prolog

5 1 0
                                    

Di sebuah ruangan gelap yang hanya diterangi oleh nyala lilin yang berkelip, Elena merasakan desiran angin aneh di sekitarnya. Ruangan itu terasa kosong, namun ada kehadiran yang tidak bisa dia jelaskan, seakan-akan ia diawasi. Tangannya bergetar saat ia meraba-raba dinding dingin di belakangnya, berharap menemukan pintu atau jalan keluar. Tetapi tidak ada apa-apa, hanya kesunyian yang mencekam.

"Dari mana semua ini berasal?" gumamnya pada diri sendiri, suaranya terpantul kembali dari dinding batu yang menutupi setiap sisi ruangan. Gaun panjangnya yang berwarna biru tua berkibar lemah mengikuti gerakan tubuhnya, sementara rambut gelapnya yang indah tersapu oleh angin yang datang entah dari mana. Semuanya terasa tidak nyata.

Pikiran Elena kembali ke beberapa jam sebelumnya—atau mungkin itu sudah berhari-hari?—ketika ia masih berada di dunianya, berjalan di taman yang biasa ia kunjungi. Langit cerah, aroma bunga melati menguar di udara, tetapi tiba-tiba semuanya berubah. Langit menggelap seketika, dan suara bisikan aneh menggema di telinganya. Sebelum dia sempat bereaksi, ia terjerumus ke dalam kegelapan yang dalam, terhempas ke dunia yang sama sekali berbeda.

Kini, dia berdiri di sebuah dunia yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya, di mana hukum alam sepertinya telah terdistorsi. Semuanya terasa asing dan penuh misteri. Namun, sesuatu yang lebih dari sekadar lingkungan yang tidak dikenalnya membuat jantungnya berdebar kencang—sesuatu atau seseorang sedang menunggu kehadirannya.

"Apa yang kau cari, Elena?"

Suara dalam, lembut, namun penuh kekuatan itu menggema di seluruh ruangan, membuat tubuhnya merinding. Elena menoleh cepat ke arah suara itu, namun yang dia lihat hanya kegelapan yang bergerak perlahan seperti bayangan. Matanya menyipit, berusaha menembus kegelapan di depannya.

"Siapa di sana?" Elena bertanya dengan nada tegas, mencoba menyembunyikan rasa takut yang menyelimuti dirinya.

Sebuah sosok muncul dari bayangan, tinggi, kekar, dengan mata yang bercahaya seperti bintang-bintang di malam yang pekat. Pria itu berjalan mendekatinya, wajahnya tampak bersinar samar di bawah cahaya lilin yang redup. Kulitnya pucat, namun bukan dalam arti lemah, melainkan seperti marmer—keras, dingin, dan sempurna.

“Aku?” Dia berhenti, tersenyum kecil, namun senyum itu tidak memberikan rasa aman. "Aku adalah bagian dari takdirmu yang tak terhindarkan."

Elena mundur selangkah, merasakan dinding di belakangnya semakin menekan. "Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya nyaris berbisik. "Siapa kamu?"

Pria itu mengangguk pelan, seolah merenungkan sesuatu. "Namaku Adrian," jawabnya akhirnya, suaranya selembut angin malam. "Dan aku sudah menunggumu sejak lama."

Elena menelan ludah, rasa takutnya bercampur dengan rasa ingin tahu. "Menungguku? Mengapa?"

Adrian hanya menatapnya, matanya yang bercahaya seperti menembus setiap lapisan pertahanan yang coba Elena bangun. "Karena kau adalah kunci dari semua ini. Kunci dari dunia yang tidak pernah kau sadari, tapi selalu ada di sekitarmu. Dunia ini... duniaku... kini juga menjadi duniamu."

Elena merasakan hatinya berdenyut kencang, tidak memahami sepenuhnya apa yang pria misterius itu maksudkan. "Aku tidak mengerti. Apa yang kamu bicarakan?"

Adrian tersenyum lagi, kali ini lebih lembut, namun tetap penuh misteri. "Kau akan mengerti, Elena. Cepat atau lambat, kau akan mengerti."

Sebelum Elena sempat bertanya lebih lanjut, sosok Adrian menghilang kembali ke dalam kegelapan, meninggalkannya sendirian dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Dia berdiri di sana, terengah-engah, matanya mencoba menyesuaikan diri dengan kegelapan yang semakin pekat.

Di saat itu, satu hal menjadi jelas bagi Elena ini bukan mimpi. Ini adalah awal dari sesuatu yang besar, sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya. Dan entah bagaimana, ia terjerat di dalamnya.

Whispers Of The Forgotten RealmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang