"bahkan jika tuhan memberiku kehidupan kedua,
aku pastikan akan membunuh mu."
****
Dulu, duduk di sofa sembari bersantai, menonton siaran televisi yg memutarkan flim kesukaan Arabella bersama pria yg ia cintai menjadi sebuah momen favorit di hidup nya.
Menikmati makanan yang pria itu hidangkan untuk nya dengan wajah ceria sembari membahas hal-hal yang pasti selalu seru.Dulu, tatapan teduh dan suara berat namun terdengar halus itu pernah menjadi salah satu letak kebahagiaan nya. Ucapan ucapan cinta yang selalu pria itu rangkai dengan indah hanya Arabella yang mendengar nya.
Dulu, pria itu selalu mengecup keningnya sebelum berangkat bekerja. Melambaikan tangan pada Arabella yang berdiri di depan gerbang sembari menyaksikan punggung besar pria itu menghilang dari pandangan nya.
Dulu, hujan adalah salah satu yang menjadi saksi kisah cinta mereka berdua, pemandangan yang indah ketika dua insan tertawa bersama dibawah deras nya hujan, saling menghangatkan ketika angin dingin menyelimuti tubuh mereka, bahkan saling menguatkan ketika hujan kian berganti menjadi badai.
Ya, itu dulu.
Sekarang, hujan yang pernah menjadi saksi kisah cinta nya tak lagi sama.
Tidak ada yg tertawa, tidak ada yang saling menghangatkan, tidak ada yang peduli jika hujan perlahan berubah menjadi badai. Justru dua insan di bawah hujan deras ini saling mengeratkan senjata mereka masing masing. Menunggu siapa yang pada akhirnya melepaskan pelatuk nya.
Arabella tertawa lirih, sesak di dadanya semakin berat. Pria dihadapan nya bukanlah lagi sosok pria yang mencintai diri nya, Yesaya berani mengarahkan senjata api ke dahi Arabella, tatapan teduh Yesaya kini terlihat dingin, banyak nya pertanyaan yang hendak Arabella tanyakan, tetapi setiap ia membuka mulutnya dan mengeluarkan suaranya. Hanya ada isak tangis yang terdengar.
Satu tarikan nafas, perlahan ia mencoba untuk mengeluarkan satu kalimat,mencoba untuk sekali lagi menatap Yesaya dihadapan nya.
"why are you smiling? Are you willing to die with a smile on your face?." Tanya arabella, mengencangkan cengkeraman di pistol nya.
Yesaya, pria itu tetap tersenyum menatap wanita dihadapan nya. wanita yang pernah menjadi bagian hidup nya walaupun hanya 3 tahun bersama.
"Berbaliklah." Katanya, seringai masih terukir jelas diwajah Yesaya.
Perlahan Arabella berbalik, terkejut dan bingung ketika Arabella melihat seluruh orang orangnya Yesaya. Pria tinggi dengan serba pakaian hitam. Mengarahkan senjata api mereka semua pada Arabella.
"Kenapa.."
"Aku pernah memperingatimu, jangan pernah mencari tau hal yang seharusnya tidak kamu tahu. Arabella."
*~*~*~*~*~*
4 bulan sebelumnya.
Lamunan Arabelle terhenti ketika suara deru mesin mobil yg ia sangat kenali terdengar berhenti di pekarangan rumah nya. sontak ia berlari menuju lantai bawah, membayangkan tidak sabar nya dia menyambut suaminya setelah pulang dari bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband's Great trick
Short StoryArabella kembali menatap yesaya, tatapan nya kini penuh amarah. Jari jari nya bahkan siap menarik pelatuk, siap menembus rongga dada Yesaya. "Jadi kamu menyuruhku untuk tetap diam ketika seluruh anggota keluargaku mati dibantai??!!." Yesaya menghela...