"Ayo putus."
Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba saja dua kata itu terucap dari bibir seorang laki-laki membuat gadis didepannya tersentak kaget.
"Kenapa? Kenapa kok tiba-tiba banget? Aku ada salah sama kamu?" Sang gadis menggenggam erat tangan laki-laki di depannya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu gak ada salah Jennie, tapi aku udah bosen sama kamu."
Ucapan laki-laki di depannya itu membuat mata Jennie terbelalak "Bosen kata kamu? Setiap hubungan pasti bakal ada fase bosennya, tapi bukan berarti itu bisa di jadiin alasan buat putus."
"Bukan cuma bosen, lagipula dari awal aku ga pernah serius ngajakin kamu pacaran, aku cuma gabut."
"Gabut kamu bilang? Kok kamu bisa se brengsek ini?"
"Kenapa ga terima? lagipula dari awal lo juga cuma main-main 'kan sama gue?"
"Kenapa lo minta putus di waktu gue udah buka perasaan gue buat lo? di waktu gue udah jatuh cinta ke lo?" Mata Jennie memerah karena menahan air matanya yang hendak keluar.
"Dari awal harusnya lo udah tau kalo gue cuma main-main, lo juga tau sendiri kalo gue ga pernah cukup sama satu cewek, gue ga bisa komitmen."
"Brengsek lo Van, jadi selama enam bulan ini apa yang kita lakuin itu gak ada apa-apanya buat lo?" Pikiran Jennie melayang mengingat hal apa saja yang sudah mereka berdua lakukan, pertengkaran-pertengkaran kecil yang sering mereka alami, gombalan Vano yang bisa membuat hatinya melayang, hal-hal romantis yang pernah Vano berikan kepadanya, Jennie tertawa pelan mengingat hal itu.
"Lo jangan ngerasa paling tersakiti, lo kira gue gatau dulu lo pernah mau selingkuh dari gue? di saat posisi lo udah jadi pacar gue 'pun lo malah deketin Deka." ucap Vano, dia sedikit tidak terima ketika dulu awal mereka pacaran, di saat posisi Jennie sudah menjadi kekasihnya namun gadis itu tetap mendekati laki-laki lain.
"Itu beda cerita, waktu itu hubungan kita masih setengah bulan, kita masih sama-sama ga serius." Ujar Jennie.
Saat itu Jennie masih sadar bahwa Vano hanya bermain-main saja dengannya, maka dia 'pun melakukan hal sebaliknya. Namun setengah itu, hubungan mereka menjadi lebih baik, mereka menjadi pasangan yang romantis, ke kantin bersama, mengerjakan tugas bersama, berangkat-pulang sekolah bersama.
Vano memperlakukannya bak seorang ratu, selalu memahaminya, selalu ada untuknya, selalu menuruti apa maunya, seolah-olah Jennie satu-satunya gadis di hidupnya. Bagaimana Jennie tidak jatuh hati jika Vano memperlakukan seperti itu?
"Terserah deh, intinya gue mau putus." Final Vano.
Jennie terdiam, dia mendorong bahu Vano dengan kasar. "Oke kalo itu mau lo, gue nyesel dulu udah nerima lo."
"Gue juga nyesel udah main-main sama lo, tapi walaupun udah putus gue pengen kita tetep bisa temenan, anggep aja kaya kita masih pacaran."
Alis Jennie mengernyit heran mendengar ucapan Vano
"Goblok, gue gamau temenan sama cowo kayak lo." Ucap Jennie.
Jennie membalikkan badan lalu melangkahkan kakinya meninggalkan Vano yang hanya terdiam di tempatnya.