02.KECEWA

201 36 4
                                    

Lisa menghampiri Jennie yang duduk sendiri di bangku paling pojok kantin, Jennie hanya terdiam sambil mengaduk acak bakso yang dia pesan.

"Aww." Jennie terkejut saat merasakan benda dingin di pipinya, dia melihat teranyata Lisa menempelkan gelas berisi es teh ke pipinya.

Jennie mendengus kesal sedangkan yang membuatnya kesal hanya menyengir memperlihatkan gigi-giginya yang rapi.

"Maksud lo apa sih, kaget tau gue." Ujar Jennie kesal.

"Lagian lo kenapa diem aja sih? Mas pacar kemana? tumben ga sama Vano? biasanya lo mojok berdua sama dia sekarang sendirian." Ujar Lisa sembari duduk di samping Jennie.

"Udah putus."

BRAK!

"WHAT? PUTUS?!" Teriakan nyaring Lisa dan suara gebrakan meja membuat orang-orang yang berada dikantin menatap ke arah mereka berdua.

Jennie menutup wajahnya malu, tangannya menarik lengan Lisa agar gadis berponi itu duduk kembali.

"Jangan keras-keras dong anjir, gue yang malu jadinya." Ucap Jennie pelan.

Lisa tidak menggubris perkataan Jennie, dia menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tidak percaya.

"Apa lo bilang? putus? yang bener aja? gara-gara apa anjir? kemaren masih baik-baik aja tuh masih cium-ciuman."

Jennie memukul mulut Lisa pelan. "Lambe lo Lis, kalo nanya itu satu-satu."

"Kenapa kok tiba-tiba putus?" tanya Lisa sambil menopang dagunya di atas meja.

"Gatau, dia bilang udah bosen sama gue, dia juga cuma main-main sama gue." Ujar Jennie lemah.

"Wah, ga bener itu cowok, harus gue kasih pelajaran ini." Lisa berdiri sambil menyisingkan lengan bajunya. "Dimana sekarang si Vano, biar gue hajar." Ucap Lisa.

"Gausah aneh-aneh deh, lagipula yaudah, dari awal harusnya emang gue yang ga boleh jatuh cinta sama dia, dari awal udah keliatan kalo dia cuma main-main." Ujar Jennie menarik Lisa duduk kembali.

"Tapi 'kan gabisa gitu dong Jen, masa dia seenaknya mutusin gitu aja, ngapain dia ngajak lo pacaran kalo cuma main-main, itu namanya dia cuma jadiin lo bahan gabutan." Ujar Lisa.

"Yaudah sih biarin, mau gimana lagi 'kan." Ujar Jennie pasrah

Jennie membuka ponselnya, tangannya meng-klik aplikasi WhatsApp dan membuka room chatnya dengan Vano, menggulir chat mereka dari atas dan membaca percakapan random mereka.

Bibirnya tersenyum tipis, bohong jika dia tidak sedih karena hubungan mereka berakhir.

Lisa menatap Jennie dengan rasa kasihan. Dia tahu Jennie memang berusaha untuk terlihat baik-baik saja, tapi Lisa juga tahu betapa dalamnya perasaan Jennie terhadap Vano.

"Lo berhak dapetin orang yang serius, bukan yang cuma main-main. Kadang orang memang cuma datang buat kasih pelajaran, bukan buat tinggal."

Jennie menghela napas panjang. "Mungkin ini memang jalan gue, ya. Harus belajar dari rasa sakit dulu."

Lisa tersenyum simpul, mencoba menguatkan Jennie. "Gue bakal selalu ada buat lo, Jen. Jadi kalau lo mau nangis, marah, atau apa pun itu, gue di sini."

Jennie tertawa kecil, akhirnya merasa sedikit lega. Mungkin belum sepenuhnya pulih, tapi setidaknya dia punya Lisa yang selalu ada di sisinya.

Chat terakhir Jennie dan Vano

Chat terakhir Jennie dan Vano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie memutuskan untuk menganti nama kontak Vano, hubungan mereka telah berakhir, laki-laki itu sudah bukan pacarnya lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie memutuskan untuk menganti nama kontak Vano, hubungan mereka telah berakhir, laki-laki itu sudah bukan pacarnya lagi.

From this

From this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To this

To this

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MANTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang