LANGKAH kami cepat meninggalkan Palazzo Farnese¹. Suara pintu kayu yang tertutup di belakang masih bergema, sementara pikiranku masih tertahan pada dokumen-dokumen yang baru saja kami temukan. Aroma kayu tua dan debu kuno yang terangkat ketika kotak dibuka masih tercium, menambah beban misteri di benakku. Malam sebelumnya, Arman berbicara panjang lebar tentang jurnal yang hilang, dan kini segalanya terasa lebih nyata. Kisah cinta terlarang yang ia bicarakan bukan sekadar catatan sejarah usang; ada sesuatu yang jauh lebih besar yang tersembunyi di baliknya.
"We’re getting closer," Elena berbisik, napasnya terdengar terputus-putus, suaranya dipenuhi campuran antara kegembiraan dan ketegangan. "But I feel like someone is trying to stop us."
(Kita semakin dekat. Tapi aku merasa ada seseorang yang mencoba menghentikan kita.)Aku menoleh padanya, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Ada semangat di sana, tapi juga ketakutan yang ia sembunyikan dengan baik. Aku tahu bahwa ini bukan hanya soal menemukan jurnal itu lagi. Kami sudah terperangkap dalam sesuatu yang jauh lebih rumit.
"Maybe they don’t want the truth to come out," jawabku dengan suara pelan, melangkah lebih cepat menyusuri jalanan sempit di Roma.
(Mungkin mereka tidak ingin kebenaran itu terungkap.)Bangunan megah Basilica di San Clemente² mulai terlihat dari kejauhan. Pilar-pilar tua yang tegak berdiri terasa bagai monumen sejarah yang mengawasi kami. Udara senja mulai turun, membuat suasana semakin mencekam. Di sini, di tengah kota yang penuh sejarah ini, misteri itu terasa semakin nyata. Cinta terlarang di masa lalu itu bukan sekadar kisah romantis—itu adalah potongan penting dalam jaringan kekuasaan dan pengkhianatan yang lebih besar.
Ketika kami tiba di depan pintu besar basilica, aku berhenti sejenak, menatap bangunan itu dengan perasaan campur aduk. Sejarah yang tersembunyi di dalamnya seolah berusaha menggapai kami, menarik kami ke dalam pusaran rahasianya.
"Elena, do you think this... forbidden love story could have affected more than just the people involved?" tanyaku, mencoba memahami makna lebih dalam dari apa yang Arman sampaikan malam sebelumnya. (Elena, menurutmu kisah cinta terlarang ini bisa mempengaruhi lebih dari sekadar orang-orang yang terlibat?)
Elena melirik padaku, dan untuk pertama kalinya hari ini, matanya menunjukkan keraguan. "It’s not just about the love," jawabnya dengan bisikan yang hampir hilang di angin malam. "It’s about power. Whoever holds the truth holds control. And they know it." (Ini bukan hanya soal cinta. Ini soal kekuasaan. Siapa pun yang memegang kebenaran, memegang kendali. Dan mereka mengetahuinya.)
Aku menelan ludah, merasakan beban di dadaku semakin berat. Kami tidak hanya mengejar cinta yang hilang—kami mengejar kebenaran yang bisa menghancurkan segalanya.
•••••
Kami melangkah masuk ke basilica dengan hati-hati, langkah kami bergema di sepanjang lantai marmer tua. Cahaya redup dari jendela berwarna-warni di langit-langit menerangi lukisan-lukisan besar di dinding. Setiap lukisan menceritakan kisah-kisah yang mengisi sejarah gereja ini, namun mataku terpaku pada satu lukisan di sudut kapel.
"Look," Elena tiba-tiba berhenti, menarik lenganku dengan lembut. "This painting... it tells the story." (Lihat. Lukisan ini... menceritakan kisahnya.)
Aku mendekat, memperhatikan detail lukisan dengan cermat. Dua sosok terlihat di sana, seorang pria dan wanita, keduanya tampak seperti bangsawan, tetapi wajah mereka penuh dengan ketegangan. Mata mereka tidak saling memandang, dan di antara mereka ada sosok ketiga, tersembunyi dalam bayangan di belakang, hampir tak terlihat jika tidak diperhatikan dengan seksama.
