Bab 11

17 12 0
                                    

Matahari semakin naik, dan taman kota mulai ramai dengan pengunjung. Suara anak-anak berlarian, orang tua bercengkerama, dan penjual es krim menawarkan dagangannya. Namun, di sudut taman yang teduh, Kaelan dan timnya tetap siaga. Mereka tahu, kesenangan yang terlihat di sekeliling hanyalah selubung tipis. Di balik dunia ini, ada sesuatu yang terus mengintai.

“Eh, lu perhatiin gak?” bisik Aislin sambil menatap jalan setapak di depan mereka. Matanya menyipit, fokus pada sosok lelaki tua dengan jaket abu-abu yang berjalan pelan. “Orang itu udah muter taman ini dua kali. Kayaknya dia ngikutin kita.”

Raden berhenti mengunyah permen karetnya dan menoleh. “Mungkin dia cuma nyari udara segar? Kan Minggu pagi...”

“Nggak.” Asher menutup bukunya dengan bunyi *thap*. “Langkahnya nggak konsisten. Kadang cepat, kadang lambat, dan tiap kali dia lewat, dia sempat menatap ke arah kita.” 

Kaelan menegakkan tubuhnya. Sorot matanya tajam, menangkap gerak-gerik pria tua itu yang mulai terlihat gugup saat melihat mereka balas menatapnya. “Dia bukan orang biasa,” ujar Kaelan dengan nada rendah. “Ada yang salah.” 

Pria tua itu mendadak berhenti di ujung jalan setapak, tepat di bawah pohon besar. Dia menoleh perlahan ke arah 06 DETECTIVE, lalu tersenyum tipis—senyum yang tidak sampai ke matanya. Angin mendadak berembus lebih kencang, dan suhu udara terasa menurun seketika. 

“Tunggu...” bisik Myra, merasakan sesuatu yang aneh. Ia menggenggam pita di tangannya lebih erat. “Ada aura gelap di sekitarnya.” 

Seketika itu juga, pria tua tersebut berbalik dan berjalan cepat meninggalkan taman. Tanpa membuang waktu, Kaelan berdiri dan memberi isyarat pada timnya. “Ikuti dia. Jangan sampai hilang.” 

Mereka segera bergerak dengan sigap. Kaelan dan Raden berada di depan, sementara Myra dan Aislin mengikuti dari jarak aman. Asher, seperti biasa, mengambil posisi belakang untuk mengamati setiap kemungkinan bahaya. 

Pria tua itu menyusuri jalan keluar taman dan menuju lorong sempit di antara bangunan-bangunan tua. Langkahnya semakin cepat, seolah dia tahu bahwa dirinya sedang diikuti. 

“Den, coba potong jalannya lewat sana!” perintah Kaelan sambil menunjuk sebuah gang kecil di sebelah kanan. 

“Siap, Bos!” jawab Raden sambil berlari, wajahnya penuh antusiasme. 

Namun, tepat saat mereka hampir mendekat, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Pria tua itu berhenti di persimpangan lorong, dan tiba-tiba tubuhnya berubah. Kulitnya mengelupas seperti kertas, dan dari dalamnya muncul sosok bayangan hitam, melayang dengan gerakan aneh, tanpa mata, tetapi memancarkan aura jahat yang mencekam. 

“Dia... dia bukan manusia!” seru Aislin, langkahnya terhenti sesaat. 

Makhluk itu mengeluarkan suara mendesis, seperti angin yang bergerak di sela-sela celah dinding. Udara di sekitar mereka menjadi berat, seolah menarik mereka ke dalam kegelapan yang pekat. 

“Formasi!” teriak Kaelan. 

Mereka semua bergerak secara otomatis, seperti mesin yang sudah terbiasa bekerja bersama. Aislin dan Myra berdiri di garis depan, sementara Asher membuka buku ritual dan mulai membaca mantera pelindung dengan cepat. Kaelan dan Raden mengambil posisi di tengah, siap menyerang begitu ada kesempatan. 

Bayangan itu melayang maju, mengirimkan angin dingin yang mematikan. Pita di tangan Myra bersinar samar, dan dia segera mengayunkannya seperti cambuk, membuat makhluk itu mundur sejenak. 

“Dia kuat,” kata Myra, napasnya sedikit memburu. “Tapi kita bisa menang.” 

“Asher, mantra pelindungnya!” seru Kaelan. 

06 DETECTIVE (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang