Elena terbangun dengan perasaan aneh. Matanya membuka perlahan, merasakan kehangatan sinar matahari yang menerpa wajahnya. “Di mana aku?” gumamnya. Dia memaksakan diri untuk duduk, pandangannya masih kabur, tetapi perlahan-lahan mulai fokus. Di sekelilingnya, pepohonan tinggi dengan daun-daun berkilauan seperti permata. “Ini... ini bukan tempat yang biasa,” pikirnya.
Rasa takut mulai menjalari tubuhnya. Gaunnya yang panjang dan elegan kini kotor terkena tanah dan daun-daun kering. Dia mengingat peristiwa terakhir yang dialaminya—sebuah suara aneh, cahaya terang, dan perasaan jatuh. Tapi, bagaimana mungkin dia bisa berakhir di sini?
Elena berdiri dengan gemetar, mencoba menenangkan diri. “Fokus, Elena. Kamu pasti bisa menemukan jalan keluar.” Dia memandang sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan. Namun, yang dia lihat hanyalah hutan yang sunyi dan asing.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki di belakangnya. Elena segera berbalik, matanya terbelalak penuh waspada. Dari balik pohon, muncul sosok tinggi kekar dengan kulit putih bersih dan rambut gelap yang tertata rapi. Pria itu memegang pedang di pinggangnya, dan wajahnya menampakkan ketenangan yang misterius.
“Elena?” pria itu berbicara dengan nada rendah, tetapi tegas.
Elena mengerutkan kening. “Bagaimana kamu tahu namaku? Siapa kamu?” Suaranya bergetar antara takut dan penasaran.
“Aku Zarek,” jawab pria itu singkat, tatapannya tajam tetapi tidak menunjukkan niat jahat.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Dan… bagaimana kamu tahu namaku?” Elena tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
Zarek menghela napas dalam-dalam, seolah-olah dia sudah mempersiapkan diri untuk percakapan ini. “Kamu tersesat, Elena. Dan aku adalah penjaga yang bertugas untuk memastikan keselamatanmu.”
“Penjaga? Apa maksudmu?” Elena melangkah mundur, merasa ada yang aneh dengan penjelasan pria ini.
“Aku tahu ini terdengar aneh. Tapi, kamu tidak berada di duniamu lagi. Kamu telah memasuki dunia yang lain, sebuah dimensi yang tak banyak orang ketahui. Aku ada di sini untuk memastikan kamu selamat, karena di dunia ini... banyak bahaya yang tidak bisa kamu bayangkan,” Zarek menjelaskan dengan nada serius.
Elena tertawa kecil, tetapi jelas bahwa itu lebih karena kegugupan. “Dunia lain? Apa maksudmu? Ini pasti mimpi, kan?”
Zarek menatapnya dengan tenang. “Ini bukan mimpi, Elena. Dan semakin cepat kamu menyadarinya, semakin baik. Dunia ini... adalah dunia antara, tempat di mana makhluk-makhluk dari berbagai dimensi bertemu. Dan kamu, entah bagaimana, telah terseret ke dalamnya.”
Elena terdiam, mencoba mencerna semua yang dikatakan Zarek. "Tapi... bagaimana aku bisa di sini? Aku tidak melakukan apa-apa..."
“Kamu pasti menyentuh sesuatu yang membuka portal antara dimensi. Biasanya, orang tidak bisa masuk ke sini tanpa sengaja,” kata Zarek sambil menatap Elena dengan tajam, seolah menunggu penjelasannya.
Elena terdiam sejenak, mencoba mengingat. "Portal? Tidak, aku tidak menyentuh apapun..." gumamnya. Tapi sepotong memori tiba-tiba muncul di pikirannya sebuah benda tua di gudang kakeknya, bersinar samar saat dia menyentuhnya. Apakah itu yang membawanya ke tempat ini?
"Sepertinya kau mulai mengingat sesuatu," kata Zarek, seolah-olah dia bisa membaca pikiran Elena. "Apapun yang kau lakukan, kau telah membuka gerbang antara dunia kita dan duniamu. Dan itu bisa berbahaya."
Elena menatap Zarek, matanya penuh dengan kebingungan. "Berbahaya? Bagaimana bisa ini terjadi? Aku tidak pernah bermaksud untuk datang ke sini, aku hanya... tersesat."
Zarek menatapnya dalam-dalam, ada kilatan simpati di matanya. "Aku tahu, dan itulah yang membuat situasi ini lebih rumit. Dunia ini bukan tempat yang aman bagi mereka yang bukan berasal dari sini. Ada kekuatan yang lebih besar bermain di sini, dan kau mungkin terjebak di tengah-tengahnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers Of The Forgotten Realm
FantasiaDalam dunia yang dipenuhi misteri dan keajaiban, seorang wanita bernama Elena terjebak di Forgotten Realm, sebuah dunia alternatif yang penuh dengan makhluk aneh dan kekuatan magis. Dengan gaun indah dan rambut gelap yang menjuntai, Elena tampak men...