"This must be them," gumamku, merasakan bulu kudukku meremang. "The lovers. But see here—there’s someone else, someone in the shadows."
(Inilah mereka. Kekasih itu. Tapi lihat di sini—ada seseorang lagi, seseorang di balik bayangan.)Elena mendekatkan wajahnya ke lukisan, memperhatikan sosok gelap itu dengan lebih detail. "That’s the one who destroyed them," katanya dengan nada yakin. (Itulah orang yang menghancurkan mereka.)
Aku bergidik. Bukan hanya kisah cinta yang tragis; ini tentang pengkhianatan, kekuasaan, dan orang-orang yang siap melakukan apa saja untuk menjaga rahasia. Cinta itu seolah telah dikorbankan demi sesuatu yang lebih besar—sesuatu yang hingga kini masih berdampak.
"Whoever they were, their story isn’t just in the past," bisikku, merasa ketegangan semakin menyelimuti kami. "It’s still affecting things now."
(Siapa pun mereka, kisah mereka bukan hanya di masa lalu. Ini masih berdampak sampai sekarang.)Elena mengangguk, dan sebelum kami sempat berbicara lebih lanjut, suara langkah kaki tiba-tiba terdengar dari lorong belakang. Kami berdua saling berpandangan, insting kami berkata bahwa ada bahaya.
"Elena, someone’s coming," bisikku, menarik tangannya.
(Elena, seseorang datang.)Kami menyelinap ke balik pilar, menyembunyikan diri dari pandangan. Dari celah, aku bisa melihat tiga pria memasuki basilica. Mereka berbicara dalam bahasa Italia, nada bicara mereka rendah namun penuh otoritas.
"Li avete trovati?" pria pertama bertanya, suaranya berat.
(Sudah menemukan mereka?)"Non ancora, ma sappiamo che sono qui," jawab pria kedua dengan suara yang lebih tajam.
(Belum, tapi kami tahu mereka ada di sini.)Aku merasakan getaran ketakutan menjalar di punggungku. Mereka jelas sedang mencari sesuatu—mungkin juga mencari kami. Orang-orang ini tidak terlihat seperti turis atau peneliti sejarah. Mereka ada di sini untuk sesuatu yang jauh lebih berbahaya.
"Keep searching. We can’t let them leave with the documents," kata pria pertama lagi, suaranya semakin tegas.
(Terus cari. Kita tidak bisa membiarkan mereka pergi dengan dokumen-dokumen itu.)Elena menggenggam tanganku erat, tatapannya mengisyaratkan rasa cemas. Kami menunggu mereka berlalu sebelum bergerak menuju pintu belakang basilica, langkah kami sepelan mungkin. Di luar, angin sore menyapu wajah kami, membuat jantungku berdetak lebih cepat.
"They know about the journal," Elena berbisik setelah kami merasa aman. "And they won’t stop until they get it."
(Mereka tahu tentang jurnal itu. Dan mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkannya.)Aku mengangguk, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Orang-orang ini jelas terkait dengan sejarah gelap yang kami selami. Kisah cinta terlarang itu bukan sekadar cerita masa lalu; itu memiliki kaitan dengan kekuasaan dan intrik yang masih berjalan hingga sekarang. Dan kami baru saja masuk terlalu jauh dalam permainan mereka.
Setelahnya kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalanan yang semakin sepi, menyelinap melalui gang-gang kecil yang semakin gelap. Meskipun ketakutan terus menghantui kami, ada semangat yang membara dalam hati—bahwa kami semakin dekat dengan kebenaran, dan bahwa kami harus mengungkapnya, apa pun risikonya.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Bayang tak Bertepi
Romance🏆Juara 2 dalam event City Series oleh Penerbit Book Office. ⚠️Sebagian Part dihapus secara acak, demi kepentingan penerbitan. "Cinta terlarang oleh masa lalu, namun ditakdirkan di kota abadi." Darren Bramasta, seorang penulis muda yang kehilanga...