak terbayang bagaimana perasaan Meisya saat membaca pesan obrolan digrup angkatan.

Bahkan ada yang mengetik kalimat seperti ini, "Ada yang mau donasi rasa malu gak?" Khaled merasa jijik dengan pesan tersebut, bagaimana mungkin rasa malu didonasikan? Pikir Khaled.

Rijal secara tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya disusul dengan Anton dan yang lainnya, seperti ada masalah yang serius dadakan. Khaled mengikuti arah mereka semua pergi, ternyata anak-anak lain juga sudah berkumpul ditempat itu. Disana ada Alfath yang sedang marah-marah kepada anak yang mencoret tembok sekolah dengan spidol papan tulis. Coretan ditembok itu berupa cacian kepada Meisya yang sudah ditolak oleh Khaled. Dan yang mencoret ditembok itu bernama Rafa anak yang tadi dilapangan memarahi Meisya sampai menangis.

Rafa terbawa emosi sampai berani mencorat-coret tembok sekolah, ketika ditanya alasannya adalah karena supaya Meisya malu.

"Tapi lo gak harus ngelakuin hal ini Rafa." Tegur Alfath kepada Rafa dihadapan semua anak-anak.

"Biarin aja! Biar tuh anak konglomerat punya malu. Gue bosen ngehadapin anak gak ngotak kayak gitu disekolah ini." Keluh Rafa masih memegang spidol permanen ditangannya, tapi ia sudah tidak mencoret-coret tembok.

"Tapi nanti lo juga kena hukuman kalau mencoret tembok pakai spidol, masih banyak cara yang lebih baik dari ini. Beri ke gue spidolnya sekarang." Dan Rafa langsung memberikan spidolnya kepada Alfath karena takut melihat Alfath marah, ia sudah jadi tontonan anak satu kantin sekarang.

Masalah tidak berakhir sampai situ, tidak lama datang kompor meleduk alias temannya Meisya untuk memarahi Rafa. Terlihat Meisya dan beberapa kawannya yang lain berada dibelakangnya membuntuti.

"Maksud lo apa hah?! Lo mau bikin malu temen gue? Biar satu sekolah ini tahu kalau teman gue bodoh? Gitu?!" Sambil mendorong-dorong bahu Rafa seperti mengajak ribut, temannya Meisya yang bernama Aurel membentak-bentak Rafa meminta jawaban sekaligus pertanggungjawaban dari Rafa.

Rafa yang mudah sekali terpancing emosinya malah balik mendorong bahu Aurel sampai terdorong cukup jauh darinya.

"Kalau iya emangnya kenapa? Lo mau ngajak ribut gue? Hah?!" Tanya Rafa sambil menoyor bahu Aurel temannya Meisya. Aurel jadi berbalik takut menghadapi Rafa sebab tenaganya sangat besar.

Dengan sigap Alfath dan Khaled langsung menengahi perkelahian tersebut dan berusaha menghentikan mereka. Sedangkan yang lain membubarkan kerumunan yang semakin lama semakin ramai bahkan sampai keadik kelas ikut menonton percekcokan tersebut.

"Pokoknya gue gak terima sampai semua tulisan dia ditembok dihapus! Itu adalah ujaran kebencian, kasihan temen gue, Meisya." Seru Aurel kepada semua orang.

"Cepat hapus Fa, sebelum gue panggil guru BK kesini." Pinta Alfath.

"Iya gue hapus pake tip-x." Jawab Rafa lalu segera menghapus tulisannya sebelum guru BK datang membacanya.

"Tapi lo tetap keruang BK habis ini karena sudah mencorat-coret tembok sekolah." Tegas Alfath.

"Siap, paham!" Balas Rafa sedikit jutek sebab ia malas berurusan dengan guru BK.

Meisya dibelakang temannya hanya menangis dengan mata yang sudah bengkak semenjak ia datang, sekarang bertambah bengkak. Meisya merasa sakit hati membaca tulisan Rafa mengenai dirinya ditembok. Meskipun sudah dihapus, tapi banyak yang sudah membacanya.

Tidak berselang lama Rafa dan Meisya dipanggil keruang BK untuk menyelesaikan urusan tersebut. Meisya ditanya apakah benar sudah confess dilapangan dan Rafa menulis ujaran kebencian ditembok sekolah. Guru BK dibuat tidak habis pikir dengan perilaku mereka berdua. Keduanya sama-sama bodoh menurutnya.

Rafa disuruh meminta maaf dengan tulus kepada Meisya dan Meisya disuruh berjanji agar tidak mengulangi kesalahan yang sama yaitu confess karena hal itu dapat membuka pintu zina. Sekolah Panca Sakti sangat menghindari yang namanya perzinaan karena bisa mencoreng nama baik sekolah.

Rafa pun meminta maaf dan dimaafkan oleh Meisya. Rafa juga berjanji akan menjaga nama baik Meisya dengan memberitahu teman-teman digrup angkatan agar tidak menggibahinya. Meisya sangat berterimakasih kepada Rafa dan juga meminta maaf kepadanya atas kebodohannya. Mereka akhirnya menjadi teman baik dan saling menjaga satu sama lain mulai dari sekarang.

ARENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang